Tuesday, 16 April 2024
HomeKabupaten BogorAlumni Pesantren Bukan Hanya Pandai Mengaji, Namun Bisa Jadi Menteri

Alumni Pesantren Bukan Hanya Pandai Mengaji, Namun Bisa Jadi Menteri

Bogordaily.net – Keluar dari zona nyaman seperti pesantren memang tidak mudah harus meninggalkan kedua orang tua tercinta ayah, ibu, adik dan kakak bahkan keluarga. Jauh dari orang tua itu adalah sebuah pilihan yang berat apalagi di zaman yang modern ini jauh dari teknologi dan media merupakan kesanggupan yang sangat luar biasa.

Namun, untuk menggapai cita-cita yang membanggakan kedua orang tua dan sukses di dunia maupun di akhirat nanti, maka harus mampu untuk meninggalkan hawa nafsu itu yang menjerumuskan kepada hal-hal yang jauh dari kebermanfaatan.

Alumni pesantren mahasiswi Institut Ummul Quro Al-Islami Prodi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Siti Ratnasari mengatakan, pesantren telah menjadi sistem pendidikan luas yang diterapkan pada umumnya.

Pesantren berawal dari Kiyai yang memberikan ilmu kepada atau kepada para atau para yang berdatangan untuk , bahkan tinggal di sana karena disebutlah dengan tempat kesantrian atau pondok pesantren dahulu.

“Pesantren hanya belajar tentang keagamaan saja seperti nahwu, shorof, tafsir, hadits, mutholaah, arab thamrin, jurumiyah, ta'lim muta'alim, akhlak lil banin, akhlak lil banat, imrithi dan lain sebagainya namun seiring berkembangnya zaman. Pesantren kini pada umumnya sudah menerapkan program terpadu yaitu pendidikan agama dan umum seperti sains, sosial hingga kejuruan maka tak heran jika kini alumni lulusan pesantren memiliki kesempatan dan daya saing yang sama dengan sekolah umum bahkan lulusan pesantren banyak tidak sedikit diterima di perguruan tinggi negeri seperti UIN UI IPB dan lain sebagainya,” ucap Alumni Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami angkatan ke-20 tahun lulus 2019, Siti Ratnasari, Rabu 28 September 2022.

Pesantren juga menjadi tempat belajar tentang kehidupan dimana banyak menemukan sebuah pengalaman yang kita dapatkan, tempat ber muhasabah diri yang terbaik sekaligus belajar untuk bagaimana cara habluminallah dan habluminannas.

“Habluminallah ini kita benar-benar belajar untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan meningkatkan kualitas beribadah, karena hanya di pesantren lah kedisiplinan untuk beribadah sangat diperhatikan dan ditegakkan mulai dari salat wajib, yang benar-benar dilaksanakan dengan tepat waktunya,” katanya.

Salat lima waktu yang dilaksanakan secara berjamaah, karena tidak menutup kemungkin ketika sebelum masuk pesantren masih banyak diantara yang menjalankan kewajiban salat lima waktu masih tidak tepat pada waktunya. Bahkan mungkin meninggalkannya.

Selain itu, Siti Ratnasari menyampaikan, belajar habluminannas yaitu bagaimana cara menyayangi saling menghargai saling menghormati saling memberi saling berbagi saling mengerti dan saling memahami antar sesama.

“Bahkan, Pesantren juga bisa disebut tempat dimana orang-orang baik ditempatkan dan tempat dimana orang-orang pilihan Allah SWT di pertemukan untuk saling menunjukkan jalan menuju keridhaan dan saling menguatkan, untuk meraih kesuksesan baik di dunia maupun diakhirat yang membawa kebahagiaan yang sesungguhnya,” terangnya.

Tentunya di dalam pesantren ada yang tinggal di area pesantren untuk menuntut ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum. adalah julukan seorang pelajar yang menuntut ilmu agama di ranah pesantren atau dulu di lingkungan pesantren, biasanya selain dituntut untuk belajar namun juga dituntut untuk tinggal di area pesantren meninggalkan kedua orang tuanya.

Di pesantren para di didik untuk benar-benar beribadah dan mengatur waktu belajar dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali.

“Semua waktu nya sudah diatur dan disiplin dijalankan oleh santri pada setiap harinya, para santri dituntut untuk hidup sederhana mulai dari makan dengan seadanya menu makan yang hanya dengan menu tahu, tempe, sayur seadanya ataupun ikan asin yang seadanya,” jelasnya.

