Saturday, 23 November 2024
HomeBeritaIni Alasan Kelompok Hizbullah Libanon Ancam Serang Israel

Ini Alasan Kelompok Hizbullah Libanon Ancam Serang Israel

Bogordaily.net – Akibat sengketa perbatasan laut dengan Beirut, Kelompok militan Hizbullah Libanon mengancam akan menyerang industri gas alam lepas pantai milik Israel.

Ancaman tersebut terungkap dalam sebuah video yang dirilis pada Minggu, 31 Juli 2022, menunjukkan rekaman drone dari kapal dan platform produksi yang terlibat dalam penyadapan deposit gas lepas pantai besar-besaran Israel.

Video yang juga menunjukkan koordinat untuk setiap lokasi yang ditampilkan dimulai dengan kata-kata dari pidato baru-baru ini oleh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.

Dikutip dari RMOL, rekaman itu diambil pada hari Sabtu dan pada 9 Juni. Gambar-gambar itu dilaporkan diambil di Karish, sebuah ladang di perairan yang disengketakan di mana perusahaan hulu yang berbasis di London, Energean, berencana untuk mulai memompa gas di bawah kontrak dengan pemerintah Israel akhir tahun ini.

Sengketa wilayah meningkat setelah kapal terapung Energean tiba di Karish pada bulan Juni. Kapal trsebut merupakan kapal produksi, penyimpanan, dan pembongkaran (FPSO).

Karish merupakan ladang yang terletak sekitar 90 km barat Haifa, dekat pengembangan gas Leviathan dan Tamar Israel. Diperkirakan Karush bisa menampung lebih dari 1,8 triliun kaki kubik bahan bakar.

Presiden Lebanon Michel Aoun memperingatkan bahwa setiap upaya untuk menyadap simpanan gas di daerah yang diperebutkan tanpa terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan, adalah “provokasi dan tindakan agresif.”

Yerusalem Barat bersikeras bahwa blok Karish terletak sepenuhnya di dalam zona ekonomi eksklusif Israel, seperti yang diakui oleh PBB, dan tidak tunduk pada sengketa maritim antara negara-negara tersebut.

AS sendiri saat ini sedang menengahi negosiasi antara Lebanon dan Israel.

Faktanya, video Hizbullah itu dikeluarkan beberapa jam sebelum utusan AS Amos Hochstein dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Lebanon di Beirut.

“Mencapai resolusi itu perlu dan mungkin, tetapi hanya dapat dilakukan melalui negosiasi dan diplomasi,” kata Departemen Luar Negeri AS pada Sabtu dalam sebuah pernyataan.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here