Friday, 19 April 2024
HomeBeritaSosok Syekh Yusuf Qaradhawi, Ulama Berpengaruh yang Wafat di Usia 96 Tahun

Sosok Syekh Yusuf Qaradhawi, Ulama Berpengaruh yang Wafat di Usia 96 Tahun

Bogordaily.net–  Syeikh Yusuf Al Qaradhawi telah wafat pada usianya yang ke-96 tahun, Senin, 26 September 2022. Syeikh Yusuf Al Qaradhawi merupakan salah satu produktif yang banyak menulis kitab dalam berbagai bidang keilmuan. Kitab-kitabnya juga sudah banyak yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Seperti apa Syekh Yusuf Qaradawi?

Dilansir Republika.co.id, Qaradhawi dikenal sebagai yang berani dan kritis serta memiliki pandangan yang sangat luas serta tajam sehingga banyak pihak yang merasa ‘gerah' dengan berbagai pemikirannya yang seringkali dianggap menyudutkan pihak tertentu. Salah satunya pemerintah Mesir.

Pandangan-pandangannya itu membuat pria kelahiran Shafth Turaab, Mesir ini harus mendekam dibalik jeruji besi. Namun, ia tak pernah berhenti menyuarakan dan menyampaikan pandangannya.

Ratusan buku telah ditulis dan sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa di dunia. Buku-buku Qardhawi membahas berbagai hal terkait kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mulai dari urusan rumah tangga hingga negara dan demokrasi.

Sejak 2013, dia memilih hijrah ke Qatar serta tinggal di Doha dan mendapatkan perlindungan.

Melansir Detik.com dari laman Madrasah Aliyah Negeri Sintang, Yusuf Al Qaradhawi lahir pada 9 September 1926. Pada usia 10 tahun, Yusuf Al Qaradhawi telah menghafal Al Qur'an. Ia menghabiskan masa hidupnya di Qatar lalu menamatkan pendidikan dasar dan menengah di Ma'had Thantha dan Ma'had Tsanawi.

Setelah itu, Syekh Yusuf Qaradawi melanjutkan studinya ke Universitas Al Azhar, Fakultas Ushuluddin dan menyelesaikannya pada tahun 1952. Syeikh Yusuf Al Qaradhawi mendapat gelar doktor pada tahun 1972.

Britannica melaporkan, Qaradhawi dikenal sebagai cendekiawan yang berasal dari gerakan Ikhwanul Muslimin yang dibuat oleh Hassan al-Banna di Ismailia, Mesir. Gerakan Ikhwanul Muslimin bertujuan untuk pengembalian Al-Qur'an dan Hadis sebagai dasar kehidupan sosial masyarakat muslim. Gerakan ini menyebar di Mesir, Sudan, Suriah, Palestina, Lebanon, dan Afrika Utara.

Semasa hidup Syeikh Yusuf Al Qaradhawi juga dikenal sebagai yang menolak pembagian ilmu secara dikotomis. Menurutnya, semua ilmu bisa Islami dan tidak Islami, tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya

Sementara itu dilansir NU Online, pada tahun 2007 silam, Syeikh Yusuf al-Qaradawi pernah mengunjungi kantor Pengurus Besar Nahdlatul (PBNU) di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Syekh datang bersama Menteri Agama RI Maftuh Basyuni disambut hangat oleh para pengurus NU, antara lain, KH Hasyim Muzadi, KH Ma'ruf Amin, KH. Said Aqil Siroj, KH Maghfur Utsman, dan KH Nazaruddin Umar.

Dalam lawatan tersebut, Syeikh Yusuf Qaradawi mengajukan pesan, agar NU mampu menjadi “dinamo” bagi kebangkitan umat Islam di Indonesia dan dunia.

Menurutnya, Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia mempunyai kekayaan alam dan sumber daya manusia yang sangat potensial untuk “memenangkan” umat Islam  dari tekanan dunia internasional.

“Tapi tanpa mesin pengerak semua itu tidak akan bisa jalan. Ada satu kekuatan lagi yang lebih besar dimiliki oleh NU yakni kekuatan rohani,” kata Syeik Qaradawi. ***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here