Bogordaily.net – Ada pertanyaan yang mungkin akrab di kepala penyuka nasi Padang. Kenapa nasi padang yang dibungkus porsi nasinya lebih banyak, sementara jika makan di tempat porsi nasinya lebih sedikit. Ternyata kebiasaan tersebut merupakan budaya turun menurun yang memiliki latar belakang sejarah panjang
Ada berbagai versi yang menjelaskan kenapa porsi nasi padang lebih banyak jika dibawa pulang.
Versi pertama datang dari cerita yang terjadi pada masa penjajahan Belanda. Saat itu hanya orang-orang kaya yang dapat makan di rumah makan padang, seperti orang Belanda dan para saudagar.
Sementara itu, para pribumi tidak bisa memakan nasi padang di tempat. Kondisi tersebut akhinya mendorong para penjual untuk memberikan porsi yang lebih banyak kepada pribumi. Tindakan yang dilakukan para penjual nasi di warung padang disebut sebagai solidaritas.
Versi lain menyebutkan bahwa mereka yang membeli nasi bungkus tidak membuat pemilik warung mencuci piring bekas makan. Pada zaman dahulu, para pemilik warung nasi padang memperhitungkan biaya cuci piring dan biaya operasional lain secara detail. Nah, biaya cuci piring tersebut, kemudian dialihkan pada porsi yang lebih banyak.
Jadi, kalau kamu makan nasi padang di tempat, porsi yang akan disajikan lebih sedikit karena kamu dikenakan biaya cuci piring serta tax and service oleh restoran.
Nah, versi lain yang berkembang ialah agar nasi dapat terlihat tegak dan menggugah selera ketika dibungkus. Coba bayangkan jika porsi nasi yang dibungkus sedikit, mungkin bentuk nasi padang yang selama ini terkenal memanjang ke atas akan tidak sempurna dan akhirnya menyebabkan selera makan pembeli menurun.
Alasan lain yang juga tidak kalah unik ialah memudahkan pelanggan untuk tidak minta nambah. Pelanggan yang makan di warung dapat lebih mudah meminta tambahan nasi kepada pemilik warung. Namun, pada kenyataannya banyak warung nasi padang yang tetap mengenakan biaya tambahan pada nasi tambahan yang dipesan oleh pelanggan.(*)