Bogordaily.net– Krisis listrik melanda benua Afrika. Kondisi ini terjadi di ekonomi termaju wilayah itu, Afrika Selatan (Afsel). BUMN listrik negara itu yakni Eskom, mengumumkan serangkaian pemadaman yang direncanakan dalam minggu-minggu mendatang. Warga diminta berhemat, dengan mematikan pompa kolam renang serta pemanas air di jam sibuk, dan kantor didesak mematikan listrik di malam hari.
Sebagian besar warga Afrika Selatan harus terbiasa hidup tanpa listrik, karena Afrika Selatan akan melakukan pemadaman listrik selama enam jam per hari. Tahap ini sudah dilakukan kedua kalinya, sebelumnya pun pada Desember 2019 Afrika Selatan juga melakukan pemadaman yang sama imbas krisi energi.
Pemadaman listrik itu telah menyulitkan semua aspek bagi kehidupan sehari-hari, seperti warga yang memiliki usaha kecil yang bergantung pada tenaga listrik dalam usahanya, Hilangnya listrik sangat menghancurkan mereka.
“Jika semua orang memainkan peran mereka, kami dapat mengelola permintaan,” kata bos Eskom, Andre De Ruyter kepada wartawan, dikutip AFP, Rabu, 21 September 2022.
“Mengembangkan kapasitas pembangkitan skala besar yang efisien akan memakan waktu”, lanjut CEO itu.
Dari delapan level, krisis listrik di Afsel sudah di level enam. Sejak Juni, konsumsi energi terus meningkat tapi produksi terus tertekan.
Sementara itu kenaikan suhu pada September ini makin membuat permintaan listrik naik. Namun Eskom kerusakan tinggi infrastruktur menyebabkan produksi menurun drastis.
Eskom sudah lama bergelut dengan tuanya pembangkit. Perawatan juga gagal seiring sejumlah unjuk rasa, skandal, salah urus dan korupsi.
Demonstrasi pekerja yang memadamkan listrik sumpat terjadi Juni. Eskom kala itu menerapkan pemadaman bergilir “Tahap 2” dan naik ke “Tahap 4”.
Eskom menganggap tindakan karyawan sebagai imtimidasi. Karena ada blokade yang dilakukan di jalan-jalan menuju pembangkit listrik.
Eskom pun terus dibebani dengan tumpukan utang besar mendekati 400 miliar rand atau setara Rp372 triliun. Reformasi Eskom merupakan prioritas pemerintahan Presiden Cyril Ramaphosa, namun upaya untuk meningkatkan kinerja pembangkit listrik belum membuahkan hasil.
Perlu diketahui, Afsel menghasilkan 80% listriknya dari batu bara. Namun berdasarkan konferensi perubahan iklim COP26 di Glasgow, Inggris, tahun lalu, Afsel telah mendapat 7,7 miliar euro untuk transisi energi.***
(Riyaldi)