Semua itu dirasakan oleh santri dengan kebahagiaan dan keikhlasan semua itu mengajarkan arti tentang bersyukur dengan apa yang telah dimiliki.

Suasana seperti tidak akan tercipta di luar pesantren kebersamaan yang membuat kehangatan walaupun jauh dari sebuah kemewahan, namun banyak memberikan arti kenikmatan yang sesungguhnya yang tidak semua orang mampu untuk merasakannya.

Belajar di pesantren itu tidak akan selamanya ada masa, semua waktu telah selesai dan para santri bisa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi ataupun dengan pilihannya masing-masing dengan bekal yang sudah dipersiapkan, ketika masih mejadi seorang santri atau pelajar sehingga mampu bersaing dan memberikan serta menebar banyak kebermanfaatan untuk kepentingan umat.

“Maka seluruh santri yang belajar di pesantren ketika sudah berada di kelas akhir kita akan merasakan menjadi seorang alumni yang telah lulus menjalankan masa pembelajarannya selama menjadi santri di pesantren,” ucapnya.

Menurut nya, alumni bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah lembaga pendidikan, alumni memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan almamater setiap lembaga pendidikan.

Jika lembaga pendidikan itu banyak mencetak alumni yang berkualitas maka akan sangat berpengaruh untuk perkembangan lembaga pendidikan tersebut banyaknya masyarakat yang percaya sebuah kualitas, yang telah dimiliki oleh lembaga pendidikan tersebut dengan banyak nya mencetak alumni yang mampu bersaing dan memberikan banyak kontribusi di masyarakat pada umumnya.

“Bahkan menjadi bibit unggul yang mampu berperan dalam meningkatkan kualitas baik di bidang pendidikan maupun di bidang umum guna membantu mencetak kader-kader unggulan regenerasi muda untuk bangsa kita,” ungkapnya.

Siti juga memaparkan, kiprah menjadi seorang santri di zaman yang sudah milenial ini sudah semakin luas, tidak hanya menjadi seorang kiyai, ustadz, mubaligh, ataupun pemuka agama namun nyatanya banyak dari kalangan mentri yang ikut berperan penting dalam pemerintahan berasal dari santri.

Karena santri telah mendapatkan pengakuan secara nasional dengan dikeluarkannya keputusan dari presiden republik Indonesia. Maka dari itu pada 22 Oktober secara tertulis adalah peringatan hari santri nasional.

Santri dididik di pesantren bukan hanya cerdas dalam hal agama, namun juga dididik agar mempunyai pemikiran yang intelektual sehingga tidak heran jika banyak mentri-mentri yang berperan penting dalam pemerintahan.

“Hal ini dapat kita ketahui bersama presiden republik Indonesia yang ke-empat Abdurrahman Wahid atau yang sering kita kenal dengan sebutan Gus Dur ia dulu adalah seorang santri yang telah berhasil menjadi presiden republik Indonesia yang ke 4,” jelasnya.

“Tidak hanya presiden saja yang tabiat nya ia menjadi seorang santri namun ternyata kerap kali kita ketahui bahwa banyak mentri-mentri yang dulu menjadi santri kini berperan penting dalam pemerintahan Indonesia seperti m dari mentri riset teknologi dan pendidikan Mohammad Nasir pernah menjadi seorang santri ketika berada dimasa menengah pertama tepatnya di pondok pesantren Ma'hadul ilmi
asy-syar'I Sarang,” sambungnya.

Maka dari itu, santri adalah bagian yang tak akan dapat dipisahkan dari terciptanya kesatuan dan persatuan Negara Indonesia, sejarah telah membuktikan peran dan kontribusi santri baik sejak sebelum kemerdekaan.

Bahkan, sekarang ini baik dalam bidang keagamaan maupun bidang pemerintahan, bukankah dahulu para pejuang dan pahlawan kemerdekaan Negara adalah berasal dari santri.

“Semua yang telah kita ketahui bersama semoga menjadi motivasi bagi kita bahwa santri tidak hanya pandai namun santri ataupun alumni pesantren mampu berkonstribusi dan berperan penting dalam pemerintahan Negara kita Indonesia tercinta,” pungkasnya.*

(Siti Ratnasari Mahasiswa Institut Ummul Quro Al-islami)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here