Bogordaily.net– Mahasiswa Institut Ummul Quro Al Islami (IUQI) Bogor memaparkan Tuhan memberikan hadiah pada manusia sejak mereka lahir berupa kepribadian. Kepribadian yang juga disebut dengan personality dalam bahasa Inggris ini dibagi ke dalam 4 jenis, yakni: koleris, sanguin, plegmatis dan melankolis.
1. Koleris – manusia dengan tipe ini sangat ingin memimpin dan mengatur. Ia juga memiliki kemandirian, hasrat yang tinggi dalam mengerjakan sesuatu serta menyukai tantangan.
2. Sanguin – manusia dengan tipe ini menyukai hal-hal yang menyenangkan, memiliki semangat yang tinggi dalam memulai hal baru, tapi kesulitan menyelesaikan apa yang telah dimulai. Mereka sangat ceria, suka tampil dan menjadi pusat perhatian.
3. Plegmatis – manusia tipe ini mudah sekali diajak kerjsama. Mereka menyukai hidup damai dan cenderung menghindari konflik. Orang-orang plegmatis hidup dengan pola yang teratur, sehingga sulit menerima perubahan yang mendadak.
4. Melankolis – manusia tipe ini lebih suka bekerja dengan instruksi yang jelas dan detil. Mereka cenderung perfeksionis dan menyukai kegiatan yang rutin.
Tiap orang lahir dengan kepribadian masing-masing yang memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri.
Contohnya, tipe sanguin selalu berapi-api dalam memulai hal baru. Tapi, jika mereka bekerja dengan pola monoton, semangat itu menjadi mudah luntur.
Tipe koleris suka bicara blak-blakan dan tidak peduli dengan perasaan orang lain. Tapi, di sisi lain mereka bisa mengatur dan mengorganisasi acara dengan baik.
Tipe melankolis suka tidak enakan dengan orang lain. Mereka ingin mengatakan ‘TIDAK’, tapi karena takut menyakiti orang lain, melankolis jadi mengorbankan dirinya sendiri.
Tipe plegmatis sukar diajak maju karena terlihat berjalan pelan dan pasif. Mereka butuh motivasi dan dorongan dari lingkungannya.
Kita tidak bisa memilih ingin memiliki kepribadian yang mana. Karena kepribadian ini sifatnya hadiah dari Tuhan.
Lalu, apakah kepribadian sama dengan karakter? Jika memang kepribadian dan karakter adalah hal yang berbeda, apa hubungan antara keduanya?
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kepribadian membawa kelemahan dan kelebihan masing-masing. Nah, untuk menutupi, memperbaiki dan mengubah kelemahan tersebut manusia membutuhkan karakter.
Contoh; manusia dengan tipe koleris yang cenderung kasar, bicara blak-blakan dan tidak peduli akibat dari omongan kasarnya tersebut.
Dia tahu bahwa bicara tanpa memperhatikan perasaan orang lain itu tidak baik, maka dia berusaha menjaga etika bicaranya. Akhirnya, dia mampu mengontrol gaya bicaranya menjadi lebih santun dan berpikir dua kali sebelum berbicara.
Keinginan untuk berubah dan memperbaiki “pembawaan diri” inilah yang disebut dengan karakter.
Contoh lain, seorang sanguin yang suka mengerjakan hal-hal dengan cara menyenangkan dan sulit bersikap serius. Jika kecenderungan seperti ini dibiarkan, maka sanguin tidak bisa bekerja dengan baik dan butuh waktu lama untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Seorang sanguin yang menyadari kekurangannya ini, mereka akan berusaha untuk memperbaikinya. Dengan cara belajar lebih fokus dan serius. Itulah karakter.
Pendidikan karakter adalah memberikan pembelajaran dan pembinaan kepada individu mengenai nilai dan prinsip hidup, seperti; respect, kejujuran, kemandirian, integritas, kepercayaan, penghormatan, kesabaran, kepercayaan dan lain-lain.
Pendidikan karakter sangat perlu diajarkan pada anak-anak sejak usia dini. Bahkan, para pakar parenting sepakat untuk mengajarkannya sejak bayi masih dalam kandungan.
Satu rahasia yang perlu kita ingat, karakter tidak bisa diwariskan. Karakter bukan sifat yang bisa diturunkan orangtua pada anaknya. Karakter harus diajarkan, dibangun dan dikembangkan secara sadar.
Karakter mulia dan berkualitas tidak bisa tumbuh hanya sekali atau dua kali pengajaran. Melainkan, tumbuh dan berkembang melalui pembiasaan sehari-hari.
Jika kepribadian adalah sesuatu yang ‘pakem’ dan bawaan lahir, karakter bisa tumbuh dan diubah kapanpun selama seseorang itu memiliki tekad yang kuat untuk merubahnya.
Berdasarkan pengalaman kami menemukan satu fakta yang mengejutkan. Manusia dengan karakter buruk, tidak pernah mau disalahkan. Jika menghadapi kesulitan atau mengalami kerugian, mereka cenderung menyalahkan orang lain atau lingkungan.
“Ini semua karena orangtuaku yang menerpapkan pola asuh yang salah.”
“Ini semua karena aku lahir dari keluarga yang biasa-biasa saja.”
“Ini semua karena guru dan pihak sekolah yang tidak mendukung kemajuan hidupku.”
Jika seseorang cenderung menyalahkan orang lain atas kesulitan yang dihadapi, hal ini akan menghambat kemajuan hidupnya. Bukannya fokus mencari solusi, mereka malah menghabiskan waktu dan tenaganya untuk hal yang tidak penting.
Memang benar, kita tidak bisa mengatur dan mengendalikan hidup layaknya Tuhan. Karena manusia memiliki keterbatasan dalam banyak hal. Tapi, karakter memberikan kita pilihan untuk merespon kejadian. Inilah yang perlu orangtua ketahui. Kemudian, memberikan pendidikan karakter pada anaknya sejak dini.
Semua anak memiliki potensi untuk memiliki karakter mulia dan berkualitas. Bantulah anak dari mulai sekarang. Berapapun usia mereka, tidak pernah ada kata terlambat dalam membentuk karakter selama Anda memiliki tekad yang kuat.
Ingatlah! Karakter membantu anak-anak bertanggung jawab atas kesempatan hidup yang Tuhan titipkan pada mereka.***