Bogordaily.net– Filipina dilanda badai tropis megi yang mengakibatkan 42 orang dilaporkan tewas. Tim penyelamat terus melakukan pencarian korban usai tanah longsor melanda desa-desa di Filipina tengah.
Longsor dan banjir karena badai tropis Megi atau dikenal warga setempat sebagai badai Agaton terjadi pada Minggu, 10 April 2022.
Sebagaimana dilansir CNN Indonesia dari CNN, badai Megi menerpa Filipina dengan kecepatan angin hingga 65 kilometer per jam dan hembusan hingga 80 kilometer per jam. Sebanyak 22 korban ditemukan tertimpa tanah longsor di provinsi Leyte.
Badan penanggulangan bencana nasional mengatakan sebanyak tiga orang tewas di wilayah Davao.
“Terjadi longsor di komunitas dan beberapa korban hanyut karena banjir,” kata Kepala Polisi Kota Baybay, Joemen Collado.
Collado juga menuturkan setidaknya enam orang masih hilang. Dalam beberapa foto yang dirilis pihak berwenang, tampak tim penyelamat mengarungi rumah-rumah yang terendam, pun mengevakuasi warga di daerah yang terkena tanah longsor.
Kantor berita AFP dilansir dari Detik.com, lebih dari 17.000 orang meninggalkan rumah mereka saat badai menerjang wilayah rawan bencana tersebut dalam beberapa hari terakhir.
Otoritas setempat mengatakan, tanah longsor menghantam beberapa desa di sekitar Baybay City di provinsi Leyte. Lebih dari 100 orang terluka.
Badan bencana nasional menyatakan, tiga orang juga tewas di provinsi Negros Oriental dan tiga orang tewas di pulau Mindanao.
Sebagian besar kematian di Leyte terjadi di desa pegunungan Mailhi di mana 14 mayat ditemukan, kata Kapten Angkatan Darat Kaharudin Cadil kepada AFP.
“Itu adalah semburan lumpur yang mengubur rumah-rumah. Kami menemukan sebagian besar mayat yang tertimbun lumpur,” kata Cadil, juru bicara Brigade Infanteri ke-802.
Rekaman drone menunjukkan hamparan lumpur yang luas yang menyapu perbukitan pohon kelapa dan meluluhlantakkan Bunga, komunitas lain yang hancur akibat badai.
Sedikitnya tujuh orang tewas dan 20 penduduk desa hilang di Bunga, yang kini hanya tinggal beberapa atap rumah yang menyembul dari lumpur.
“Seharusnya ini musim kemarau, tetapi mungkin perubahan iklim telah mengubahnya,” kata Marissa Miguel Cano, petugas informasi publik untuk Baybay City yang telah terkena dampak tanah longsor.
Upaya penyelamatan juga difokuskan di desa terdekat Kantagnos, yang menurut seorang pejabat telah dilanda dua tanah longsor.
“Ada tanah longsor kecil dan beberapa orang bisa lari ke tempat yang aman, dan kemudian longsor besar terjadi yang menutupi seluruh desa,” kata Wali Kota Baybay Jose Carlos Cari kepada media lokal DZMM Teleradyo.
Beberapa warga berhasil menyelamatkan diri atau ditarik keluar dari lumpur hidup-hidup, tetapi banyak juga yang dikhawatirkan masih terjebak. Empat orang telah dipastikan tewas di Kantagnos, tetapi tidak jelas berapa banyak yang masih hilang.
“Kami mencari banyak orang, ada 210 kepala keluarga di sana,” kata Wali Kota Baybay City.
Sementara itu selain badai Megi, Filipina sebelumnya diterjang topan Rai pada akhir 2021 lalu. Akibat topan ini, sebanyak 388 warga tewas. Topan juga menyebabkan aliran listrik terputus hingga banjir parah di sejumlah daerah.***