Saturday, 4 May 2024
HomeViralRitual Syirik Trending di Twitter, Ini Kata Warganet

Ritual Syirik Trending di Twitter, Ini Kata Warganet

Bogordaily.net– yang dilakukan Presiden Joko Widodo bersama dengan Gubernur se-Indonesia di Ibu Kota Negara () Nusantara menuai kritik warganet. Ritual menyatukan tanah dan air dari 34 provinsi atau disebut nusantara yang dilakukan, Senin, 14 Maret 2022 kemarin hingga kini masih menjadi perbincangan. Bahkan, di Twitter, tagar hari ini, Selasa, 15 Maret 2022 menjadi trending.

Sejumlah warganet menyebut ritual ini merupakan tindakan jahiliyah yang menghina martabat manusia sebagai mahluk sempurna dan mulia. Warganet bereaksi atas yang dilakukan Presiden Jokowi bersama Gubernur se-Indonesia di Ibu Kota Negara atau Nusantara.

“Ketika Halal & Haram (Religius) di Titik Nolkan oleh Budaya & Tradisi, sesungguhnya itu tindakan “Jahiliyah” yg menghina Martabat Manusia (Makhluk Sempurna & Mulia). Hentikan #RitualSyirik , sebelum murka Allah turun. #RitualSyirik IKN pembodohan masyarakat Madani.”, cuit salah satu warganet, dikutip dari Terkini.id (Jaringan Suara.com), Selasa, 15 Maret 2022.

yang dilakukan tersebut mendapat sorotan lantaran dinilai tidak sesuai ajaran Islam. Warganet mengaitkan hal tersebut dengan isu Islamophobia.

“Ternyata ini salah satunya kalian memang islamophobia hal-hal Syirik masih kalian lakukan mengatasnamakan kepentingan negara”, cuit warganet lain.

Sebagian warganet juga mengaitkan perjalanan Jokowi ke IKN Nusantara yang tidak mengikutsertakan wakil Presiden, KH Ma'ruf Amin.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo bersama Gubernur se Indonesia menggelar acara , Senin, 14 Maret 2022. Ritual ini dilaksanakan di titik nol IKN Nusantara dengan penyerahan tanah dan air yang dibawa oleh masing-masing gubernur dari daerahnya.

Kritikan juga datang dari Pengamat Politik Ubedilah Badrun. Ia diduga menyindir, Kepala Negara yang masih menganut politik klenik di era modern ini hanya Presiden Jokowi.

Menurutnya, politik klenik yang diyakini Jokowi seolah menunjukan adanya kemunduran peradaban politik. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan rasionalitas masyarakat modern.

“Ini klenik, dan politik klenik itu menunjukan suatu kemunduran peradaban politik,” katanya dilansir dari Wartaekonomi.co.id.

Menurut Ubedilah, di lokasi Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara itu tentu tak dapat diterima oleh akal sehat banyak orang.

“Praktek semacam itu dalam terminologi sosiologi budaya dan sosiologi politik bisa dikategorikan sebagai politik klenik. Suatu praktik politik mengimplementasikan kemauan penguasa (IKN) berdasar imajinasi irasionalitasnya yang meyakini semacam adanya mistisisme tertentu,” tutur Akademisi Universitas Negeri Jakarta.

Politik klenik menurut dia, bertentangan dengan rasionalitas karena politik modern yang menghadirkan pemerintahan modern meniscayakan syarat rasionalitas dalam seluruh implementasi kebijakannya.

“Membawa kendi berisi air dan tanah dari 33 provinsi itu sesuatu yang irasional dan tidak masuk akal. Berbahaya jika negara dijalankan dengan politik klenik,” pungkasnya.

Sementara itu terpisa, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Wandy Tuturoong mengatakan, kegiatan seperti Kendi Nusantara sering dilakukan masyarakat. Tak hanya Kendi Nusantara, banyak kegiatan lainnya yang menjadi simbol kebudayaan rakyat.

“Kegiatan simbolik seperti itu ada di mana-mana dalam budaya kita. Simbol itu bisa dimaknai macam-macam,” kata Wandy dilansir dari Suara.com.

Ia menjelaskan, hal terpenting dari Kendi Nusantara tersebut ialah niat baiknya. Sebagaimana diketahui, proses Kendi Nusantara itu menyatukan air dan tanah di dalam gentong yang berasal dari 34 provinsi.

Menurut pernyataan Presiden Jokowi, prosesi Kendi Nusantara tersebut menjadi simbol kebhinekaan dan Persatuan Indonesia.

“Yang penting kita melandasi dengan niat baik, untuk tujuan yang juga baik,” ujarnya.

Lagipula, Wandy menilai setiap masyarakat juga tidak bisa lepas proses simbolik. Sehingga, prosesi Kendi Nusantara dianggap bukan sesuatu yang bisa dikaitkan dengan metafisik bahkan klenik.

“Sampai sekarang pun, kalau lulus dari kampus ada proses wisuda dengan menggunakan baju toga. Itu juga simbolik dan itu baik-baik saja. Jadi kita perlu punya dugaan baik dan menghilangkan prasangka buruk,” jelasnya.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here