Tuesday, 23 April 2024
HomeBeritaMbok Yem Turun Gunung Ditandu Warga Viral, Ini Profilnya

Mbok Yem Turun Gunung Ditandu Warga Viral, Ini Profilnya

Bogordaily.net – Baru-baru ini, unggahan video yang memperlihatkan Mbok Yem turun dari gunung Lawu, viral di media sosial. Lantas, siapakah Mbok Yem dan bagaimana ia bisa bertahan diaras Guung Lawu? Simak profilnya.

Video berdurasi 19 detik tersebut memperlihatkan dua orang menggunakan tandu mengusung Mbok Yem yang mengenakan jilbab merah dan baju hitam menyusuri jalur curam pendakian.

Dia ditandu dari puncak Gunung Lawu pada Rabu, 27 April 2022, siang.

Dalam video viral yang beredar, Mbok Yem tampak mengenakan baju hitam dan kerudung merah. Tandu sederhana yang menopang Mbok Yem itu terbuat dari batang bambu yang dirakit sedemikian rupa.

Kabarnya, Mbok Yem harus merogoh kocek sekitar Rp500.000. Itu biaya untuk setiap kali meminta bantuan porter yang menaikkan barang-barang kebutuhan berjualan di puncak Gunung Lawu.

“Barang-barangnya itu pakai porter gaes buat naikin ke Puncak Lawu dan itu harus bayar Rp 500 ribu” tutur pria dalam video yang diunggah di kanal Youtube Ardnen Cruise.

Wagiyem atau lebih dikenal dengan sebutan Mbok Yem ini memang tidak asing di kalangan pendaki. Ialah wanita paruh baya penjual makanan di atas awan Gunung Lawu.

Menurut informasi, Mbok Yem mulai membuka usahanya sejak tahun 1980an silam. Agar bisa membantu para pendaki yang mungkin kehabisan logistik di puncak Gunung Lawu berketinggian 3.150 mdpl tersebut.

Lokasi kedai sederhana milik Mbok Yem juga terbilang strategis. Berada tepat di pertemuan tiga jalur pendakian utama, baik dari Cemoro Sewu, Comoro Kandang, dan Cetho.

 

Mungkin mustahil jika membayangkan wanita berusia 60 tahun dan bertubuh agak gempal ini membangun warung makan di atas ketinggian, tapi nyatanya ia berhasil melakukannya. Menjadi satu-satunya penjual makanan di sana bahkan hidup makmur di sana.

Melansir dari goodnewsfromindonesia, Mbok Yem kerap menaiki puncak Lawu untuk mencari akar, serta sejumlah bahan herbal alami. Sebelumnya, ia memang berprofesi sebagai peracik jamu tradisional.

Lantaran kerap berjumpa dan berinteraksi dengan para pendaki gunung, Mbok Yem memutuskan untuk membuka warung makanan dan minuman. Untuk bisa memenuhi kebutuhan logistik dari para pendaki gunung yang kekurangan. Warung tersebut lantas jadi tempat tinggal bagi Mbok Yem juga.

Rumah makannya itu berada di ketinggian 3.150 mdpl, atau hanya selisih 115 mdpl dari Puncak Lawu. Ia telah membangunnnya sejak 1980an dengan kayu dan hiasan seadanya karena semua orang pasti tahu jalur pendakian Gunung Lawu memang sangat berat.

Saat ditanya kapan ia akan pensiun menjajakan makanan di Gunung Lawu, ia mengaku ingin terus bekerja di Gunung Lawu selagi kuat.

“Selama saya masih kuat untuk bekerja disini, saya akan tetap bekerja,” ucap Mbok Yem dalam Bahasa Jawa Juli lalu dilansir dari Kompas.

Sebelum Wagiyem membuat warungnya, ia mengaku sempat melanglangbuana membuat menjelajahi isi Gunung Lawu menjajal semua jalur, mulai dari via Candhi Cetho, Kabupaten Karanganyar, dan jalur lainnya. Ia mengaku juga sedang

Ia mengaku sudah berniat mencari nafkah di Gunung Lawu meski bukan hal yang mudah untuk tinggal di sana. Pasalnya, selain mitos mistis, ia juga merasakan cuaca ekstrem dengan angin kencang dan udara dingin hingga 5 derajat. Ia pun harus mendaki hingga 5-7 jam.

“Untuk stok dagangan saya juga dibantu orang lain. Jadi, ada orang yang antar barang ke sini tiga kali dalam seminggu,” ungkapnya.

Dulu ia ditemani oleh sang anak namun sekarang ia dibantu oleh sanak keluarga. Ia mengaku hanya sekali dalam setahun turun gunung pulang ke kampung halamannya.

“Yah, sekali setahun aja pulangnya. Waktu lebaran,” paparnya, sembari menyiapkan makanan untuk para pendaki.

Dalam sehari, Mbok Yem bisa melayani 200 hingga 300 orang pendaki.

Lebaran tahun ini, mbok Yem akhirnya turun Gunung Lawu untuk merayakan lebaran bersama keluarga di kampung halamannya. Diketahui Mbok Yem kembali pulang ke rumahnya di Dukuh Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here