Bogordaily.net– Beragam permasalahan dihadapi Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Pakuan Kota Bogor. Salah satunya tingkat kekeruhan air permukaan untuk wilayah layanan zona tujuh.
Direktur Utama (Dirut) Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor, H Rino Indira Gusniawan mengatakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Katulampa memanfaatkan sumber air baku dari Sungai Ciliwung.
“Permasalah utama mungkin masih di zona tujuh. Kemarin juga kami temu pelanggan zona tujuh, dan kami ceritakan permasalahan itu di zona tujuh,” kata Rino saat kegiatan silaturahmi di lokasi Instalasi Pengolahan Air (IPA) bersih Jalan RE Soemantadireja, Palasari Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Rabu, 30 Maret 2022.
Satu tahun terakhir ini menurut Rino, kondisi Sungai Ciliwung mengalami tingkat kekeruhan air sampai 6.800 Nephelometric Turbidity Unit (NTU). Sedangkan standar air baku yang bisa dikelola di bawah 1.000 NTU.
Untuk itu, Perumda Tirta Pakuan menyiapkan berbagai langkah demi pelayanan terbaik menjelang Ramadan agar tidak terjadi gangguan.
“Akan ada perubahan bagi pelanggan air bersih dan akan membebaskan rumah ibadah selama Ramadan dan stand by bila terjadi gangguan,” jelas Rino.
Lebih lanjut ia menyampaikan, siklus kekeruhan air Perumda Tirta Pakuan belakangan mengalami gangguan kekeruhan umumnya terjadi pada pukul 11.00 siang hingga pukul 19.00 malam harinya dan setelah itu kembali bening atau normal. Lalu pukul 22.00 kembali keruh.
Persoalan ini diakui mantan Direktur Umum (Dirum) Perumda Tirta Pakuan tersebut menjadi tantangan bagi perusahaan untuk menyelesaikan permasalahan atas kekeruhan air Sungai Ciliwung. Di zona 7 sendiri tercatat 34 ribu pelanggan yang mengandalkan pasokan air dari SPAM Katulampa dengan kapasitas 320 liter per detik.
“Jika tingkat kekeruhan mencapai 5.000 NTU kami hanya bisa mengolah sekitar 240 sampai 250 liter per detik. Artinya, ada kekurangan sekitar 70 liter per detik yang mengakibatkan beberapa wilayah terkendala pasokan air. Ada beberapa upaya yang telah dilakukan Perumda Tirta Pakuan,” jelasnya.
Pertama, di antarnya melakukan eksperimen untuk penggunaan bahan kimia baru dan sudah dilakukan beberapa kali tes di laboratorium untuk mencari komposisi bahan kimia yang cocok untuk kekeruhan air dengan tingkat tinggi. Selesai di tingkat laboratorium dan sudah mulai pada tingkat pengolahan secara produksi.
“Ada hasil yang bagus, tapi perlu dilakukan penyempurnaan. Kami juga menerapkan metode pembubuhan dengan bahan kimia yang biasa digunakan pada saat pra sedimentasi dan pengolahan air,” urainya.
Metode pembubuhan dengan bahan kimia ini, kata Rino menunjukkan hasil yang bagus hanya saja dengan kekeruhan air sampai 2.000 NTU. Dengan metode pembubuhan bahan kimia tersebut, maka ada permasalahan lain terjadi penumpukan lumpur dari biasanya 1 persen bisa menjadi 50 persen. Sehingga banyak saluran tersumbat dan harus banyak melakukan pembuangan air sisa produksi.
Langkah selanjutnya, Perumda Tirta Pakuan mengatur ulang jalur pembagian wilayah layanan. Air sebagian dari wilayah layanan zona 4 sekitar 30 liter per detik dibagi untuk memenuhi wilayah layanan tertentu dengan sekitar 5.000 pelanggan.
“Untuk langkah lain tentunya penambahan kapasitas air untuk pasokan di wilayah layanan zona 7 itu sendiri. Kami berencana mengoperasikan sementara atau ujicoba IPA yang kerja sama dengan PT Unitex Tbk,” papar Rino.
Ia juga menyebut saat ini pihaknya sedang menggodok dan menyusun buat PKS (perjanjian kerja sama) dalam waktu singkat.
“Walaupun rencana awal ini dilakukan akhir tahun, tapi kami coba untuk mempercepat proses penanggulangan di zona 7. Itulah tiga langkah di zona 7,” pungkasnya.***