Bogordaily.net – Permainan tradisional Betawi sudah mulai dilumapak dan jarang ditemui di Jakarta. Padahal permainan langka ini seru, dibandingkan dengan yang dilakukan anak sekarang yang hanya bermain game online di ponsel.
Derasnya arus globalisasi mengubah banyak sekali aspek kehidupan dalam bermasyarakat, salah satunya melalui permainan.
Seperti 4 jenis permainan tradisional khas betawi berikut ini. Dulu, permainan ini amat sangat diminati dan banyak dimainkan. Namun, berbeda dengan sekarang yang justru sudah jarang dimainkan bahkan dijumpai.
Berikut 4 jenis permainan tradisional Betawi yang sudah mulai terlupakan.
1. Tuk Tuk Geni
Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan. Dimana salah satu dari mereka berperan menjadi “Nenek Gerondong”, dan yang lainnya duduk berbaris dengan saling memeluk pinggang pemain di depannya. Kemudian si nenek gerondong tadi melantunkan pantun/lagu dengan syair:
Tok-tok-tok
Sapa tu…?
Nenek gerondong
Maun minta apa…?
Minta ubi
Baru daun 1
Sampai pada syair terakhir, kemudian si nenek gerondong akan mengambil salah satu anak dari barisan secara acak. Lalu dia harus menarik incarannya itu keluar dari barisan.
2. Wak Wak Kung
Pada permainan ini, sebelum permainan dimulai 2 orang yang nantinya akan menjadi induk anak ayam dan ulung (elang) perlu mencari anak buahnya terlebih dulu. Sedangkan anak-anak lainnya berbaris susun ke belakang dan saling memegang pundak masing-masing. Lalu mereka beramai-ramai menyanyikan lagu Wak Wak Kung:
Wak wak kung
Nasinye nasi jagung
Lalapnye daon utan
Sarang gaok dipohon jagung
Gang…ging…gung…
Tam-tamuku
Seleret daon delime
Pato klembing pate paku
Tarik belimbing
Tangkep satu
Pit ala’ipit
Kuda lari kejepit-sipit.
Lagu pengiring tersebut dinyanyikan sambil berbaris mengelilingi dua pemain yang saling berhadapan dengan tangan berpegangan dan diacungkan keatas seperti membuat terowongan.
Sampai lagu berakhir, barisan masuk terowongan dan anak yang tertangkap akan ditawari mau berada dibelakang siapa ( contoh: “Kamu mao dibelakang salak ape nanas?”)
Setelah masing-masing memiliki anak buah, keduanya melakukan suten untuk mengambil anak buah satu sama lain, dan yang menang akan menjadi induk ayam.
Sedangkan yang kalah akan menjadi burung Ulung (elang) yang berperan memburu anak-anak ayam tadi. Ketika perburuan pun dimulai, jika semua anak ayam habis tertangkap, maka si induk ayam tadi berganti peran menjadi Ulung, begitu pula sebaliknya.
3. Gala Asin (Galasin)
Permainan Gala Asin pada dasarnya hampir mirip dengan permainan petak. Jika di permainan petak ada inglo, maka dalam Gala Asin menggunakan galah yang diletakan di atas tanah atau bisa juga diganti dengan membuat garis tersebut menggunakan kapur atau lakban sebagai tanda area “asin” atau bebas jaga. Artinya pemain yang berhasil melewati galah atau area tersebut dinyatakan menang dan tidak boleh ditanggap oleh penjaga.
Gala Asin biasanya dimainkan secara beregu, baik laki-laki maupun perempuan. Masing-masing regu terdiri dari lima pemain. Pada umumnya, permainan ini berlangsung selama 2×25 menit dengan waktu istirahat 10 menit.
Regu penjaga menempati garis jaganya masing-masing. Sedangkan regu penyerang berusaha untuk melewati garis-garis tersebut dengan menghindari tangkapan para pemain dari regu penjaga.
4. Sondah
Sondah adalah salah satu permainan tradisional yang juga hampir dilupakan. Permainan ini terkenal pada era 90-an dan dijadikan permainan favorit pada zamannya.
Selain mengasyikan, permainan ini juga melatih keseimbangan dengan cara berjingjit satu kaki. Permainan ini bisa dilakukan perorangan atau berregu. Dan hanya membutuhkan kapur atau ranting untuk menggaris ditanah. Sangat mudah bukan?(*)
(Riyaldi)