Bogordaily.net– Sebanyak 59 orang dilaporkan tewas akibat banjir yang terjadi di Bangladesh dan India. Tak hanya menelan korban jiwa, banjir juga menyebabkan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal, setelah hujan deras mengguyur negara-negara tersebut tanpa akhir.
Melansir Suara.com, badai petir telah menewaskan sedikitnya 21 orang di Bangladesh, sementara sisanya hilang akibat banjir, petir dan tanah longsor di India, dikutip New York Time dari Agence France-Presse.
Menurut laporan badan penanggulangan bencana negara bagian, di negara bagian Assam, India, 2 juta rumah terendam air. Penduduk setempat menggambarkan situasi yang mengerikan di lapangan.
“Bagaimana kita bisa makan (dalam kondisi ini)?” kata Anjuman Ara Begum dari dapurnya yang kebanjiran.
Sementara itu Bangladesh memiliki sekitar 130 sungai yang semuanya naik, menurut pusat prakiraan dan peringatan banjir di Dhaka, ibu kota.
“Seluruh desa tenggelam pada Jumat pagi dan kami semua terdampar,” kata seorang lelaki, yang diidentifikasi sebagai Lokman.
“Setelah menunggu seharian di atap rumah kami, seorang tetangga menyelamatkan kami dengan perahu darurat. Ibu saya berkata bahwa dia belum pernah melihat banjir seperti itu sepanjang hidupnya.”
Banjir hampir mencapai landasan pacu Bandara Internasional Osmani di wilayah Sylhet Bangladesh, memaksa penerbangan ditangguhkan selama tiga hari, kata Hafiz Ahmed, manajer bandara.
Tak hanya itu Jalan raya kota Sunamganj juga terendam banjir, meskipun beberapa lalu lintas masih bisa bergerak, menurut laporan.
Tayangan televisi lokal menunjukkan warga yang putus asa mengarungi air setinggi dada, membawa harta apa pun yang mereka bisa.
Dalam beberapa kasus, sekolah telah diubah menjadi tempat penampungan bantuan.
Terpisah, di Assam, Sungai Brahmaputra — salah satu yang terbesar di benua itu — meluap tanggulnya yang membanjiri sedikitnya 3.000 desa.
“Kami memperkirakan hujan sedang hingga lebat di beberapa bagian Assam hingga Minggu. Volume curah hujan belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Sanjay O’Neil seorang pejabat di stasiun meteorologi negara bagian di ibu kota Assam, Gauhati.
Banjir menjadi ancaman biasa bagi jutaan orang di dataran rendah Bangladesh, tetapi para ahli mengatakan perubahan iklim meningkatkan frekuensi, keganasan, dan ketidakpastiannya.
Hujan tanpa henti selama seminggu terakhir telah membanjiri wilayah timur laut Bangladesh yang luas, sehingga pemerintah mengerahkan pasukan untuk mengevakuasi penduduk.
Sekolah juga diubah menjadi tempat penampungan bantuan untuk menampung seluruh desa yang terendam dalam hitungan jam oleh sungai yang tiba-tiba meluap.
“Seluruh desa tenggelam pada Jumat pagi dan kami semua terdampar,” kata Lokman, yang keluarganya tinggal di desa Companiganj, dilansir dari AFP.***