Bogordaily.net– Sebuah bentrokan terjadi di Kirgizstan dengan negara tetangganya, Tajikistan, di perbatasan. Bentrokan antara dua negara kecil itu bahkan menewaskan 24 orang.
Dilansir CNN Indonesia, bentrokan bermula ketika Kirgizstan mengklaim pasukan Tajikistan mengerahkan tank, pengangkut personel lapis baja, hingga mortir untuk memasuki setidaknya satu desanya di perbatasannya dan menembaki bandara kota Batken serta daerah sekitarnya.
Sebaliknya, Tajikistan menuduh pasukan Kirgizstan menembaki pos terdepan dan tujuh desa dengan persenjataan berat.
Sebelumnya, Presiden Kirgizstan Sadyr Japarov dan Presiden Tajikistan Emomali Rakhmon setuju untuk menerapkan gencatan senjata dan penarikan pasukan pada pertemuan puncak regional di Uzbekistan tengah pekan ini.
Namun, Kirgizstan lantas melaporkan pertempuran pecah di provinsi Batken selatan yang berbatasan dengan wilayah Sughd utara Tajikistan.
Masalah perbatasan di antara negara Asia Tengah memang menjadi isu sensitif. Perebutan sengketa di antara negara-negara itu terjadi sejak era Uni Soviet, ketika Moskow mencoba membagi wilayah-wilayah tersebut.
Setelah Uni Soviet bubar, dua negara itu masih menjadi rumah bagi pangkalan militer Rusia. Rusia berulang kali mendesak kedua negara untuk meredam ketegangan terutama soal perbatasan.
“Dari pihak Tajikistan, penembakan terhadap pihak Kirgizstan terus berlanjut, dan di beberapa daerah pertempuran sengit sedang berlangsung,” katanya dilansir AFP, Sabtu 17 September 2022.
Kementerian Kesehatan Kirgizstan melaporkan 24 warga tewas dan 87 terluka dalam bentrokan tersebut, menurut kantor berita Rusia Interfax. Sejauh ini belum disebutkan berapa banyak korban yang berasal dari pihak militer.
Kamchybek Tashiev, kepala komite keamanan nasional Kyrgyzstan, mengatakan jumlah korban militer akibat pertempuran ini cukup tinggi, tetapi tidak menjelaskan detail lebih lanjut.
“Situasinya sulit dan apa yang akan terjadi besok – tidak ada yang bisa memberikan jaminan,” katanya.
Kementerian situasi darurat Kirgizstan mengatakan kini lebih dari 136 ribu warga sipil telah dievakuasi dari zona konflik, kata Interfax.***