Bogordaily.net – Empat obat batuk sirup buatan pabrik Maiden Pharmaceuticals dari India terpaksa dihentikan produksinya, diduga kuat menjadi penyebab meninggalnya 69 anak di Gambia.
Menteri Kesehatan negara bagian Haryana, Anil Vij mengatakan pihak berwenang telah memeriksa pabrik Maiden di Kota Sonepat dan menemukan setidaknya 12 pelanggaran praktik. Sebagai tindak lanjut, otoritas memerintahkan penghentian produksi.
Dikutip dari RMOL, Kamis 13 Oktober 2022, tidak dijelaskan detail dari 12 pelanggaran tersebut. Namun ini dinilai menjadi salah satu insiden terburuk dalam dunia farmasi India, negara yang dijuluki sebagai “apotek dunia”.
Pekan lalu, Gambia melaporkan kematian 69 anak-anak yang dinyatakan mengalami cedera ginjal akut yang kemungkinan terkait dengan sirup obat batuk yang dibuat di India, dan diimpor melalui perusahaan yang berbasis di AS ini.
Empat produk obat batuk Maiden yang dimaksud yaitu Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.
Berdasarkan analisa laboratorium, telah ditemukan jumlah diethylene glycol dan ethylene glycol yang “tidak dapat diterima”, yang dapat menjadi racun dan menyebabkan cedera ginjal akut.
Diethylene glycol dan ethylene glycol sendiri merupakan senyawa yang biasa digunakan sebagai antibeku dan cairan rem pada mobil dan industri lainnya.
Zat ini juga digunakan sebagai alternatif yang lebih murah dalam beberapa produk farmasi untuk gliserin, pelarut atau zat pengental dalam obat.
Menurut laporan dari pengontrol obat Haryana, pabrik Maiden tidak melakukan pengujian kualitas propilen glikol yang kemungkinan mengakibatkan insiden berbahaya ini terjadi.
Kementerian Kesehatan India mengatakan sampel dari keempat produk Maiden yang diekspor ke Gambia telah dikirim untuk melakukan pengujian ke laboratorium federal, dan hasilnya akan digunakan untuk mengambil tindakan lebih lanjut kepada perusahaan farmasi tersebut, serta memberikan kejelasan tentang masukan yang diterima dari WHO.
Menurut laporan dari pihak berwenang India, sirup tersebut hanya disetujui untuk diekspor ke wilayah Gambia. Namun WHO mengatakan obat tersebut kemungkinan telah pergi ke tempat lain melalui pasar informal.***
Copy Editor: Riyaldi
Simak Video Lainnya dan Kunjungi Youtube BogordailyTV