Tuesday, 7 May 2024
HomeHiburanGoes to UNESCO, Ini Sejarah Kebaya Indonesia dari Masa ke Masa

Goes to UNESCO, Ini Sejarah Kebaya Indonesia dari Masa ke Masa

Bogordaily.net–  Goes to UNESCO menjadi sorotan. yang menjadi pakaian nasional Indonesia ini pun tengah ramai dikampanyekan warga negara Indonesia yang ada di luar negeri. Kampanye ini dilakukan untuk mendaftarkan sebagai warisan budaya tak benda (Intagible Heritage) ke UNESCO. Untuk menggemakannya, ratusan wanita terlibat dalam parade “Cantik Berkebaya” di National Mall, Washington DC, AS. Nah, dilansir Suara.com, berikut sejarah Indonesia dari masa ke masa.

adalah atasan yang dipakai oleh wanita Indonesia sejak zaman dulu. Tak hanya di Tanah Air, juga dipakai oleh wanita-wanita di kawasan Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia.

yang berasal dari bahasa Arab, ‘kaba' dan ‘abaya' yang artinya pakaian dan baju longgar ini justru mendapat sorotan karena disebut merupakan akulturasi budaya dengan China karena modelnya yang mirip dengan pakaian wanita Dinasti Ming.

Sejarah menjadi semakin kaya sejak istilah ini dikenalkan dalam bahasa Portugis yaitu ‘cabaya'. Nama ini yang paling sesuai lidah orang Indonesia hingga sekarang disebut sebagai .

Begitu banyak sejarah yang simpang siur di Indonesia namun tak ada catatan pasti tentang hal ini. Banyak yang meyakini, perkembangan modelnya dipengaruhi oleh budaya Islam Timur Tengah bahkan Eropa.

Kebaya sudah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Awal mula hadirnya kebaya ialah pada tahun 1300 sampai 1600 Masehi dengan bentuk pakaian berupa baju semacam tunik yang biasa digunakan oleh perempuan Tionghoa di masa Pemerintahan Dinasti Ming.

Perkembangan Kebaya dari Masa ke Masa

Seiring berjalannya waktu, model kebaya mengalami banyak perubahan. Mulanya, dari tahun 1300 hingga kisaran 1600 Masehi kebaya hadir dalam bentuk tunik dan digunakan oleh wanita Tionghoa di masa Pemerintahan Dinasti Ming.

Kemudian tahun 1500 hingga 1600 Masehi, wanita imigran Tionghoa yang mulai masuk wilayah Nusantara turut membawa budaya berpakaiannya yang kemdian berkembang jadi kebaya encim.

Kebaya encim berupa berupa atasan mirip tunik dengan lengan panjang yang menutup leher hingga ke lutut dan berbentuk mirip baju kurung.

Lalu di tahun 1500-an, kebaya mulai naik kelas dan dipakai oleh keluarga bangsawan keturunan Raja di Pulau Jawa.

Pada era Pemerintahan Hindia Belanda, sekitar tahun 1800, bahan kebaya mulai mengalami perubahan seiring dengan masuknya kain jenis beludru dan sutera dengan tenunan halus. Bahan tekstil ini kemudian mulai meramaikan tren kebaya selain berbahan katun hasil tenunan yang sederhana.

Saat itu material yang digunakan sebagai bahan kebaya bisa menunjukkan kelas sosial masyarakat. Hanya keluarga keraton dan bangsawan yang bisa mengenakan kebaya dari bahan sutera, beludru atau brokat.

Perempuan Belanda atau keturunannya akan memakai kebaya dari bahan katun dengan bentuk dan potongan lebih pendek. Sementara itu, keturunan Eropa lain yang menetap di Indonesia memakai kebaya bahan katun halus dengan hiasan brokat.

Lalangan rakyat biasa umumnya memakai kebaya dari bahan katun atau tenun yang harganya lebih terjangkau.

Pada tahun 1900, kebaya tak hanya dipakai oleh penduduk asli Jawa tapi juga menjadi pakaian sehari-hari wanita keturunan Tionghoa dan Noni Belanda.

Tahun 1945 sampai 1960-an, pemakaian kebaya semakin meluas dan banyak dijumpai mulai di pedesaan hingga kota-kota besar.

Tahun 1970 hingga 1980-an, dunia menghadapi gempuran budaya pop yang kuat dari Eropa dan Amerika dan ini membuat jalur tren mode Indonesia berpaling dan masa keemasan kebaya mulai meredup.

Tahun 2000, kebaya kembali diminati dengan perancang busana berlomba membuat kebaya modern yang indah.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here