Friday, 19 April 2024
HomeNasionalPondok Modern Gontor

Pondok Modern Gontor

Bogordaily.net – Semakin tinggi pohon menjulang di angkasa, semakin kencang tiupan angin menerpa. Jika ingin hidup dikenang dan berguna Hadapi ujian dan cobaan dengan bijaksana. Sudah menjadi common sense masyarakat, dipersepsikan sebagai pesantren yang sukses melaksanakan misinya. Sampai hari ini, telah beroperasi 20 cabang se-Indonesia dengan 38 ribu santri dan 5000 mahasiswa. Total alumni sejak berdiri tahun 1926 sekitar 150 ribu santri.

Para alumni telah mendirikan 400 pondok pesantren dan kemudian pondok alumni tersebut juga telah melahirkan 600 pondok pesantren lainnya. Pada tahun 2026 genap berumur seratus tahun, sebuah capaian luar biasa untuk lembaga pendidikan keagamaan modern.

menerapkan Kurikulum KMI (Kulliyyatul Mu'allimin al-Islamiah), yang dirancang Prof Mahmud Yunus pertama kali di Normaal Islam School PGAI Padang tahun 1930. KH Imam Zarkasyi sebagai murid Mahmud Yunus mengadopsi dan menerapkan kurikulum KMI di pesantren tahun 1937.

Konsisten dengan kurikulum KMI memberikan dampak signifikan terhadap lulusan ; negara tidak mengakui ijazah . Namun berkat teguh memegang prinsip selama 63 tahun, negara melalui Depdikbud tahun 2000 dan Depag tahun 1998 akhirnya mengakui ijazah KMI setara dengan ijazah SLTA/MAN.

Berbeda dengan respons dalam negeri, ijazah KMI justru sudah lama mendapat pengakuan di beberapa perguruan tinggi Timur Tengah seperti Universitas Al-Azhar di Mesir, Universitas Islam di Madinah, dan Universitas Punjab di Pakistan.

Sistem Pendidikan di pesantren ini telah melahirkan para tokoh bangsa di berbagai bidang kehidupan. Beberapa contoh sebagai berikut, KH Idham Khalid yang menjabat sebagai Perdana Menteri RI, Ketua MPR/DPR, Ketua DPA, Ketua Umum PPP, Ketua Umum PBNU serta jabatan strategis lainnya.

Atas jasanya beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional tahun 2011 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan fotonya terpampang dalam pecahan uang rupiah Rp. 5000.
Tokoh nasional lain yang melegenda yaitu KH Hasyim Muzadi Ketua Umum PBNU 1999-2009 dan Prof Dr Din Syamsuddin Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015.

Di sektor legislatif berkibar nama Dr. Hidayat Nurwahid sebagai Ketua MPR RI 2004-2009. Terdapat sejumlah Menteri Agama seperti Maftuh Basuni dan Lukman Hakim Saifuddin. Begitu pula sejumlah Duta Besar seperti Muhammad Fakhir yang juga mantan Wakil Menteri Luar Negeri dan Prof Dr. Husnan Bey Fannani.

Dalam dunia akademik dikenal luas peran dan dedikasi seorang guru bangsa Prof Dr Nurcholish Madjid yang juga sebagai pendiri dan Rektor Universitas Paramadina 1998-2005. Sederet rektor di Universitas Islam Negeri (UIN) semisal Prof Dr Amin Abdullah UIN Yogyakarta, Prof Dr. Azhar Arsyad UIN Makassar, Prof Dr Aflatun Mukhtar UIN Palembang, dan Prof Dr. Eka Putra Wirman UIN Padang.

Di bidang budaya dan sastra terdapat budayawan kondang Emha Ainun Najib yang dikenal dengan Kyai Kanjeng, Yudi ”Gibran” Latif, PhD Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang pertama, dan Ahmad Fuadi pengarang novel Negeri 5 Menara.

Dalam bidang dakwah dan social tercatat nama KH Hamam Dja'far penerima Aga Khan Award 1980 dan Kalpataru 1982 sekaligus Pendiri Pondok Pesantren Pabelan. KH Syukron Makmun Pendiri Pesantren Daarul Rahman, KH Ahmad Cholil Ridwan Pimpinan Pesantren al-Husnayain, AS Panji Gumilang Pendiri Pondok Pesantren al-Zaitun dan KH Bakhtiar Nasir Pimpinan Pesantren ar-Rahman.

Di bidang hukum terdapat nama beken Adnan Pandu Praja Komisioner KPK dan Hasbi Hasan Sekretaris Mahkamah Agung RI. Tentu masih sangat banyak tokoh nasional dan daerah yang berkiprah secara membanggakan dalam bidang yang berbeda.

Kontribusi yang besar ini tidak bisa dilepaskan dari sejumlah prinsip yang menginspirasi dan menggerakkan setiap sisi kehidupan di Gontor. Salah satu prinsip Gontor adalah sebagai perekat umat yang selalu berusaha mencari titik temu dari perbedaan dan mengkapitalisasi persamaan untuk memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa dan negara.

