Bogordaily.net– Wajib militer yang diserukan Presiden Rusia Vladimir Putin mendapat penolakan warga. Mereka turun ke jalan dan melakukan aksi demonstrasi menolak perintah wajib militer di tengah perang dengan Ukraina. Aparat Rusia bahkan menangkap lebih dari 1.300 warga yang menggelar demo.
Dilansir CNN Indonesia, kelompok pemantau independen OVD-Info melaporkan bahwa lebih dari seribu warga itu ditangkap saat demonstrasi pecah di berbagai kota di Rusia. Dari keterangan yang dikutip CNN, OVD-Info menyatakan bahwa dari keseluruhan angka itu, setidaknya 520 di antaranya ditahan di Moskow, sementara 524 lainnya dibekuk di St Petersburg.
Demo besar-besaran ini pecah setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan perintah mobilisasi parsial pada Rabu, 21 September 2022.
Sebagaimana dilansir The Washington Post, mobilisasi pada umumnya berarti perintah wajib militer, atau pemanggilan warga biasa untuk mengikuti kegiatan militer.
Kali ini, Putin hanya memerintahkan mobilisasi parsial. Artinya, hanya warga dari kelompok tertentu yang akan direkrut untuk wajib militer.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, menyatakan bahwa target wajib militer kali ini adalah warga yang sudah memiliki kemampuan militer.
Menurutnya, Rusia bakal merekrut 300 ribu tentara cadangan dalam wajib militer ini. Kini, proses perekrutan sedang berlangsung.
Warga memprotes kebijakan ini. Gerakan pemuda pro-demokrasi di Rusia, Spring, menganggap perintah ini melanggar hak asasi manusia.
“Vladimir Putin baru saja mengumumkan mobilisasi parsial di Rusia. Artinya, ribuan pria Rusia-ayah-ayah kami, saudara-saudara, dan suami kami-akan dilempar ke penggiling daging, yaitu perang,” demikian pernyataan Spring yang dikutip Al Jazeera.
Sebelumnya diberitakan Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit mobilisasi parsial dan mengerahkan warga ke dalam wajib militer.
“Saya menilai merupakan keharusan untuk mendukung proposal Kementerian Pertahanan dan Staf Umum untuk melakukan mobilisasi parsial di Federasi Rusia,” kata Putin dalam pidato kenegaraannya yang disiarkan di televisi sebagaimana diberitakan AFP.***
(Riyaldi)