Saturday, 23 November 2024
HomeBeritaYusof Bin Ishak, Presiden Pertama di Singapura Berdarah Indonesia

Yusof Bin Ishak, Presiden Pertama di Singapura Berdarah Indonesia

Bogordaily.net – Yusof Bin Ishak, adalah Presiden pertama Singapura yang memiliki darah Indonesia dari kedua orangtuanya yang asli Indonesia. Ayahnya berasal dari Minangkabau dan Ibunya berasal dari melayu langkat (langkat kota di sumatera utara).

Yusof dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1910 di Padang Gajah, Trong, Bandar (Kota) Taiping, Negara Bagian Perak, Kerajaan Malaysia. Ayah Yusof bin Ishak berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia, sedangkan ibunya berasal dari Langkat, Sumatera Utara, Indonesia.

Encik Yusof adalah anak sulung dari sembilan bersaudara. Ayah Encik Yusof bernama Encik Ishak bin Ahmad, yang merupakan seorang Ketua Penyuluh Perikanan Negeri-Negeri Selat dan Persekutuan Tanah Melayu. Ibu Encik Yusof bernama Aishah binti Tun Haji Aminuddin.

Encik Yusof mengenyam pendidikan dasarnya di sebuah sekolah Melayu di Kuala Kurau, Perak, Malaysia, sebelum akhirnya dipindahkan ke Malay School di Taiping.

Pada tahun 1921, Yusof meneruskan pendidikannya ke King Edward VII School yang berbahasa Inggris di kota yang sama.

Tahun 1932, Ayah Encik Yusof dipindahkan tugaskan ke Singapura. Akhirnya, semua keluarga Encik Yusof memutuskan untuk mengikuti ayahnya ke Singapura.

Tahun 1924, Encik Yusof dimasukkan ke sekolah Raffles Institution, di mana Encik berhasil lulus Cambridge School Certificate selama tiga tahun dengan nilai yang sangat memuaskan, sehingga diberikan peluang untuk melanjutkan pendidikannya dalam program Queen’s Scholarship.

Encik Yusof aktif dibeberapa kegiatan sekolah, seperti olahraga hoki, kriket, angkat berat, dan tinju. Encik pernah menjuarai pertandingan tinju di kelas lightweight (1933). Selain itu, Encik juga sering terpilih menjadi ketua kelas.

Setelah menyelesaikan kewajibannya, Encik Yusof memulai kariernya sebagai seorang jurnalis dan menjalin kerja sama dengan dua teman lainnya untuk menerbitkan majalah khusus berita olahraga, Sportsman. Tiga tahun kemudian, atau pada tahun 1932, Yusof bergabung dengan surat kabar Malaysia saat itu, Warta Malaya.

Dengan keahliannya sebagai seorang wartawan, Encik Yusof menerima jabatan sebagai Asisten Pengurus dan Penanggung Jawab Suntingan walaupun dalam kurun waktu yang sebentar.

Tahun 1938, Encik Yusof akhirnya mengundurkan diri dari Warta Malaya, dan mendirikan Utusan Melayu Press Ltd. bersama dengan beberapa petinggi Malaysia yang ada di Singapura (1939).

Selama Jepang menjajah pada tahun 1942-1945, surat kabar ini terpaksa menghentikan peredarannya karena mesin cetak yang mereka miliki dibajak oleh Jepang untuk menerbitkan surat kabar berisi propaganda, Berita Malai. Pada saat itu, Encik Yusof memutuskan untuk menetap di Semenanjung Malaya.

Setelah akhirnya Jepang menyerah kepada Sekutu, akhirnya Encik Yusof pun memutuskan untuk kembali ke Singapura, dan melanjutkan karirnya di Utusan Melayu. Encik Yusof berkunjung ke Inggris sebagai anggota delegasi First Press Delegation (1948)

Yusof telah banyak menjabatan posisi penting di pemerintahan Singapura. Ia pernah menjadi bagian dari Komite Perfilman, Nature Reserves Committee atau Komite Pelestarian Lingkungan, hingga Komisi Organisasi Malaya.

Puncak karir Encik Yusof adalah tanggal 3 Desember 1959, saat itu Encik akhirnya dilantik menjadi Yang Di-Pertuan (Kepala Negara) Negara Singapura yang pertama.

Pada tanggal 9 Agustus 1965, Singapura memutuskan untuk memisahkan diri dari Malaysia dan menjadi negara yang merdeka serta berdaulat, Encik Yusof pun masih menjabat sebagai Kepala Negara. Encik Yusof juga kembali diberi kepercayaan untuk menjabat empat tahun pada tanggal 4 Desember 1967.

Sebagai bentuk jasa, Singapura pun mengabadikan namanya dalam tiga hal. Pertama, sebuah masjid di Woodlands yang bernama Yusof Ishak.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here