Bogordaily.net – Penulis Novel “The Satanic Verses” Salman Rushdie ditikam di leher dan perut pada hari Jumat oleh seorang pria yang naik ke panggung saat ia akan memberikan ceramah di barat New York.
Rusdie yang terluka segera di terbangkan ke rumah sakit untuk menjalani operasi. Agennya, Andrew Wylie, mengatakan sang penulis menggunakan ventilator pada Jumat malam, dengan luka di bagian hati, saraf yang terputus di lengannya dan bagian mata yang kemungkinan besar tidak dapat di sembuhkan.
Polisi mengidentifikasi penyerang sebagai Hadi Matar, 24, dari Fairview, New Jersey. Dia ditangkap di tempat kejadian dan sedang menunggu sidang.
“Matar lahir satu dekade setelah “The Satanic Verses” diterbitkan. Motif serangan masih dalam pendalaman,” kata Mayor Polisi Negara Bagian Eugene Staniszewski.
Seorang reporter Associated Press sempat menyaksikan, penyerang sedang melakukan serangan terhadap Rushdie di atas panggung di Chautauqua Institution, menurutnya pelaku menikam dan meninjuya 10 hingga 15 kali saat dia sedang diperkenalkan di atas panggung.
Dr Martin Haskell, seorang dokter yang termasuk di antara mereka yang bergegas untuk membantu, menggambarkan luka Rushdie sebagai serius tetapi dapat dipulihkan.
Moderator acara Henry Reese, 73, salah satu pendiri organisasi yang menawarkan residensi kepada penulis yang menghadapi penganiayaan, juga diserang.
“Reese menderita cedera pada wajah dan sempat dirawat sebelum akhirnya di perbolehkan keluar dari rumah sakit,” kata polisi.
Dia dan Rushdie dijadwalkan membahas Amerika Serikat sebagai tempat perlindungan bagi para penulis dan seniman lain di pengasingan.
Penonton lain, Kathleen James, mengatakan penyerang berpakaian hitam, dengan topeng hitam.
“Matar, seperti pengunjung lainnya, telah memperoleh izin untuk memasuki lahan seluas 750 hektar milik institusi tersebut,” kata Presiden Michael Hill.
Pengacara tersangka, pembela umum Nathaniel Barone, mengatakan dia masih mengumpulkan informasi dan menolak berkomentar. Rumah Matar diblokir oleh pihak berwenang.
Rushdie telah menjadi juru bicara terkemuka untuk kebebasan berekspresi dan tujuan liberal, dan kemunduran dunia sastra seperti yang digambarkan oleh Ian McEwan, seorang novelis dan teman Rushdie sebagai “serangan terhadap kebebasan berpikir dan berbicara.”
“Salman telah menjadi pembela inspirasional bagi penulis dan jurnalis yang dianiaya di seluruh dunia,” kata McEwan dalam sebuah pernyataan.
“Dia adalah semangat yang berapi-api dan murah hati, seorang pria dengan bakat dan keberanian yang luar biasa dan dia tidak akan tergoyahkan,” tambahnya.
Novel Rushdie tahun 1988 dipandang sebagai penistaan oleh banyak Muslim, yang menghina Nabi Muhammad, di antara keberatan lainnya.Protes di lakukan oleh Muslim Di seluruh dunia, protes yang sering disertai kekerasan meletus terhadap Rushdie, yang lahir di India dari keluarga Muslim.
Sedikitnya 45 orang tewas dalam kerusuhan terkait buku tersebut, termasuk 12 orang di kota kelahiran Rushdie, Mumbai. Pada tahun 1991, seorang penerjemah Jepang dari buku itu ditikam sampai mati dan seorang penerjemah Italia selamat dari serangan pisau. Pada tahun 1993, penerbit buku Norwegia ditembak tiga kali dan selamat.
Buku itu dilarang di Iran, di mana mendiang pemimpin Ayatollah Agung Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa 1989, atau dekrit, yang menyerukan kematian Rushdie. Khomeini meninggal pada tahun yang sama.
Ancaman pembunuhan membuat Rushdie bersembunyi di bawah program perlindungan pemerintah Inggris, yang mencakup penjaga bersenjata sepanjang waktu.***