Monday, 29 April 2024
HomeBeritaKisah Teuku Markam Saudagar Kaya Penyumbang Emas Monas yang Berakhir Tragis

Kisah Teuku Markam Saudagar Kaya Penyumbang Emas Monas yang Berakhir Tragis

Bogordaily.net – Namanya memang tidak populer apalagi untuk zaman sekarang. Teuku Markam saudagar kaya raya dari Aceh. Dialah salah satu penyumbang emas
terbanyak. (Monumen Nasional) yang jadi kebanggaan bangsa ini.

Tapi perjuangan dan pengorbanan harus dibayar mahal. Penyumbang ini nasibnya tragis setelah eta berganti.

Tak semua orang tahu kisahnya, meski jasanya sangat besar bagi Republik Indonesia.

Tugu Monumen Nasional () yang menjadi lambang penanda Ibu Kota Jakarta menyimpan sejuta kisah di balik pembangunannya.

Tugu setinggi 132 meter ini masuk ke dalam proyek ambisius Presiden Soekarno, yang dinamai proyek mercusuar, dan digarap dengan penuh perhitungan.

Salah satu komponen penting yang tak luput dari perhatian Soekarno adalah komponen lidah api di pucuk monumen yang dinamai Lidah Api Kemerdekaan.

Lidah api itu dianggap sebagai perwujudan kepribadian bangsa Indonesia: ia dinamis, bergerak, dan berkobar. Agar menampilkan kesan menyala, lidah api ini dilapisi dengan emas murni.

Di awal pembangunannya, konstruksi tersebut dilapisi emas seberat 35 kilogram, tetapi ketika Indonesia merayakan hari jadinya yang ke-50, lapisan emas ditambah hingga menjadi seberat 50 kilogram. Konon, sebagian besar emas yang digunakan untuk melapisi Lidah Api Kemerdekaan disumbangkan oleh saudagar kaya asal Aceh bernama Teuku Markam.

Sosok Teuku Markam Dilansir dari Wartakotalive.com, Teuku Markam terlibat dalam pembangunan infrastruktur di Aceh dan Pulau Jawa semasa berjaya menjadi pengusaha.

Sebelum banting setir menjadi pengusaha dan mendirikan PT Karkam, pria kelahiran Aceh Utara tahun 1925 ini pernah masuk militer dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Setelah terjun ke dunia bisnis, Teuku Markam bisa dibilang ulet dan mau mencoba segala lini bisnis, mulai dari bisnis ekspor-impor, jual beli besi beton, hingga pelat-pelat baja. Dengan beragam jenis bisnis ini, tak heran jika ia tumbuh menjadi saudagar yang sangat kaya.

Jumlah kekayaan si penyumbang ini sangat luar biasa, sampai-sampai ia pernah menyandang gelar orang terkaya se-Indonesia.

Dicap PKI dan dibui Teuku Markam begitu dihormati ketika Presiden Soekarno memimpin Indonesia. Namun, keadaan berubah ketika Soekarno turun takhta dan digantikan oleh Soeharto.

Ia dituduh terlibat aktif dalam pemberontakan PKI serta dianggap Sukarnois garis keras.

Pada tahun 1966, Teuku Markam diciduk dan dipenjara tanpa proses peradilan oleh rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.

Pertama-tama ia dimasukkan ke tahanan Budi Utomo, lalu dipindahkan ke Guntur, selanjutnya berpindah ke penjara Salemba, Jalan Percetakan Negara.

Lalu dipindah lagi ke tahanan Cipinang, dan terakhir dipindahkan ke tahanan Nirbaya, tahanan untuk politisi di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur.

Tahun 1972, ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot Soebroto selama lebih kurang dua tahun.

Ia dituduh terlibat aktif dalam pemberontakan PKI serta dianggap Sukarnois garis keras.

Pada tahun 1966, Teuku Markam diciduk dan dipenjara tanpa proses peradilan oleh rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.

Pertama-tama ia dimasukkan ke tahanan Budi Utomo, lalu dipindahkan ke Guntur, selanjutnya berpindah ke penjara Salemba, Jalan Percetakan Negara.

Lalu dipindah lagi ke tahanan Cipinang, dan terakhir dipindahkan ke tahanan Nirbaya, tahanan untuk politisi di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur.

Tahun 1972, ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot Soebroto selama lebih kurang dua tahun.

Pada tahun 1974, Soeharto mengeluarkan Keppres N0 31 Tahun 1974 yang isinya antara lain penegasan status harta kekayaan eks PT Karkam/PT Aslam/PT Sinar Pagi yang diambil alih pemerintahan RI tahun 1966 berstatus pinjaman yang nilainya Rp 411.314.924 sebagai modal negara di PT PP Berdikari.

Semua properti dan harta Teuku Markam diambil alih pemerintah. Alhasil, hidup sanak keluarga dari saudagar kaya ini terlunta-lunta. ***

Sumber: Tribunnews.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here