Tuesday, 26 November 2024
HomeNasionalSempat Viral Soal Permohonan Ganja Medis, Ini Curhat Santi Warastuti

Sempat Viral Soal Permohonan Ganja Medis, Ini Curhat Santi Warastuti

Bogordaily.net– Nama Santi Warastuti sempat menjadi sorotan lantaran mengajukan permohonan ganja dilegalkan untuk kepentingan medis.

Sebelumnya, perjuangan Santi mendapat perhatian setelah aksinya diunggah penyanyi Andien Aisyah lewat media sosialnya. Buntutnya, ia banyak dihubungi untuk menyuarakan harapannya ganja bisa dilegalkan untuk keperluan medis.

Bahkan, Santi telah bertemu sejumlah pihak di antaranya perwakilan Kemenkes dan mengikuti rapat dengar pendapat dengan DPR. Padahal, awalnya ia hanya ingin hadir ke CFD lalu pulang. Apalagi Santi tak membawa bekal apa-apa, hanya sandal gunung dan kaus.

“Saya tidak berencana akan segini lama dan efeknya ternyata sampai sebesar ini, saya tidak menyangka. Agak syok juga, capek ya iya, tapi kan harus saya jalani, karena kalau enggak sekarang, kapan lagi,” kata Santi sebagaimana dikutip Suarajogja.id.

Santi merasa ini adalah kesempatan untuknya dan kesempatan ini akan ia gunakan sebaik-baiknya. Mungkin ini bukan hanya memberikan manfaat bagi dirinya. Melainkan juga temannya yang lain.

Warga Berbah, Sleman, Yogyakarta ini mengaku kedatangannya ke Jakarta juga mendapat dukungan penuh dari suaminya. Ia bersyukur, dukungan dari orang terdekat itu sudah lebih dari cukup baginya. Demikian juga teman komunitas sesama orang tua anak dengan cerebral palsy.

“Rata-rata support memberikan semangat, jadi ya lebih dari cukup untuk mengisi energi saya,” katanya.

Santi tidak main-main saat meminta pelegalan ganja sebagai kebutuhan terapi medis. Sebelumnya ia sudah mondar-mandir ke rumah sakit. Di Jogja, ia membawa Pika berobat ke RSUP dr.Sardjito. Namun karena jarak yang jauh dari rumah, maka pengobatan Pika bergeser ke RSI PDHIY, Kalasan.

“Kami cari terdekat dari rumah untuk konsultasi bulanan, terapi, kontrol. Kalau ngedrop di Sardjito,” terangnya.

“Dulu sempat di RSCC tapi dokternya pindah ke RS JIH. (Berobat) di RSCC enggak bisa pakai BPJS Kesehatan. Jadi saya sesekali saja ke RS JIH untuk bertemu dokternya,” tambahnya.

Santi pun tak lupa mengucap syukur ketika mengetahui upaya pengobatan dan terapi Pika bisa tertangani menggunakan BPJS Kesehatan.

Sementara itu setelah berbicara lantang di media dan di lembaga tinggi, Santi masih belum berpikir akan bertanya soal penggunaan ganja medis ini kepada dokter yang menangani putrinya.

“Kalau saya minta ke dokter memangnya dokter bisa kasih? Kan tidak bisa juga. Nanti kalau kasih diam-diam, ketahuan malah berkasus,” kata dia.

Ibunda Pika ini juga mengaku tak ambil pusing dengan pro dan kontra yang muncul soal pandangannya ini.

“Pro kontra pasti ada lah di mana-mana. jangankan ganja medis ya, makan nasi saja pro kontra,” ujarnya.

“Saya terima saja misalnya ada yang mau benci saya, mau hujat saya, mau menjauhi saya, saya tak suruh gini aja, pake dulu sini sandal saya, jalani apa yang saya jalani selama ini, jaga Pika sebulan saja, rasain apa yang saya rasain,” akunya.

Lebih lanjut Santi mengakui, langkah yang ia ambil adalah langkah seorang ibu yang sedang mengusahakan yang terbaik untuk anaknya.

Setidaknya, ini menjadi bentuk ikhtiarnya bagi buah hatinya, yang divonis cerebral palsy sejak 2015 itu.

“Ya saya serahkan pada Tuhan, kelak saya ditanya Tuhan nanti kamu sudah lakukan apa buat anak kamu? saya jadi punya jawabannya,” tegasnya.

Sementara itu perjuangan mengobati Pika sudah ditempuh Santi lewat berbagai jalan.   Anak-anak dengan cerebral palsy, lanjut dia, rata-rata disertai dengan epilepsi dan tak ada maksud dari perjuangan Santi ini, selain memperjuangkan ganja medis untuk meredakan kejang yang dialami Pika atau anak-anak lain dengan cerebral palsy.

“Banyak juga anak-anak cerebral palsy kebal obat, sudah minum macam-macam tetap kejang. Kalau ada secercah harapan kan, kita upayakan gitu loh,” tuturnya.

Selama ini, bila gejala kejangnya sedang kumat, Pika akan rutin mengonsumsi medis konvensional yang ada di rumah sakit.

“Masih kami berikan, tapi perkembangannya belum signifikan. Saya tujuh tahun beri obat kejang itu, jadi kan bukan waktu yang sebentar,” kata dia.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here