Saturday, 4 May 2024
HomeBeritaMengenal Otto Toto Sugiri, Bos Teknologi yang Dijuluki Bill Gates Indonesia

Mengenal Otto Toto Sugiri, Bos Teknologi yang Dijuluki Bill Gates Indonesia

Bogordaily.net– Nama tak asing bagi sebagian orang yang selalu mengikuti perkembangan teknologi. Ia merupakan presiden direktur perusahaan Data Center Indonesia (DCI) Indonesia yang menjadi salah satu di Indonesia.

Namanya masuk dalam daftar 50 di Indonesia versi Forbes. Ia menyabet peringkat ke-19 dengan total kekayaan sebesar US$ 2,5 miliar atau setara Rp 35,5 triliun. Siapa ? Berikut rangkuman profilnya yang dilansir dari Investor.id.

, pria kelahiran Bandung, 68 tahun silam. Dengan rambut abu-abu panjang khasnya, Toto sapaan akrabnya merupakan sosok bertangan dingin yang dikenal sebagai orang lama di industri ini.

Tak heran, keberhasilannya membangun PT DCI Indonesia Tbk (DCII) saat kebutuhan akan pusat data (data center) booming dan dibawanya melantai ke Bursa Efek Indonesia (BEI) Januari 2021 membuat harga sahamnya meroket hingga 13.947% hanya dalam waktu sekitar enam bulan saja menjadi Rp59.000 dari harga awal Rp420 per saham.

Toto Sugiri bahkan disebut “Bill Gates”-nya Indonesia dan menyukai dunia pemrograman. Ia melepaskan peluangnya untuk masuk ke jurusan kedokteran di Jerman dan akhirnya menyabet sarjana teknik elektro pada tahun 1980 di RWTH Aachen University, Jerman.

Ketertarikan Toto dibarengi ketekunan, serta rasa sayang terhadap ibunya yang sedang sakit keras membuatnya kembali ke Tanah Air dan berhasil menjadi salah satu pengusaha teknologi paling awal di Indonesia. Sebab industri ini memang sangat awam ditekuni pada dekade tersebut.

Pada tahun 1983, Toto mulai bergabung dengan Bank Bali untuk membuat sebuah software akuntansi yang memudahkan para pegawai akuntansi bank lebih efisien dalam mengerjakan tugasnya. Ia lalu dipromosikan menjadi VP Information Technology bank tersebut.

Meski sudah memiliki jabatan mentereng di bank, Toto rela meninggalkannya setelah enam tahun bekerja.  Kemudian perusahaan pertamanya Sigma Cipta Caraka, didirikan pada tahun 1989 sebagai salah satu perusahaan perangkat lunak lokal paling awal di Indonesia dan menjadi salah satu yang terbesar berdasarkan penjualan.

Sigma Cipta Caraka mengalahkan pesaingnya penyedia perangkat lunak impor. Dalam memperluas sayap, Toto membuat sebuah anak perusahaan bernama BaliCamp di Bedugul. Salah satu proyek besar yang dilakukan BaliCamp adalah pengecekan ejaan bahasa Indonesia untuk Microsoft. BaliCamp berhasil menggaet talenta lokal dan internasional, sebut saja Co-founder Tokopedia Leontinus Alpha Edison.

Toto lalu mendirikan penyedia layanan internet pertama di Indonesia, Indointernet atau Indonet pada tahun 1994. Ia memberikan jutaan orang Indonesia akses ke internet untuk pertama kalinya.

Tak berhenti di situ, Toto juga mendirikan Data Center Indonesia yang ia dirikan pada 2011. DCI merupakan perusahaan data pertama dan terbesar di Indonesia. Juga perusahaan data tingkat empat yang pertama di Asia Tenggara.  Sesuai namanya, perusahaan ini menawarkan penyimpanan data server dan layanan ruang pusat data bagi kliennya.

Nah, Toto kini menjabat sebagai Presiden Direktur DCI dan memegang 29,9 % saham perusahaan atau setara 712,8 juta lembar saham. Ia membangun DCI Indonesia bersama dengan Marina Budiman yang sudah bekerja dengan Toto sejak karier pertamanya di Bank Bali, Sigma Cipta Caraka, dan Indonet. Kerja sama antar kolega ini juga mengantarkan Marina Budiman ke peringkat 30 dari 50 di Indonesia versi Forbes.

DCI juga memiliki klien lebih dari 40 perusahaan telekomunikasi dan lebih dari 120 penyedia layanan keuangan di seluruh Indonesia, Asia Tenggara dan AS.

Selama dekade terakhir perusahaan telah menghabiskan USD210 juta untuk membangun empat pusat data di lokasi utama seluas 8,5 hektar di Cibitung, tepat di luar Jakarta, yang dapat ditingkatkan hingga 300MW untuk memenuhi permintaan lebih lanjut.

Terkait kinerja, DCI Indonesia seperti dilansir dari Wartaekonomi.co.id, mengumumkan laporan keuangan yang tumbuh positif sepanjang 2021. Akhir tahun lalu, emiten data center milik Toto mencatatkan kenaikan laba bersih 42,76% menjadi Rp261,45 miliar, dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp183,14 miliar.

Kinerja laba yang positif tersebut dibarengi oleh tumbuhnya pendapatan bersih 14,73% secara year on year (yoy) dari Rp759,36 miliar pada 2020 menjadi Rp871,24 miliar sepanjang tahun lalu. Sumber utama pendapatan DCII pun berasal dari jasa colocation, yakni mencapai Rp828,00 miliar pada 2021, naik 14,78% secara yoy.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here