Friday, 29 March 2024
HomeBeritaKisah Datuk Chaniago, Sosok yang Menggambarkan Islam itu Indah

Kisah Datuk Chaniago, Sosok yang Menggambarkan Islam itu Indah

Bogordaily.net – Dulu, 30 tahunan yang lalu, ada seorang pedagang kaki lima, orang Padang yang berjualan di depan toko. Marganya Chaniago. Sepertinya kami dijodohkan oleh semesta untuk bertemu.

Hanya berselang 1 minggu setelah saya diserahkan toko untuk dikelola oleh paman, dia datang dari Padang, untuk menjaga lapak jam tangan pamannya. Pamannya itu buka cabang lapak lagi di lain tempat.

Tidak perlu waktu lama, kami jadi akrab. Kebetulan juga usia kami seumuran dan sama sama belum menikah.

Kalau sedang sepi pembeli, saya ikut duduk di lapaknya, mengobrol. Atau dia yang masuk ke toko. Beberapa kali dalam sebulan, saya ajak dia menginap di rumah. Mengobrol, main Play Station atau menonton film laser disc, yang waktu itu ukuran kepingnya sebesar ban sepeda anak kecil.

Di kampungnya, si Chaniago ini seorang Datuk, atau Datuak bahasa Padangnya.
Kampungnya sudah sepi, anak anak muda pergi ke negri sebrang mengadu peruntungan. Tugas tugasnya sebagai Datuak jadi tidak banyak, bisa dirangkap kerjanya oleh penghulu adat, jadi dia sendiri pun ikut merantau.

Orang Minang yang satu ini kurang pintar berdagang rupanya. Beberapa kali dia meminjam uang untuk menambah modal. Penasaran bagaimana cara dia merayu saya?

“Loe tau gak, caranya supaya hutang bisa dibayar?” Katanya memancing.
Setelah beberapa saat saya diam, dia lalu nemberi jawabannya. “Sama seperti ngeluarin air yang masuk ke kuping. Tambahin airnya ke kuping yang kemasukan air, diamkan sebentar, nanti yang di dalam ikut keluar.” Katanya sambil terkekeh kekeh.

Gelar Datuak yang dia sandang, adalah gelar adat yang diwariskan turun temurun. Sebelum memangku jabatan, dia dibekali dulu dengan berbagai ilmu adat istiadat. Ilmu agama juga.

Saat mengobrol, topik apa saja bisa dibicarakan, termasuk agama. Selain bermulut manis, si Datuk ini juga pandai berdongeng.

Dari dia saya banyak tahu tentang Umar Bin Khatab, seorang sahabat Nabi yang menjadi khalifah kedua, dan berkuasa dari tahun 634 – 644 Masehi.

Kisah kisah yang diceritakan Datuk tidak hanya cerita perang, tapi kisah kehidupan sehari-hari, yang sarat makna. Mengajarkan kita tentang bagaimana menghormati orang tua, bagaimana bersikap adil dalam memutus satu perkara, bagaimana hidup dalam kesederhanaan, dan masih banyak lagi.

Saya tidak tahu, apakah kisah keteladanan sahabat-sahabat Nabi diajarkan di sekolah sekolah dan madrasah, atau tidak . Yang saya tahu, anak anak sekarang begitu merosot moral dan akhlaknya.

Contoh saja, selepas waktu sahur malah tawuran. Ada lagi yang perang sarung, tapi diisi batu atau besi lebih dahulu. Ada juga video video anak ABG membully lansia, hanya untuk meraih popularitas di media sosial.

Salah siapa? Saya lagi lagi tidak tahu.

Cuma kalau ada kesempatan, saya ingin mengajak anak anak berandalan itu ke warung nasi padang dekat Danau Kering, Villa Bogor Indah. Mendengarkan kisah kisah inspiratif para sahabat Nabi. Teman saya si itu sekarang jualan nasi padang 10 ribuan di sana. Eh sekarang sudah 11 ribu, karena harga minyak goreng naik.

(Johnny Pinot)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here