Friday, 19 April 2024
HomeKabupaten BogorPentingnya Pendidikan Bagi Perempuan

Pentingnya Pendidikan Bagi Perempuan

Bogordaily.net – Perempuan adalah tempat memberikan pendidikan pertama sebelum melanjutkan pada taraf pendidikan sekolah.

Kutipan mengenai “Ibu adalah Madrasah pertama bagi anak” memang nyata adanya dan menjadi patokan Mengenai arti dari seluruh kehidupan.

Di dalam surat yang ditulis oleh Kartini Pada nyonya Abendanon 21 Januari 1901. Ia mengungkapkan bahwa urgensi Pendidikan bagi perempuan adalah sifat Yang paling utama, karena dari seorang Perempuanlah pendidikan karakter Seorang anak itu dapat dibentuk.

Sering kali kita dengar istilah ;
”UNTUK APA PEREMPUAN SEKOLAH TINGGI-TINGGI, TOH UJUNG NYA KE DAPUR-DAPUR JUGA”

Istilah seperti itu sering kali kita dengar, bukan? Baik dari masyarakat, tetangga, teman, kerabat, bahkan keluarga sendiri.

Memang benar istilah itu adanya, bahwa setinggi apapun pendidikan seorang perempuan, ia akan tetap di dapur juga, layaknya seorang istri.

Akan tetapi, apakah salah jika seorang perempuan menempuh pendidikan yang tinggi? Tidakkan? Bagaimanapun perempuan akan menjadi “Madrasatul Ula”, guru pertama untuk anaknya.

Ibu R.A Karitini pernah berkata “Rata-rata kecerdasan seorang anak Juga diturunkan dari seorang ibu, maka Perempuan yang nantinya akan menjadi Seorang ibu haruslah memiliki kecerdasan Yang tidak hanya intelektualnya saja Tetapi juga memiliki kecerdasan Emosional dan spiritual yang baik,”.

Oleh karena itu saya simpulkan Kecerdasan seorang anak tergantung bagaimana kecerdasan seorang ibu. Memang benar genetik itu biasanya lebih berpengaruh dari seorang ayah.

Akan tetapi, untuk kecerdasan itu tergantung bagaimana ibunya. Maka dari itu, pendidikan yang tinggi juga penting untuk perempuan.

Karena, perempuan yang akan menjadi Ibu ini akan menjadi inspirasi yang Diteladani oleh anak-anaknya kelak, maka Perempuan pun butuh bekal pendidikan Yang menunjang kecerdasannya tersebut.

Buya Hamka (2014) menjelaskan bahwa perempuan memiliki hak istimewa yang dibuktikan dengan perempuan dipandang mulia dan tidak lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Hal ini juga tercantum dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 tentang validasi konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi Terhadap perempuan dan kebijakan untuk Mewujudkan keseetaraan gender di Indonesia.

Sekarang saya tanya. Khususnya kepada laki-laki, kalian pasti menginginkan perempuan yang cantik bukan? Akan tetapi, apakah kecantikan saja cukup untuk menjadi seorang istri yang nantinya akan menjadi ibu dari anak kalian? Tidak bukan?

Pasti menginginkan perempuan yang cantik nan pintar juga, kan? Tentu saja.

Apalagi di tambah pintar pula perihal agama, mungkin itu bonus. Sudah cantik, berpendidikan, sholehah pula. MasyaAllah.

“Perempuan adalah pembawa Peradaban” begitu kata ibu Kartini pada buku nya (Habis Gelap Terbitlah Terang)

Tapi ingat, sepintar apapun perempuan, setinggi apapun pendidikan perempuan kalian harus sadar dan punya batasan di dalam keluarga layaknya seorang istri kepada suaminya.

Tetap semangat sebagai perempuan yang berpendidikan. Kepintaran kalian itu akan sangat berpengaruh kepada anak-anak kalian di masa depan. Jika kalian masih sering mendengar istilah seperti itu, berpikirlah.

“Walaupun saya ujung nya ke dapur meski pendidikan tinggi. Akan tetapi, dapur saya akan tampak berbeda dibanding dapur perempuan-perempuan pada umumnya”

Mengenai pentingnya pendidikan bagi seorang perempuan Ir.Soekarno pun kemudian menafsirkan perempuan dalam sepenggal kalimat yaitu “Perempuan itu tiang negeri,”

Dari kalimat yang di tafsirkan oleh Ir Soekarno tersebut, maka seharusnya kita sebagai perempuan sadar bahwa adanya kita itu untuk mencetak peradaban bangsa yang berkemajuan.

Sedangkan alat untuk mewujudkannya ialah dengan pendidikan, jika perempuan mendapatkan pendidikan yang baik, maka jangan heran jika sebuah negara atau institusi di mana perempuan itu berpijak akan mengangkat martabat bangsa.

“Wanita berpendidikan bukan untuk menyaingi laki-laki. Akan tetapi,untuk membangun generasi”

Penulis
Putri Khoirunnisa, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Prodi Manajemen Pendidikan Islam, semester 2

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here