Saturday, 27 April 2024
HomeBeritaDirayakan Usai Idulfitri, Berikut Asal Usul dan Sejarah Lebaran Ketupat

Dirayakan Usai Idulfitri, Berikut Asal Usul dan Sejarah Lebaran Ketupat

Bogordaily.net– Masyarakat di Pulau Jawa umumnya mengenal dua kali lebaran yakni Idulfitri dan lebaran . Jika Idul Fitri diperingati pada 1 Syawal setiap tahun, maka lebaran akan diperingati 8 syawal atau sepekan setelah Idul Fitri. Meski kerap disebut lebaran , tidak semua daerah menghadirkan sebagai makanan khas. Seperti apa sejarahnya?

Dilihat dari sejarahnya, beberapa sumber menyebutkan tradisi lebaran sudah ada di Jawa sejak masa Wali Songo. Sunan Kalijaga, salah satu bagian dari Wali Songo saat menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa memperkenalkan dua kali lebaran yakni Idulfitri dan Bakda Kupat.

Sunan Kalijaga saat itu membawa ajaran puasa enam hari di bulan Syawal yang diajarkan umat muslim. Hadis Imam Muslim menyebutkan Rasulullah Muhammad SAW bersabda barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian melanjutkan enam hari di bulan Syawal maka baginya pahal puasa selama setahun penuh.

Atas dasar itulah, Sunan Kalijaga memperkenalkan puasa syawal mulai tanggal 2-7 syawal atau selama enam hari berturut-turut. Kemudian pada 8 Syawal orang-orang kembali merayakan lebaran yang disebut sebagai lebaran .

Melansir Suara.com dari NU Online, atau dalam bahasa Jawa disebut kupat mengandung filosofi ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Prosesi ngaku lepat umumnya diwujudkan dengan tradisi sungkeman, yaitu seorang anak bersimpuh dan memohon maaf di hadapan orang tuanya.

Kita diajak untuk memahami arti pentingnya menghormati orang tua, tidak angkuh dan tidak sombong kepada mereka serta senantiasa mengharap ridho dan bimbinganya. Hal ini sebagai bukti cinta dan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya begitupun orang tua kepada anaknya.

Prosesi ngaku lepat pun tidak hanya berkutat pada tradisi sungkeman seorang anak kepada orang tua, lebih jauh lagi adalah memohon maaf kepada tetangga, kerabat dekat maupun jauh hingga masyarakat muslim lainya, dengan begitu umat Islam dituntun untuk  mau mengakui kesalahan dan saling memaafkan dengan penuh keikhlasan yang disimbolkan dengan tersebut.

menjadi simbol maaf bagi masyarakat Jawa, yaitu ketika seseorang berkunjung ke rumah kerabatnya nantinya mereka akan disuguhkan dan diminta untuk memakannya, apabila ketupat tersebut dimakan secara otomatis pintu maaf telah dibuka dan segala salah dan khilaf antar keduanya terhapus.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here