Bogordaily.net– Sebuah kendaraan yang tengah konvoi tabrak alat peledak rakitan atau Improvised Explosive Device/IED di Burkina Faso utara. Peristiwa itu dilaporkan telah menewaskan 35 warga sipil pada Senin, 5 September 2022.
Dilansir CNN Indonesia, pemerintah sementara mengatakan tak hanya menewaskan 35 orang, tragedi maut itu juga sedikitnya 37 orang juga luka-luka akibat insiden itu.
“Salah satu kendaraan yang membawa warga sipil menabrak alat peledak rakitan. Korban sementara adalah 35 tewas dan 37 terluka. Semuanya warga sipil,” bunyi pernyataan resmi gubernur wilayah Sahel.
Dalam pernyataan resmi seperti diberitakan AFP, pemerintah menyatakan konvoi pasokan yang dikawal itu awalnya hendak bertolak menuju ibu kota Ouagadougou.
Namun, satu kendaraan konvoi itu menghantam IED antara kota utara Djibo dan Bourzanga, daerah tempat militan Islam telah meningkatkan serangan terhadap desa-desa, polisi, dan pos-pos militer sejak 2015.
“Pengawal dengan cepat mengamankan perimeter dan mengambil tindakan untuk membantu para korban,” kata pemerintah militer seperti diberitakan Reuters.
Sementara itu di sisi lain, beberapa waktu lalu sedikitnya 34 orang tewas dalam serangan di desa-desa di Burkina Faso utara akhir pekan lalu. Serangan diduga dilakukan oleh kelompok jihadis.
Gubernur Regional Boucle du Mouhoun Babo Pierre Bassinga mengungkapkan sebanyak 22 warga, termasuk anak-anak, tewas di Bourasso di Provinsi Kossi pada Minggu lalu.
“Orang-orang bersenjata bergerak di sekitar desa sekitar pukul 17.00, menembak ke udara. Mereka kembali pada malam hari dan menembaki orang-orang secara membabi buta,” kata seorang sumber keamanan dikutip AFP.
Di Burkina Faso utara, 12 orang tewas pada Sabtu lalu dalam serangan di Namissiguima di Provinsi Yatenga, kata sumber keamanan lain, yang juga berbicara dengan syarat anonim.
Tiga dari korban tewas adalah anggota milisi sipil, Relawan untuk Pertahanan Tanah Air (VDP) — pasukan tambahan yang dibentuk pada Desember 2019 untuk mendukung tentara.
Burkina Faso merupakan salah satu negara termiskin di dunia, telah bergulat dengan pemberontakan jihadis yang melanda negara tetangga Mali sejak 2015 lalu.
Kampanye tersebut, yang dipimpin terutama oleh kelompok-kelompok yang terkait dengan Al-Qaeda dan kelompok Negara Islam, telah merenggut ribuan nyawa dan memaksa sekitar 1,9 juta orang meninggalkan rumah mereka.***
(Riyaldi)