Bogordaily.net – Nama Garibaldi Thohir atau yang lebih dikenal Boy Thohir, kembali memjadi sorotan. Kali ini, dirinya berhasil membangun sebuah masjid pertama Indonesia yang berdiri di Los Angeles, Amerika Serikat.
Boy Thohir merupakan salah satu konglomerat di Indonesia yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Adaro Energy Tbk (ADARO). Sebelum sesukses sekarang, kakak dari Erick Thohir ini pernah menjadi calo tanah, dan juga sempat tak mendapat izin dari Ayahnya, Mochamad Teddy Thohir untuk menjadi pegawai.
Namun, ternyata keinginannya itu dilarang. Akhirnya, pada 1991 dia terbesit untuk mendirikan bisnis properti. Idenya itu muncul lantaran dia tahu bahwa akan ada pembangunan jalan yang menguhubungkan Saharjo dengan Kuningan. Boy pun ingin mendirikan sebuah gedung yang hendak dia sewakan.
Rencana itu pun mendapatkan izin dari ayahnya dan ia diberikan modal. Namun, rencana itu kandas lantaran dia hanya ingin membebaskan lahan seluas 3.000 meter persegi, sementara ketentuan pembebasan lahan minimum 1 ha.
Akhirnya dia dibawa ayahnya menemui petinggi-petinggi Astra Internasional saat itu, seperti Theodore Permadi Rachmat dan Edwin Soeryadjaya. Boy diminta untuk mempresentasikan pemikirannya tentang peluang bisnis properti di wilayah yang kini menjadi kawasan Kasablanka.
Boy ingat sekali ayahnya mengatakan sesuatu yang menjadi salah satu motivasinya untuk berbisnis. “Kalau kamu mulai dari nol dengan gaji hanya Rp 2 juta, bagaimana kamu bisa mengembalikan modal yang saya habiskan untuk membesarkan kamu yang hampir Rp 1 miliar itu?”
Ia dulu hanya seorang calo tanah yang membebaskan lahan untuk Astra. Meski gagal menjadi pegusaha properti dan hanya mentok menjadi calo tanah, justru pengalaman itu yang bisa membuatnya menjadi pengusaha sukses.
Lambat laun ia mulai terjun ke dunia bisnis batu bara. Usai menutup dalam-dalam citanya menjadi pebisnis properti, Boy pun menerima proposal bisnis batu bara di Sawahlunto dari rekan ibunya, pemilik PT Allied Indo Coal.
Saat itu, Garibaldi Thohir sama sekali tak punya pemahaman soal batu bara. Aksi coba-coba itu hanya didasari oleh asumsi bahwa suatu saat minyak bakal habis, dan batu baralah penggantinya. Pada awalnya Boy hanya diberikan 20 persen saham di PT Allied Indo Coal. Sayang perusahan itu performanya enggak baik, apalagi batu bara saat itu masih belum diminati. Akhirnya, Boy pun gagal lagi.
Sebagai pengusaha, Boy memanfaatkan uang itu dengan mendirikan sebuah konsorsium bersama Theodore Permadi Rachmat, Sandiaga Uno, dan Benny Subianto buat membeli saham Adaro dari perusahaan Australia, New Hope.