Friday, 26 April 2024
HomeBerita​Profil Ade Irma Suryani, Putri A.H. Nasution yang Tertembak Saat Peristiwa G30S/PKI

​Profil Ade Irma Suryani, Putri A.H. Nasution yang Tertembak Saat Peristiwa G30S/PKI

Bogordaily.net merupakan putri Jenderal AH Nasution, yang turut menjadi korban dalam Gerakan 30 September 1965 oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) (G-30S/PKI). Berikut .

Kematian Ade Irma pada peristiwa 30 September 1965 lalu membuat publik turut berduka. Oleh karena itu, jelang peringatan G30S PKI, mari kita kenang kembali gadis kecil korban G30S PKI ini.

Nasution ini lahir pada tanggal 19 Februari 1960. Ade Irma adalah anak bungsu dari pasangan Jenderal Besar AH Nasution atau Dr. Abdul Harris Nasution dan Johanna Sunarti.

Ade Irma menjadi salah satu korban tewas pasukan Tjakrabirawa saat akan membawa AH Nasution di rumahnya di Jln. Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Saat peristiwa tersebut terjadi, Ade Irma sedang tidur bersama sang ibu dan ayah di kamarnya.

Tiba-tiba suara tembakan terdengar berasal dari rumahnya. Jenderal AH Nasution lekas keluar kamar dan kabur melalui dinding belakang. Gadis kecil yang sedang tidur lelap keketika terbangun dan langsung memeluk kaki sang ibu. Kemudia Ia digendong oleh bibinya, Mardiah (adik Jenderal AH Nasution) untuk menyelamatkan diri.

Namun rupanya Mardina salah membuka pintu sehingga punggung nya tertembak oleh pasukan Tjakrabirawa. Tubuhnya yang berlumur darah langsung dipeluk oleh sang ibu.

Tertembak Tapi Tidak Menangis

Meski tertembak, gadis kecil tersebut tak menangis. Setelah pasukan Tjakrabirawa meninggalkan rumah mereka, ibu Johan lekas membawa putri kecilnya ke rumah sakit.

Gadis kecil ini sempat mendapat perawatan selama 6 hari di RS Pusat Angkatan Darat Jakarta.

Namun pada tanggal 6 Oktober 1965, nyawanya tak terselamatkan karena luka tembakan sebanyak tiga peluru di punggungnya Ade Irma kemudian dimakamkan di kawasan Kebayoran Baru, tepat di sebelah Kantor Walikota Jakarta Selatan. Di makam tersebut tertulis kalimat mengharukan dari sang ayah yang berbunyi sebagai berikut:

“Anak saya yang tercinta, engkau telah mendahului gugur sebagai perisai ayahmu,” untuk mengenangnya, nama digunakan untuk nama jalan, nama panti asuhan, dan nama monumen yang ada di sekitar makamnya.

Sumber: Suara.com

Copy Editor: Riyaldi

 

Simak Video Lainnya dan Kunjungi Youtube BogordailyTV

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here