Bogordaily.net – Sejumlah santriawan dan santriwati penyandang tuna netra yang tergabung di Rumah Tahfidz Qur’an Nurul Qalbi memanfaatkan waktu selama Bulan Ramadhan untuk mengaji dan menghafal ayat Al-Qur’an.
Mereka mengaji dengan metode braile atau huruf timbul. untuk membacanya, mereka memanfaatkan indra peraba melalui telunjuk tangan.
Dalam keterbatasan penyandang disabilitas tetap semangat untuk beribadah. Mereka mengaji setiap hari Selasa tepatnya di Jalan Melati VIII No.17, RT 04/RW 06, Sindangrasa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.
Di rumah tahfidz Quran Nurul Qalbi inilah para penyandang tuna netra yang berasal dari beberapa daerah, seperti Cianjur, Sukabumi dan Kabupaten Bogor memaksimalkan potensi diri yang dimilikinya yakni menghafal kalam-kalam Allah meski dalam keterbatasan.
Pengurus Rumah Tahfidz Al-Qur’an Nurul Qalbi, Erni Juhana menyampaikan, bahwa mayoritas yang bergabung dari berbagai kategori usia, dari yang muda hingga tua.
“Nantinya para penghafal Al-Qur’an akan diuji setiap tahunnya. Jika lulus, mereka akan diwisuda, bahkan ada yang sampai ikut kompetisi,” kata Pengurus Rumah Tahfidz Al-Qur’an Nurul Qalbi, Erni Juhana kepada Bogordaily.net, Rabu 13 April 2022.
Lebih lanjut Erni menceritakan bahwa Rumah Tahfidz Nurul Qalbi didirikan untuk menjadikan penyandang tunanetra sebagai hafiz Al-Qur’an.
Rumah Tahfidz ini terbagi beberapa cabang yang semuanya menginduk pada Rumah Tahfiz Nurul Qalbi Pusat di Depok.
“Pendirian rumah tahfidz di Bogor ini awalnya merupakan gagasan yang disampaikannya kepada pengurus Rumah Tahfiz Pusat Nurul Qalbi,” ujarnya.
Menurutnya, dia mengusulkan keberadaan Rumah Tahfiz tersebut ada di Bogor agar bisa menjadikan teman-teman tuna netra yang ada di sekitar kota dan kabupaten Bogor sebagai hafiz. Atau setidaknya mengajarkan bacaan Al-Qur’an pada mereka.
“Sebelumnya saya ada keinginan bagaimana caranya untuk mengumpulkan teman-teman saya yang tuna netra untuk bisa mengikuti tahfiz Qur’an atau paling tidak sehari-hari mereka bisa baca Al-Qur’an,” ungkap Ernih yang juga penyandang tuna netra.
Ernih mengaku, sebelum dirinya menjadi Pengelola Rumah Tahfiz Nurul Qalbi, ia kerap mengikuti pengajian maupun majelis di Jakarta dan Depok.
Dia bersyukur bisa bertemu dengan salah satu Pengurus PPPA Daarul Quran sehingga harapan mendirikan Rumah Tahfiz untuk tuna netra di Bogor dapat terwujud.
Dirinya menyampaikan, kegiatan rumah tahfidz ini hanya diadakan setiap hari Selasa. Mereka berangkat ke sini sendiri, tidak ada yang mengantar. Erni mempunyai harapan, agar ada donatur yang membantu pemberian dana untuk biaya transportasi mereka.
“Kasian mereka pasti akan kepikiran biaya transportasi ke sini. Mikirnya mending buat makan dari pada ongkos. Saya ingin mereka tetap semangat,” ungkapnya.*
(Ibnu Galansa Montazerry)