Bogordaily.net– Aksi demo yang berujung kerusuhan terjadi di Ibu Kota Baghdad, Irak dilaporkan telah menewaskan 30 orang. Tidak hanya itu, bahkan ratusan orang menyerbu Istana Republik Irak. Buntut dari kerusuhan tersebut membuat pemerintah menerapkan aturan, pemerintah setempat bahkan menerapkan jam malam total di Ibu Kota Baghdad demi meredam kerusuhan.
Dilansir CNN Indonesia, kerusuhan terbaru terjadi setelah ulama kenamaan Irak, Muqtada Sadr memutuskan untuk keluar dari politik hingga membuat para pendukungnya mengamuk terhadap pemerintah.
Kerusuhan di Irak sebenarnya karena konflik politik berkepanjangan sejak pemilihan umum digelar Oktober 2021 lalu. Koalisi politik Sadr kala itu meraup suara paling banyak di parlemen, tetapi tak cukup untuk membentuk pemerintahan dengan suara mayoritas.
Koalisi Sadr gagal meraup dukungan mayoritas untuk membentuk pemerintahan hingga akhirnya parlemen mengajukan sejumlah nama dan koalisi untuk mengisi kekosongan pemerintah. Sadr menolak langkah parlemen dan terus mencari dukungan agar mendapatkan dukungan mayoritas di parlemen.
Di sisi lain situasi semakin kacau pada awal Agustus lalu setelah parlemen mencetuskan Kerangka Kerja Koordinasi untuk mencalonkan mantan menteri kabinet, Mohammed Shia al-Sudani, sebagai perdana menteri.
Sadr menyerukan agar pendukungnya bergerak menentang keputusan itu. Nah, para pendukung Sadr turun ke jalan untuk melakukan aksi demo hingga sempat menduduki parlemen pada akhir Juli lalu. Para pendukung meninggalkan gedung parlemen setelah Sadr memerintahkan mereka untuk menghetikan aksinya.
Puncak kerusuhan terjadi setelah Sadr mengumumkan keluar dari politik pada Senin, 29 Agustus 2022.
“Saya memutuskan untuk tidak ikut campur dalam hubungan politik. Saya pun mengumumkan keputusan saya untuk pensiun,” kata Sadr di Baghdad seperti dikutip AFP.
Ratusan pendukung Sadr kemudian menyerbu Istana Republik Irak yang merupakan gedung seremonial di Zona Hijau dengan pengamanan paling ketat. Kerusuhan meluas dan tak hanya dilakukan oleh pendukung Sadr.
Milisi-milisi Irak antara pendukung Sadr dan pemerintah yang pro-Iran terlibat bentrok di seluruh negeri hingga menewaskan 30 orang hingga Selasa, 30 Agustus 2022.***
(Riyaldi)