Sunday, 28 April 2024
HomeBeritaMinta Menag Hapus 300 Ayat Alquran, Ini Profil Saifuddin Ibrahim

Minta Menag Hapus 300 Ayat Alquran, Ini Profil Saifuddin Ibrahim

Bogordaily.net yang kini bernama Pendeta  terlahir dari keluarga muslim taat, lantaran ayahnya adalah seorang guru agama Islam.

Pamannya juga disebut sebagai tokoh dan pendiri organisasi masyarakat (Ormas) Muhammadiyah di Bima.

lahir 26 Oktober 1965 dan banyak menghabiskan masa kanak-kanan dan remaja di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Setelah lulus dari bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Saifuddin juga masuk di Fakultas Ushuluddin jurusan Perbandingan Agama, yang banyak mengkaji agama Islam dan agama lain. Setamat kuliah, Ibrahim mengajar di Pesantren Darul Arqom Sawangan, Depok, Jawa Barat.

Pada 1999, ia mulai mengajar di Al-Zaytun yang berlokasi Haurgeulis Indramayu, salah satu pesantren besar di Indonesia pimpinan Syaykh AS Panji Gumilang, dan memiliki masjid yang bisa menampung 150.000 jemaah.

Hidup baru dijalani Ibrahim sebagai Pendeta setelah masuk ke agama Kristen pada tahun 2006.

Saifuddin Ibrahim

Dia juga menikahi putri tokoh Jepara serta kini diberitakan dikaruniai 4 anak. Pada 5 Desember 2017, ia ditangkap atas dakwaan ujaran kebencian dan divonis 4 tahun penjara.

Nama kembali mencuat tak kala pernyataannya kembali viral di Sosial Media. Bahkan di video terbaru, Saifuddin meminta Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menghapus 300 ayat Alquran.

berani berkata seperti itu karena menurutnya, 300 ayat Alquran tersebut jadi biang kerok lahirnya radikalisme.

Melalui unggahan video di kanal YouTube NU Garis Lurus, awalnya mendukung penuh kebijakan Menag Yaqut soal pengaturan penggunaan pelantang suara baik di masjid maupun musala.

“Saya sudah berulang kali mengatakan kepada menteri agama, dan ini adalah menteri agama yang saya kira toleransi dan damai tinggi terhadap minoritas,” buka Syaifuddin Ibrahim.

Selain mendukung pengaturan penggunaan pelantang suara di masjid, juga menyaranakan Menag Yaqut untuk mengevaluasi kurikulum sekolah berbasis Islam hingga Pesantren.

“Atur juga kurikulum yang ada di madrasah, hingga perguruan tingi. Karena sumber kekacauan itu dari kurikulum yang tidak benar. Bahkan kurikulum di pesantren jangan takut dirombak pak,” jelasnya.

“Karena pesantren itu bisa melahirkan kaum radikal. Seperti saya ini dulunya radikal. Saya pernah mengajar di Pesantren, jadi saya mengerti pak,” sambungnya.

Untuk mencegah orang-orang terhindar dari paham radikalisme. Syaifuddin Ibrahim sampai menyarankan Menag Yaqut untuk menghapus 300 ayat dari Alquran.

“Kalau perlu pak, 300 ayat Alquran yang menjadi pemicu hidupnya intorelan atau radikalisme itu dihapus pak. Karena sangat berbahaya,” tegasnya.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here