Bogordaily.net – Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto membutuhkan Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, untuk membangun Kota Bogor yang heterogen.
Pernyataan ini disampaikan walikota Bima Arya saat menyampaikan sambutan walikota Bogor pada kegiatan Halal bihalal Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor yang diselenggarakan di Auditorium Prof. Abdullah Siddik, SH. Kampus UIKA jalan Sholeh Iskandar Km.2 Kota Bogor, Selasa (10/05/22).
“Mengelola kota ini, pemerintah kota tidak bisa sendiri, mengelola kota ini harus menyadari kompleksitas keberagamanya,” ucapnya
Bima menyampaikan, ada tiga pilar yang menjadi dasar penting untuk membangun dan membesarkan kota Bogor, satu keisalam, kedua keindonesiaan dan yang ketiga keilmuan, jika kota ini ingin seimbang, maka ketiganya harus berjalan papalel menurutnya.
“Islam harus kita jaga bersama, tentu islam yang rahmatanlilalamin, yang pak kyai didin selalu memberikan nasihatnya untuk kita, bukan islam yang mengkotak-kotakan, yang membeda-bedakan dan lain-lain,” jelasnya
Yang kedua ke Indonesiaan, kota yang berkembang atas dasar kebersamaan dalam keberagaman, yang tidak parno tidak phobi terhadap islam tetapi juga tentunya bisa menyelaraskan antara nilai-nilai agama dan kebangsaan. semangat kebangsaan menjaga itu semua.
“Dan terakhir keilmuan adalah bagaimana kota ini didorong oleh gagasan ilmu dan pengetahuan the city shoot be driven by idea and knowledge” paparnya.
Bima menyampaikan, Kota Bogor merupakan kota yang sangat lengkap, pondasi dan kultur dasarnya adalah kota santri, pesantren dan keislamannya kuat dimana-mana, karena ada beberapa paku di Kota Bogor ini yang kita ketahui bersama, diantaranya ada Bakom, Asogiri, ada Pagentongan termasuk di sini (UIKA) ada para pemikir-pemikir islam modern yang memiliki pengaruh besar di tanah air.
Bima Menambahkan, namun dalam konteks kesejarahan, 5 Abad yang lalu, menurutnya, disini (Kota Bogor) juga berdiri satu kerajaan sunda terbesar di tanah air dan pada masa keemasannya menjadi kerajaan yang paling sejahtera dibawah pimpinan Prabu Siliwangi Sribaduga Maharaja, lima abad yang lalu dan sampai saat ini masih ada akar historisnya.
Para budayawan, para seniman sangat menjaga betul kebanggan ini yang tidak dimiliki oleh kota-kota lainnya disekitar bogor.
Selain itu kata Bima, Bogor merupakan kota intelektual, beliau menyapaikan sesuai dengan data yang pernah beliau lihat, Kota Bogor merupakan kota dengan populasi doktornya relatif lebih tinggi dibanding kota-kota lain, bahkan disatu wilayah tertentu, populasi doktornya sangat tinggi, mungkin itu komplek dosen-dosen UIKA atau IPB, kelakarnya yang disambut dengan tepuk tangan meriah para hadirin.
Ia menambahkan aktivis-aktivis NGO internasionalpun banyak sekali berada disini (Kota Bogor), jadi disini kota inletektual juga.
Bogor juga di kenal sebagai kota Peta (Pembelaan Tanah Air), dimana jalan sudirman itu para pemimpin bangsa dengan latar belakang militer digojlog dan dididik disana, kota ini juga dipenuhi oleh pounding pather yang berlatar belakang itu.
Dibogor juga kita mengenal banyak ulama yang juga umaro, ulama yang juga pejuang militer, seperti kita kenal pak kyai sholeh Islandar.
Ditambah, hari ini Kota Bogor menjadi ibukota depakto-nya Indonesia, ibu kotanya boleh Jakarta, tapi kepala negaranya tinggal dan menerima tamu kenegaraanya di Kota Bogor.
“Dulu jaman saya SMP,SMA kota ini masih merupakan kota homogen, kemungkinan pendudukanya baru empat ratus ribuan, sekarang sudah satu koma satu juta jiwa dengan penduduk yang sangat heterogen sekali,” pungkasnya
Oleh karenanya, menurut bima, perlu kita syukuri bawa kita saat ini tinggal dan hidup di Kota Bogor, yang sama-sama harus kita jaga dan kita kuatkan karakternya.
“Kota Bogor tidak bisa bergerak sendiri dan saya membutuhkan UIKA Seperti saya membutuhkan kampus-kampus yang lain. akan tetapi karena di UIKA tiga elemen tadi ada disini, maka UIKA Posisinya jauh lebih strategis dibanding kampus-kampus yang lain yang dimensinya jauh lebih terbatas,” tutupnya.
Albin