Saturday, 27 April 2024
HomeEkonomiSri Lanka Bangkrut, Sri Mulyani Ungkap Nasib Ekonomi Indonesia

Sri Lanka Bangkrut, Sri Mulyani Ungkap Nasib Ekonomi Indonesia

Bogordaily.net– Krisis ekonomi yang terjadi di berdampak pada bangkrutnya negara tersebut. Krisis ekonomi yang parah selama berbulan-bulan yang melanda negara Asia Selatan tersebut dikhawatirkan menular ke negara tetangganya, termasuk Indonesia. Lalu bagaimana nasib ?

Menteri Keuangan Indrawati meyakini nasib dibandingkan akan jauh lebih baik. Ia menjamin kondisi perekonomian Indonesia tidak akan mengalami nasib seperti .

Menurut jauh lebih baik saat ini dibandingkan dengan , sejumlah indikator pun menunjukan arah yang positif meski ada ancaman ketidakpastian ekonomi akibat perang Rusia-Ukraina, terutama soal kenaikan harga yang mengakibatkan inflasi.

“Seluruh dunia sekarang menghadapi konsekuensi dari geopolitik dalam bentuk kenaikan harga bahan-bahan makanan dan energi yang mendorong lebih tinggi lagi inflasi, setelah tadinya sudah meningkat akibat pandemi,” jelasnya dalam konferensi pers rangkaian Pertemuan G20 di Bali sebagaimana dilansir Suara.com, Kamis, 14 Juli 2022.

Menurut Sri Mulyani, kenaikan inflasi yang tinggi bahkan dialami pula oleh negara-negara maju yang biasanya mengalami deflasi. Kondisi lonjakan inflasi tersebut pada akhirnya membuat negara-negara mengambil kebijakan antisipatif, tetapi tidak semua negara memiliki ketahanan yang cukup untuk mampu bertahan di tengah ketidakpastian global.

“Beberapa negara kalau kondisi awalnya tidak kuat, apalagi sesudah dua tahun dihadapkan pada pandemi, ketidak-kuatan itu dilihat dari berbagai faktor. Pertama, neraca pembayarannya, yaitu apakah trade account, capital account, dan cadangan devisa negara tersebut memadai dampaknya kepada nilai tukar,” jelasnya.

Ia menambahkan, selain itu juga yang menjadi faktor adalah ketahanan ekonomi suatu negara berbeda-beda. Terlebih mengingat terjadinya kenaikan harga pangan dan energi, serta kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih akibat pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir.

“Jadi kalau mereka mengalami kontraksi akibat pandemi dan belum pulih, ditambah dengan kemudian inflasi yang sekarang terjadi, ini akan makin menimbulkan kompleksitas suatu negara,” jelas mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Faktor lain yang turut memengaruhi kemampuan bertahan suatu negara, yaitu kebijakan moneter dan kondisi fiskalnya, serta kondisi utang pemerintah ataupun swasta dan kemampuan membayarnya.

“Hal itu sangat mempengaruhi kemungkinan terjadinya krisis suatu negara,” ujarnya.

Ia pun menilai, indikator-indikator saat ini dalam kondisi yang cukup baik. Dengan demikian, risiko resesi ekonomi yang dialami Indonesia, hanya sebesar 3 persen, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Bloomberg.

Kondisi tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan negara lainnya yang bahkan memiliki potensi resesi lebih dari 70 persen. Meski demikian, Sri Mulyani memastikan, pemerintah tidak akan terlena dengan hal itu dan akan tetap mewaspadai ketidakpastian global.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here