Thursday, 25 April 2024
HomeKota BogorIni Ciri-ciri Anak Berakhlak Mulia Menurut Mahasiswa IUQI Bogor

Ini Ciri-ciri Anak Berakhlak Mulia Menurut Mahasiswa IUQI Bogor

Bogordaily.net Institut Ummul Quro Al-Islami Bogor () Bogor Siti Fathimah menulis sebuah arti anak perempuan berakhlak mulia.

Menurutnya, seorang anak perempuan sudah seharusnya memiliki akhlak yang baik dimulai dari masa kecilnya agar ia dapat hidup sebagai orang yang dicintai di masa remajanya, yaitu diridhai tuhannya, dicintai keluarganya, dan dicintai seluruh umat manusia sehingga ia dapat memperoleh kebahagiaan di dalam kehidupannya.

jurusan program studi BKI (Bimbingan Konseling Islam) ini menyampaikan, ciri-ciri seorang anak perempuan berakhlak mulia selalu bersyukur kepada Allah SWT atas apa yang diberikan kepadanya, dengan mentaati segala perintahNya dan meninggalkan segala sesuatu yang dilarang kepadanya, mencintai para malaikat, rasul dan nabiNya serta mencintai hamba-hambaNya yang shalih, karena Allah SWT mencintai mereka.

“Menyayangi kedua orang tuanya, melaksanakan perintah kedua orang tua dengan penuh kecintaan dan penghormatan dan selalu melakukan segala sesuatu yang membuat mereka berdua merasa ridho dengan cara engkau berbuat baik kepada mereka berdua. Selalu tersenyum di hadapan mereka berdua, bersalaman kepada mereka berdua setiap pagi dan sore, mendoakan umur panjang untuk mereka berdua dalam keadaan sehat dan afiyah, melakukan segala sesuatu yang dapat membuat mereka senang di dalam rumah maupun di luar rumah,” jelas Siti Fathimah, Jumat 5 Agustus 2022.

Sambungnya, anak berakhlak mulia ialah menghindari segala sesuatu yang dapat menyakiti kedua orang tuanya. Tidak merengek kepada mereka dalam meminta sesuatu apalagi ketika di depan seorang tamu, jika mereka berdua melarang untuk meminta sesuatu dan marah.

Maka ia tidak marah (mengambek), tidak memandang mereka berdua dengan pandangan tajam atau dengan wajah muram, tidak meggerutu kepada mereka berdua, melainkan diam dan menerima segala nasihat-nasihatnya dengan penuh kebahagia dan kegembiraan.

“Menghindari berbohong dan mencaci maki kepada mereka berdua.
Jujur di setiap perkataannya, selalu merendahkan diri dihadapan orang lain, tidak membangga-banggakan diri, sabar terhadap segala penderitaan, tidak suka dengan sifat pemarah dan mengeluh, selalu bertata karma di setiap keadaan, ketika makan, berjalan, berbicara atau ketika tidur,” ucapnya.

Siti menerangkan, bahwa anak berakhlak mulia harus memperhatikan tata krama di dalam rumah memperhatikan kebersihan dan ketertiban rumahnya, yaitu dengan menyapu kamar rumah, tidak meludah dan membuang riak diatasnya, tidak mengotori pintu-pintu dan tembok-tembok, selalu menjaga perlengkapan rumah dengan tidak memecahkan wadah-wadah, kaca-kaca jendela dan pintu, selalu merapikan tempat tidurnya, membersihkan ranjangnya terkhusus jika ia ingin tidur atau bangun dari tidurnya.

“Menjaga buku-bukunya dan baju-bajunya, menjaga segala peralatannya, menata semuanya ditempatnya dengan baik, berusaha untuk mengulas pelajarannya,” jelasnya.

Kemudian memperhatikan segala pepohonan yang ada di rumahnya menyiraminya pada waktunya, tidak mengubah sesuatu dari pohon tersebut serta bersikap lemah lembut terhadap segala jenis hewan yang ada di pohon, yaitu dengan tidak lupa memberinya makan dan minum berhati-hati untuk tidak menyiksa dan menyakitinya.

Bermain sesuai aturan, anak tidak berteriak-teriak atau bergerak dengan gerakan yang tidak sesuai dengannya, terlebih jika salah satu orang yang ada di rumah sedang tertidur ataupun sakit, tidak bermain dengan sesuatu yang membahayakan.

“Bersikap sopan kepada saudara-saudara perempuan dan laki-lakinya. Mencintai dan menghormati seluruh kerabat-kerabatnya. Berakhlak yang baik kepada pelayannya,” ujarnya.

Anak berakhlak mulia itu menyayangi tetangganya, menghormati dan tidak menyakiti mereka. Bertatakrama dijalan, memilih jalan yang paling dekat dan aman serta sudah seyogyanya ia berjalan dengan lurus tidak menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa ada hajat.

“Tidak bergerak dengan gerakan yang tidak pantas untuknya, tidak mempercepat dan memperlambat perjalanannya, tidak makan dan bernyanyi, bahkan tidak membaca buku sedang ia dalam keadaan sedang berjalan kaki,” katanya.

Masih kata Siti, anak yang berakhlak mulia harus bertatakrama disekolah, membersihkan sepatunya dengan pembersih, kemudian menuju ke kelasnya, mengetuk pintu dengan lembut, memasuki kelas dengan tata krama.

Kemudian duduk dengan lurus dan penuh khidmat tidak berbicara dengan teman-temannya, tidak bermain, tidak menoleh-noleh, masuk ke kelas setelah ada petunjuk guru dengan penuh tata krama dan aturan, menuju ke tempat duduk.

“Anak duduk dengan baik duduk lurus dan tidak membengkokkan dadanya, tidak menggerak-gerakkan kedua kakinya, tidak berdesakan dengan selainnya, tidak meletakkan kaki di atas kaki yang lain, tidak mempermainkan kedua tangannya dan meletakkannya di bawah kedua pipinya,” ungkapnya.

Anak berakhlak mulia itu harus bertatakrama terhadap guru, menghormati guru seperti halnya engkau menghormati kedua orang tuanya yaitu dengan duduk di hadapanya dengan sopan santun, berbicara kepadanya dengan penuh adab.

“Apabila ia sedang berbicara, maka jangan engkau potong pembicaraannya, melainkan tunggulah sampai ia selesai dari pembicaraannya, dengarkanlah pelajaran yang sedang disampaikan olehnya,” jelasnya.

Apabila ia belum dapat memahami beberapa masalah, maka bertanya kepadanya tentang masalah tersebut dengan lembut dan penuh penghormatan, yaitu dengan mengangkat jari telunjuk kanan terlebih dahulu, hingga ia memberikan izin kepadanya untuk bertanya, tidak bertanya kecuali pada tema yang sedang dipelajari, apabila ia bertanya sesuatu kepadanya maka ia berdiri dan menjawab pertanyaanya dengan jawaban yang baik dan dengan suara yang jelas dan sesuai pertanyaan, dan tidak menjawab jika guru bertanya kepada siswa yang lain karena hal tersebut bukan merupakan akhlak yang baik.

Bertatakrama dengan teman teman, mencintai teman-temannya, saling menyokong dengan teman-temannya di waktu belajar untuk mendengarkan perkataan guru, menjaga aturan, bermain dengan mereka di waktu istirahat di halaman sekolah dan bukan di kelas, menghindari perbuatan memutus, bertengkar, dan berteriak-teriak, dan hindarilah permainan yang tidak sesuai dengannya dan yang dapat membahayakan.(*)

(Siti Fathimah/Ibnu Galansa Montazery)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here