Friday, 19 April 2024
HomeBeritaProfil dan Biografi Sri Sultan Hamengkubuwono IX Bapak Pramuka Indonesia

Profil dan Biografi Sri Sultan Hamengkubuwono IX Bapak Pramuka Indonesia

Bogordaily.net –  Sri Sultan Hamengkubuwono IX berperan besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Pasalnya, hari Pramuka Nasional tidak lepas dari perannya, hingga Sri Sultan Hamengkubuwono IX dijuluki Bapak Pramuka Indonesia.

Setiap tanggal 14 Agustus, rakyat Indonesia memperingati Hari Pramuka Nasional. Bapak Pandu Indonesia adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX atau Gusti Raden Mas Dorodjatun.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat pada tanggal 12 April 1912 dengan nama Bendoro Raden Mas Dorodjatun. Ia adalah putra kesembilan dari pasangan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah.

Pendidikannya dimulai di HIS Yogyakarta. Dorodjatun kemudian melanjutkan pendidikan ke MULO di Semarang dan AMS di Bandung.

Kemudian pada tahun 1930-an, ia belajar di Jurusan Indologie (Ilmu tentang Indonesia) di Rijkuniversiteit atau Universiteit Leiden, Belanda. Laman Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI mencatat, Sultan melanjutkan kuliah di juruan ekonomi.

Selepas menimba ilmu di Belanda, Dorodjatun kembali ke Indonesia pada Oktober 1939. Baru beberapa hari tiba di Tanah Air, Dorodjatun sudah dihadapi kabar duka. Sang ayah, Sri Sultan Hamengkubuwono VIII jatuh sakit sebelum akhirnya akhirnya meninggal dunia pada 22 Oktober 1939.

Selang beberapa bulan, Dorodjatun diangkat sebagai Sultan Yogyakarta pada 18 Maret 1940. Ia menyandang gelar ‘Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alogo Ngabdurrokhman Sayidin Panotogomo Kholifatulloh Ingkang Kaping Songo'.

Ia merupakan sultan yang menentang penjajahan Belanda dan mendorong kemerdekaan Indonesia. Selain itu, Ia juga mendorong agar pemerintah RI memberi status khusus bagi Yogyakarta dengan predikat “Istimewa”.

Sebelum dinobatkan, Sultan yang berusia 28 tahun bernegosiasi secara alot selama 4 bulan dengan diplomat senior Belanda Dr. Lucien Adam mengenai otonomi Yogyakarta.

Pada 1946, ia pernah beberapa kali menjabat menteri pada kabinet yang dipimpin Presiden Soekarno. Lalu pada 1973, Sri Sultan HB IX diangkat sebagai wakil presiden. Menurut catatan sejarah, ia merupakan wakil presiden kedua RI yang menjabat selama 1973-1978.

Namun ia menolak dipilih kembali sebagai wakil presiden. Saat itu alasan masalah kesehatan. Sepuluh tahun kemudian, ia meninggal di Washington DC, Amerika Serikat pada umur 76 tahun. Tepatnya pada 2 Oktober 1988.

Kiprah Sri Sultan HB IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia

Sejak muda, Sri Sultan HB IX sudah aktif dalam kegiatan gerakan kepanduan. Ia bahkan sempat menjadi Pandu Agung (Pemimpin Kepanduan) sebelum tahun 1960.

Presiden Soekarno diketahui beberapa kali berkonsultasi dengan Sri Sultan HB IX untuk melebur berbagai gerakan kepanduan di Indonesia. Hingga akhirnya pada 30 Juli 1961, seluruh tokoh–tokoh kepanduan Indonesia menyatakan menggabungkan diri dengan orgnaisasi gerakan Pramuka di Istora Senayan. Hari itu kemudian dikenal dengan Hari Ikrar Gerakan Pramuka.

Sementara itu kiprah Sri Sultan HB IX di kepramukaan diawali dengan pengangkatannya sebagai Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) pertama oleh Presiden Soekarno pada 14 Agustus 1961. Sejarah mencatat, momen itu bertepatan dengan diperkenalkannya gerakan Pramuka di Indonesia secara resmi di Jakarta.

Kemudian ia terpilih kembali sampai empat periode selanjutnya. Ia pun tercatat sebagai Ketua Kwarnas hingga tahun 1974.

Selama menjabat posisi itu, ia telah melambungkan nama Pramuka Indonesia, baik di kancah nasional maupun internasional. Selain memperkenalkan Kemah Wirakarya, ia bahkan sempat menerima penghargaan tertinggi kepanduan internasional yaitu Bronze Wolf Award.

Berkat jasa-jasanya itulah, pria yang memimpin Kasultanan Yogyakarta pada 1940-1988 itu dianugerahi gelar Bapak Pramuka Indonesia.(*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here