Baca Juga: ABS-SBK, Kebudayaan dan Minangkabau Hari ini
Oleh karenanya Gontor tidak terafiliasi dengan ormas, orsos dan orpol apapun. Bahkan Gontor selalu menjaga jarak dengan pemerintah namun tetap merawat komunikasi yang hangat. Buah dari hubungan yang hangat terlihat dari kunjungan 4 orang Presiden RI ke Gontor yaitu Soeharto, Habibie, SBY dan Jokowi.

Prinsip lain tercermin dari Panca Jiwa Gontor yaitu keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiah, dan kebebasan. Panca Jiwa menjadi panduan dalam mengelola dan mengembangkan pondok pesantren.

Secara ringkas, keikhlasan tercermin dari sikap pendiri Gontor yang memisahkan harta pondok dengan harta pribadi. Sejak tahun 1958 pondok Gontor bukan milik pendirinya tetapi menjadi milik umat Islam. Para pimpinan Pondok dan para guru tidak menerima gaji dan tidak mengelola uang santri.

Kesederhanaan, terlihat pada sikap yang tidak hedonis dan konsumtif. Fasilitas pesantren disiapkan secara memadai dan menghindari sikap mubazir. Pakaian santri tidak boleh menampilkan perbedaan stratas sosial.

Kemandirian, nampak pada sikap Gontor yang tidak pernah mengharapkan bantuan pemerintah atau pihak manapun. Pondok pesantren ini tidak pernah memasang iklan dalam bentuk apapun untuk menarik minat para pelajar. Kalender Gontor dibuat di era kontemporer ini tidak lebih refleksi kreativitas santri mewujudkan media pengikat mereka dengan keluarga.

Ukhuwah Islamiah, dipraktekkan dalam bentuk persaudaraan tanpa sekat primordial. Santri dilarang berkumpul secara tidak resmi dengan santri dari satu kampung. Penempatan kamar para santri hanya berlaku 6 bulan dan setelah itu dilakukan rolling untuk memecah konsentrasi sektarianisme daerah, kamar, kelas, grup dan lainnya.

Kebebasan, tercermin dalam ekspresi ide dan gagasan secara merdeka dalam kegiatan latihan pidato (muhadharah). Berlaku prinsip tidak ada materi pidato yang salah selagi bisa dijelaskan dengan dalil dan argumentasi.

Jika salah pun tidak ada sanksi karena tujuan latihan berpidato bukan pada materi tetapi pada ekspresi diri dan pembentukan karakter positif. Ketentuan salah dan benar disampaikan di ruang belajar. Di samping menjunjung Panca jiwa, Gontor juga menerapkan motto mewujudkan santri yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas.

Santri Gontor disiapkan untuk memiliki empat kompetensi utama yaitu akhlak dan karakter mulia, fisik yang sehat dan kuat, ilmu yang luas dan implementatif serta cara berpikir yang tidak sektarian dan dogmatis. Motto ini melengkapi prototipe santri ideal Gontor yang siap menebarkan bakti bagi negeri.

Dalam mewujudkan panca jiwa dan motto, Gontor menjadikan penerapan disiplin sebagai instrumen. Melalui disiplin yang bertanggung jawab akan terbangun komitmen moral santri terhadap nilai kebaikan dan kebenaran.

Gontor mengambil inspirasi dari ajaran Islam tentang ketepatan, keteraturan dan tanggung jawab. Empat pilar ibadah wajib dalam Islam berjalan di atas instrumen disiplin; shalat pada waktu yang ditentukan, puasa Ramadhan berdasarkan peredaran bulan, zakat sesuai nisab dan haul, dan haji dilaksanakan pada bulan haram.

Di luar sana, alam semesta juga merepresentasikan kedisiplinan tingkat tinggi, jika benda langit keluar dari garis edar disiplin, alam semesta akan hancur dalam hitungan detik.

Menyambut satu abad Gontor berbagai pihak perlu meningkatkan perhatian dan dukungan terhadap upayanya melanjutkan misinya membangun bangsa dan negara. Godaan dan cobaan secara teologis dan praksis pasti telah dan akan dihadapi Gontor. Posisi Gontor yang fenomenal hari ini sesungguhnya adalah hasil dari tempaan ujian demi ujian.

Seyogyanya Gontor memiliki strategi dalam mengkapitalisasi cobaan menjadi gizi melanjutkan misi Gontor sebagai sumber kebaikan bagi negeri. Dirgahayu satu abad Gontor. Selamat buat ibu pertiwi Indonesia yang telah mengandung, melahirkan dan merawat aset bangsa bernama Pondok Modern Gontor.***

Penulis: Eka Putra Wirman, Cendikiawan Muslim
Editor: Novitri Selvia -12 September 2022 11:02 am1276

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here