Bogordaily.net – Baru-baru ini Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang merupakan lembaga kemanusian dituding penipuan. Salah satu nya yakni, ACT memiliki utang hingga miliaran dari program pembangunan 91 sekolah yang merupakan sumbangan keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air.
Tagar #JanganPercayaACT trending di media sosial Twitter hari ini Minggu, 3 Juli 2022.
ACT dituding melakukan penyimpangan terkait dana yang disumbangkan oleh umat, dimana dana tersebut bakal dialirkan kepada yang membutuhkan.
Dilansir dari Tempo, menyebutkan bahwa ACT memiliki tanggungan besar dalam program pembangunan 91 sekolah yang merupakan sumbangan keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air.
Pada pertengahan tahun lalu, pembangunan sejumlah sekolah itu disebut sempat mandek. Padahal ACT sudah mendapatkan aliran dana sekitar Rp 135 miliar dari perusahaan pembuat pesawat asal Amerika Serikat, Boeing.
Pembangunan sekolah itu merupakan bagian dari kompensasi Boeing kepada keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air nomor penerbangan JT-610 yang jatuh pada 29 Oktober 2018. Lokasi pembangunan sekolah ditentukan oleh keluarga korban.
Sebagian duit Boeing tersebut diduga digunakan untuk menutup pembiayaan program Aksi Cepat Tanggap lainnya. Dua mantan petinggi ACT mengatakan praktik seperti itu biasa dilakukan di lembaga tersebut.
Dana tersebut pun diduga digunakan dengan benar. Pembangunan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Persis Tanjungsari di kompleks Pesantren Tasikmalaya, Jawa Barat, yang tak sesuai perencanaan, misalnya. MTs itu dibangun sebagai kompensasi untuk keluarga Vivian Hasna Afifa, salah satu korban pesawat Lion Air.
Salah satu korbannya yakni, Neuis Marfuah, ibu Vivian, bercerita keluarganya meminta duit dari Boeing digunakan untuk membangun perpustakaan dan laboratorium. Ia juga meminta agar di lokasi pesantren milik keluarga itu dibuat lapangan basket. Proyek itu rampung pada Desember 2021.
Namun perempuan berusia 51 tahun itu menilai pembangunan dilakukan asal-asalan dan menggunakan bahan berkualitas rendah. “Masak ruang komputer tidak ada colokan listriknya?,” kata dia.
Selain itu, dia juga menyatakan ada kesalahan karena yang dibangun bukan lapangan basket, tetapi lapangan voli. “Saya minta ACT memperbaiki. Kalau tidak, saya laporkan ke Boeing.”
Disisilain, Presiden ACT Ibnu Khajar mengatakan realisasi program sosial Boeing yang dilaksanakan lembaganya molor karena kendala pandemi.
“Ada kendala teknis. Kami minta waktu tambahan ke Boeing dan mereka memahami,” katanya.
Pernyataan berbeda disampaikan Ahyudin, mantan Ketua Dewan Pembina Aksi Cepat Tanggap. Ahyudin membenarkan kabar bahwa September tahun lalu ACT kesulitan keuangan karena dana dari Boeing sudah digunakan untuk program lain.
“Nilai utang ACT ke Boeing mencapai Rp 56 miliar,” ujarnya. “Pemotongan gaji pegawai tahun lalu untuk membayar utang program ke Boeing.”
Sementara itu, kepolisian kini ikut turun tangan untuk menyelidiki adanya dugaan penggelapan dana yang dilakukan lembaga kemanusiaan ACT.***