Friday, 22 November 2024
HomeBeritaKasus Covid-19 Melonjak di Korut, Harga Obat Herbal Naik Tajam

Kasus Covid-19 Melonjak di Korut, Harga Obat Herbal Naik Tajam

Bogordaily.net– Korea Utara tengah dilanda gelombang tinggi kasus Covid-19. Dilaporkan lebih dari 1,2 juta warga diduga suspek Covid-19 di tengah penyebaran virus di negara yang dipimpin Kim Jong-un itu. Di tengah lonjakan kasus corona, harga obat-obatan herbal yang tak berkaitan dengan Covid-19 ikut meroket dua kali lipat hingga lebih.

Seorang penduduk di Provinsi Pyongan Utara mengatakan semua obat flu yang diproduksi China telah hilang.

“Karena jumlah pasien virus corona meningkat pesat akhir-akhir ini, obat demam dan flu jadi tidak tersedia,” ujarnya dikutip CNN Indonesia dari Radio Free Asia akhir pekan lalu.

Harga obat-obatan herbal yang tidak terkait dengan pengobatan Covid-19 melonjak tajam.

Misalnya harga uhwang-cheongsimhwan, pil yang terbuat dari sekitar 30 herbal, dari 10 ribu won atau Rp23 ribu menjadi 25 ribu won (Rp64 ribu).

Harga obat herbal lain, uhwang-angunghwan, telah naik menjadi 35 ribu won (Rp404 ribu) dari 15 ribu won (Rp175 ribu), dan obat herbal sochewan naik menjadi 8.000 won.

Obat demam dan meriang tak tersedia usai Komite Pusat Partai Pekerja Korea Utara mulai menerapkan sistem karantina darurat secara maksimal.

Rumah sakit akan kebanjiran pasien, tetapi obat-obatan tak cukup tersedia bagi mereka yang terinfeksi.

“Mungkin kasus kematian akan bertambah karena mereka [petugas RS] tak menerima obat yang meringankan gejala [Covid],” kata salah satu petugas medis.

Petugas medis profesional juga memperingatkan orang yang berhasil mendapat obat dingin harus berhati-hati karena bisa saja itu produk palsu.

“Kadang perusahaan farmasi dan penjual obat menjajakan obat-obat dingin, tapi banyak dari itu yang palsu. Bahkan ada kasus demam tinggi dari provinsi Changijon meninggal karena mengonsumsi obat menggigil,” jelas dia.

Sementara itu lonjakan kasus Covid-19 di Korut tak sejalan dengan fasilitas kesehatan dan kapasitas pengujian negara itu.

Korut disebut telah memulai program vaksinasi massal, tetapi hingga kini belum mencapai satu persen dari total penduduk.

Selain itu, Korut memiliki kemampuan tes yang terbatas. Hal ini meningkatkan kekhawatiran sulitnya menilai seberapa luas dan cepat wabah menyebar. Termasuk memverifikasi jumlah kasus dan kematian yang dikonfirmasi.

Sebelumnya, Korea Utara melaporkan lebih dari 1,2 juta warga yang diduga suspek Covid-19 di tengah penyebaran virus di negara itu.

Media Korut, Korea Central News Agency seperti dikutip dari Radio Free Asia, dari akhir April hingga 15 Mei jutaan orang itu sakit “demam” yang belum teridentifikasi dan diduga berkaitan dengan virus corona. Laporan tersebut muncul hanya berselang dua hari usai Korea Utara mengonfirmasi kasus Covid-19 pertama.

Pejabat Pusat Komando Karantina Darurat Nasional, Ryu Yong Chol, mencatat kasus positif Covid-19 sebanyak 168 dan 56 meninggal dunia. Sebanyak 168 kasus terdeteksi di Pyongyang dan sisanya tersebar di tujuh kota dan provinsi.

Untuk mengantisipasi laju penularan virus Covid-19, pemimpin Korut Kim Jong-un mengerahkan sekitar 3.000 tentara medis untuk mendistribusikan obat-obatan.

Ia juga menetapkan sejumlah aturan. Seperti membatasi aktivitas, membagikan obat-obatan dan mengerahkan tentara untuk membantu mendistribusikan obat. Sekitar 3.000 tentara medis ambil peran dalam menangani wabah ini.

“Sistem pelayanan untuk mengantar dan memasok obat-obatan berlaku selama 24 jam,” demikian menurut laporan media pemerintah.

Selain hal-hal itu, keluarga Kim juga ikut turun tangan dengan mendonasikan obat-obatan di Provinsi Hwanghae Selatan.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here