Monday, 6 May 2024
HomeNasionalPeringati Isra Mikraj, Begini Kata Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas

Peringati Isra Mikraj, Begini Kata Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas

Bogordaily.net– mengatakan tingkat kenegaraan merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Tentunya dengan meneladani dan menjabarkan nilai-nilai agama dalam bingkai kebangsaan.

Isra Mi'raj kata Yaqut, merupakan bagian penting dalam sejarah Islam. Dimana peristiwa merupakan awal disyariatkannya ibadah salat lima waktu, dimana Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa salat adalah tiang agama.

“Dapat kita maknai sebagai memperingati syariat Agung salat, yang mengajarkan nilai-nilai spiritualisme dan humanisme, sehingga menjadi dasar bagi terwujudnya ajaran Islam rahmatan lil alamin,” ujar Yaqut dalam sambutannya dilansir Suara.com pada Nabi Muhammad SAW Tingkat Kenegaraan 1443 Hijriah yang disiarkan dari Youtube Kementerian Agama, , 28 Februari 2022 malam.

Ketua Umum GP Anshor itu menuturkan, Indonesia dikaruniai tidak hanya kekayaan alam, tetapi juga kekayaan budi pekerti. Sehingga menjadikan bangsa Indonesia sebagai salah satu magnet dunia dalam mengelola secara baik posisi negara dan agama.

“Dari Sabang sampai Merauke kita dapat menyaksikan nilai-nilai persaudaraan kebangsaan yang sampai kini terjaga dengan baik,” sambungnya.

Lebih lanjut Yaqut menjelaskan, jika dibaca kembali sejarah Islam di Indonesia, telah tergambar jelas bagaimana Islam, bagaimana agama dan negara menjalin hubungan yang sangat erat.

Menurutnya Islam dengan berbagai caranya telah melebur dalam berbagai aspek kebudayaan dan nilai-nilai kehidupan masyarakat.

“Sangat mengagumkan kita semua dapat menyaksikan cara berislam yang begitu indah, bersanding dengan budaya bangsa,” papar dia.

Yaqut juga menuturkan hasil perjalanan Nabi Muhammad SAW,l berupa salat memiliki kandungan makna. Bahwa nilai-nilai ketuhanan harus diseimbangkan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

“Keduanya menyatu dan terekam baik dalam sikap dan perilaku masyarakat Indonesia sehingga menjadi perekat bangsa di tengah kompleksitas perbedaan yang tidak semua bangsa mampu melewatinya dengan baik,” paparnya.

Semangat kata Yaqut, bukan hanya menjadi catatan sejarah, melainkan momentum untuk renungan motivasi diri.

“Mari kita semua menjadikan bangsa Indonesia yang konsen mencari titik temu daripada mencari perbedaan. Perbedaan itu adalah niscaya, perbedaan itu sunatullah. Namun tidak berarti harus saling menjatuhkan,” kata Yaqut.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here