Tuesday, 14 May 2024
HomeEkonomiJadi Ancaman, Inflasi April 2022 Catat 0,95 Persen Tertinggi Sejak 2017!

Jadi Ancaman, Inflasi April 2022 Catat 0,95 Persen Tertinggi Sejak 2017!

Bogordaily.net– Terjadi sebesar 0.95 persen pada April 2022. Badan Pusat Statistik () mencatat kenaikan laju April ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2017 silam. Kondisi ini pun membuat Indonesia mulai mengalami ancaman meroketnya laju yang saat ini menjadi masalah besar hampir sebagian negara dunia.

“Penyumbang utama minyak goreng, bensin, daging ayam ras, tarif angkutan udara,” kata Kepala Margo Yuwono dikutip dari Suara.co, Senin, 9 Mei 2022.

Pantauan di 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) seluruhnya mengalami . tertinggi terjadi di wilayah Tanjung Pandan yang mencapai 2,85 persen, sementara terendah terjadi di wilayah Gunungsitoli yang sebesar 0,22 persen.

Sehingga laju inflasi tahun kalender 2022 sudah mencapai 2,15 persen, sedangkan laju inflasi dari tahun ke tahun mencapai 3,47 persen.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,76 persen dan juga kelompok transportasi yang mencapaj 2,42 persen. Andil dari 2 kelompok tersebut masing-masing andilnya 0,46 persen dan transportasi dengan andil 0,26 persen.

Terpisah, sebelumnya Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan akan ada lonjakan laju inflasi pada April 2022. Momen Ramadhan dan Idul Fitri disebut menjadi daya dorongnya.

Bhima mengatakan, perkiraan inflasi pada bulan April 2022 sebesar 0,9 persen sampai dengan 1 persen mtm, atau lebih tinggi dari tingkat inflasi pada Maret 2022 yang sebesar 0,66 persen mtm.

“Proyeksi inflasi berada di kisaran 0,9 persen sampai dengan 1 persen mtm atau 3,52 perse yoy per April 2022,” kata Bhima dikutip Suara.com.

Menurut dia faktor utama berasal dari cost push dan demand pull sekaligus. Dari biaya produksi terjadi kenaikan harga BBM, PPN dan harga minyak goreng serta bahan pangan seperti daging sapi dan daging ayam.

“Kenaikan harga dipicu oleh kebijakan pemerintah mendorong produsen menyesuaikan harga jual,” imbuhnya.

Dari sisi demand pull atau permintaan kata dia terjadi kenaikan karena faktor musiman ramadhan dan jelang lebaran. Dorongan permintaan juga muncul karena longgarnya mobilitas masyarakat dan pembayaran THR swasta yang dibayar penuh.

“Ketika pendapatan naik selama lebaran maka belanja masyarakat ikut sumbang inflasi,” katanya.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here