Wednesday, 24 April 2024
HomeNasionalPresiden Lakukan Kick Star Pembangunan IKN, Ini Kata Lumbis Pangkayungon

Presiden Lakukan Kick Star Pembangunan IKN, Ini Kata Lumbis Pangkayungon

Bogordaily.net – Ada banyak pemimpin punya mimpi besar, Republik Indonesia Jokowi Widodo termasuk pemimpin yang punya mimpi dan berani mewujudkannya. Dengan tekad kuat RI memimpin “Kick Start” pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Sebuah Kota masa depan bernama Nusantara. Upacara itu dimulai di Titik Nol IKN.

“Saya kerap membaca di media bahkan mendengar sendiri tentang sinisme, cibiran, atas inisiatif strategis yang lewat undang-undang kini menjadi proyek bangsa ini. Suatu hal yang wajar mencerminkan keberagaman pendapat,” kata PLT. Camat Lumbis Pasiangan Lumbis Pangkayungon dalam akun Facebook nya, Kamis 17 Maret 2022.

Menurutnya, sebagai pemimpin, Jokowi tetap berjalan dengan semangat besar. Banyak juga suara sumbang, bahwa ini adalah proyek boros di atas Rp 500 triliun.

“Belum saatnya kita pindah ibu Kota, bahwa Kota baru itu akan gagal dan sepi seperti sejumlah kisah pemindahan ibu Kota, baik lokal maupun global. Namun, Saya yakin Jokowi sudah memperhitungkannya dengan matang,” ujarnya.

Meski begitu, Kota Jakarta adalah Kota kesayangan yang sudah begitu sesak. Dan ancaman perubahan iklim akan membuat Kota andalan sejak jaman Belanda ini menghadapi problem lingkungan yang berat.

 

Lumbis Pangkayungon menceritakan bahwa ratusan tahun lalu Jakarta (dulu Batavia) juga telah menjadi “Center of Growth” dan dampaknya pertumbuhan ekonomi menjadi terpusat di Pulau Jawa.

Kota-kota di luar Jawa adalah sekunder, dan merangkak pelan, sebagian masih tumbuh dalam keterbatasan. Lebih separuh jumlah uang beredar di Jakarta, dan selebihnya baru terpercik ke luar Jawa.

“Sebuah gap, jurang yang akan mengancam renggangnya hubungan ekonomi, sosial, politik, dan budaya di Indonesia di masa depan,” ucapnya.

Jokowi, kata Lumbis, tampaknya menyadari hal ini. Dia memindahkan Ibu Kota dengan harapan Indonesia di abad 21 harus mampu menyatukan semua potensi dan kekuatan untuk menjadi bangsa besar di tengah perubahan global.

“Dia ingin menggeser “Center of Growth” Indonesia secara simbolik tidak lagi di Pulau Jawa, sebuah pulau yang makin miskin sumber daya alam, dengan populasi yang terus tumbuh pesat,” katanya.

Meskipun gagasan ini sudah pernah dipikirkan oleh Sukarno di awal 1950an dengan melihat Palangkaraya sebagai calon ibu Kota baru. Namun, gagasan itu tertunda oleh banyak sebab.

“Indonesia, republik yang muda saat Sukarno memimpin, ditimpa banyak problem berat ihwal ekonomi, dan juga politik,” tuturnya.

Oleh karena itu, Jokowi tahu apa yang akan dilakukannya adalah sebuah langkah besar dan revolusioner. Dia membayangkan Indonesia yang “pasca-Jawa”, sebuah Republik yang makin kuat buhul ikatannya dari arkipelago Sabang sampai Merauke.

“Jokowi membayangkan Indonesia masa depan harus menjadi “nation-state” yang kokoh, sebuah Indonesia yang telah “menjadi”. Dan tekad itu semua harus ditunjukkan dengan komitmen nasional yang mencermikan keadilan, yang menatap timur dan barat sama pentingnya, dan tak boleh satu daerah pun dibiarkan tertinggal,” katanya.

 

Menurut Lumbis, ini seperti Sukarno dulu memilih Kalimantan, Jokowi melakukan hal sama. Kalimantan adalah daerah yang netral, terletak persis di tengah arkipelago, dan cukup lama menjadi titik pertemuan dari berbagai suku.

“Itu pula, saya kira, yang mendorong Jokowi mengajak 34 Gubernur dan para menteri untuk hadir di “Kick Start” pembangunan IKN dengan seremonial simbolik mengumpulkan segumpal tanah dan semangkuk air dari seluruh penjuru Nusantara,” jelasnya.

maka dari itu, para Gubernur (kecuali enam yang berhalangan hadir dan hanya mengutus wakilnya) bersama menuang tanah dan air itu dalam guci besar. Sebuah simbol bahwa Ibu Kota baru adalah tanah bersama, milik semua suku di nusantara, dan sebuah ikatan kuat, sebuah persatuan dalam keberagaman.

“Tanah menjadi semacam kesadaran spasial, tentang ruang hidup bersama, yang menghadirkan sebuah “political space” tentang konsep kebangsaan,” ungkapnya.

Lumbis juga menceritakan sebuah potret yang beredar viral di media adalah adegan Jokowi yang duduk sendiri di depan tenda, yang dibangun khusus di tengah kepungan rimba bagi para pemimpin yang hadir di upacara itu.

Dia seperti sedang merenungkan langkah-langkah besar untuk mengubah kawasan kosong itu menjadi sebuah Ibu Kota dalam dua dekade ke depan.

“Saya melihat Jokowi yang duduk itu adalah seorang pemimpin dengan sebuah “purpose”, yang percaya keberagaman sebagai kekuatan. Nilai itulah yang mendasari visinya ke masa depan,” imbuhnya.

Pembangunan IKN, sebuah Kota yang dibayangkannya akan berdiri tegak di tengah kehijauan Kalimantan, namun tak juga begitu jauh mengarah ke samudera. Sebuah Kota yang cerdas secara teknologi, kota yang ramah kepada lingkungan, dan kota yang membahagiakan warga penghuninya. Sebuah tantangan berat di tengah ketidakmenentuan gerak politik dan ekonomi global di Abad 21.

“Melihat Jokowi duduk di depan tenda itu, saya tidak sedang membayangkan sebuah Ibu Kota yang akan dimulai pembangunannya dalam hari-hari ini. Saya membayangkan sebuah bangsa yang berani dan percaya diri,” tutupnya.*

 

Ibnu Galansa Montazery

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here