Bogordaily.net– Dinas Kesehatan Kota Bogor melalui Bidang Pelayanan Kesehatan Subkor Yankesprim dan Tradisional menyelenggarakan pertemuan analisis hasil PIS-PK terintegrasi lintas program tingkat Kota Bogor, Kamis 1 September 2022.
Peserta terdiri Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, PJ PIS-PK dan Pengelola Data Puskesmas, Pengelola data program (12 indikator) di Dinas Kesehatan, Subkor Yankesprim dan Tradisional dan staf, Narasumber Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan dan Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) didorong dengan adanya peningkatan upaya promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi melalui peningkatan kesehatan ibu, anak, KB dan kesehatan reproduksi, percepatan perbaikan gizi masyarakat, peningkatan pengendalian penyakit, pembudayaan perilaku hidup sehat melalui GERMAS, penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.
Optimalisasi penguatan pelayanan kesehatan dasar salah satunya melalui pendekatan keluarga dengan cara mengukur perubahan perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
Pada masa pandemi Covid-19 saat ini membuat banyak perubahan terutama pada pelayanan di Puskesmas. Pelayanan Puskesmas dilakukan dengan Adaptasi Kebiasaan Baru misalnya pelayanan diutamakan untuk skala prioritas, adanya physical distancing, penguatan penerapan PPI, pengaturan jadwal kunjungan, perubahan alur pelayanan dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga atau sering disingkat dengan PIS-PK menjadi salah satu cara puskemas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan sekaligus meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Kegiatan puskesmas tidak hanya berfokus pada pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.
PIS-PK merupakan bukan kegiatan yang baru, namun lebih menekankan pada cara pandang dan cara bertindak puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya secara terintegrasi program dengan target sasaran seluruh anggota keluarga (total coverage).
Integrasi program menjadi kekuatan dalam pelaksanaan PIS-PK yang mana upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang terintegrasi dilaksanakan secara berkesinambungan berdasarkan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga (Prokesga)
Dalam pelaksanaan PIS-PK, upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang terintegrasi dilaksanakan secara berkesinambungan berdasarkan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga (Prokesga).
Dalam melaksanakan PIS-PK, puskesmas sebagai ujung tombak dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang terstruktur yaitu:
1. Melakukan persiapan, antara lain sosialisasi lintas program dan lintas sektor, pengorganisasian dan integrasi program.
2. Melakukan kunjungan rumah untuk pendataan kesehatan keluarga menggunakan Profil Kesehatan Keluarga (Prokesga) dan pemberian intervensi awal melalui Paket Informasi Kesehatan (Pinkesga) oleh pembina keluarga.
3. Membuat dan mengelola pangkalan data puskesmas oleh tenaga pengelola data puskesmas.
4. Melakukan input data pada form tercetak atau elektronik.
5. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan dan menyusun rencana puskesmas oleh pemimpin puskesmas
6. Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh pembina keluarga.
7. Melaksanakan pelayanan professional (dalam gedung dan luar gedung) oleh tenaga teknis/professional puskesmas.
8. Melaksanakan sistem informasi dan pelaporan puskesmas oleh tanga pengelola data puskesmas.
Menentukan skala prioritas dalam mengimplementasikan Program Indonesia Sehat menjadi sebuah ketentuan yang harus dilakukan namun kendala yang selalu dihadapi adalah keterbatasannya sumber daya dalam pembagunan kesehatan.
Oleh karena itu, pelaksanaan program saat ini difokuskan mengatasi masalah kesehatan utama yang belum berhasil diatasi. Untuk menentukan skala prioritas tersebut, Puskesmas dapat membuat pemetaan masalah di wilayah kerjanya dengan memanfaatkan Raw Data dalam Aplikasi KS.
Namun, ternyata belum semua puskesmas memanfaatkan raw data sebagai dasar pelaksanaan analisis dalam rangka perencanaan intervensi lanjut.
Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan kapasitas dalam melakukan analisis data PIS-PK. Raw data tersebut juga dapat digunakan untuk perencanaan intervensi lanjut dengan menambahkan data program diluar 12 indikator PIS-PK yang dimiliki Puskesmas.
Sehingga dapat meningkatkan cakupan program pelayanan kesehatan di Puskesmas yang dilaksanakan secara evidence based.
Menyikapi hal tersebut maka subkor pelayanan kesehatan primer dan tradisonal dinas kesehatan Kota Bogor mengadakan pertemuan analisis hasil PIS-PK terintegrasi lintas program di tingkat kabupaten/kota.
Dengan diadakan kegiatan ini diharapkan Puskesmas dapat menyelesaikan pendataan dan melaksanakan Intervensi lanjutan PIS-PK terintegrasi dengan lintas program.
Puskesmas mampu membuat analisa hasil pelaksanaan PIS-PK dan membuat mapping masalah di wilayah terintegrasi dengan lintas program. Adanya peningkatan IKS dan persentasi setiap indikator KS.(Ibnu Galansa/Riyaldi)