Bogordaily.net – Mengenal istilah factitious disorder, gangguan berupa pura-pura sakit demi meraih perhatian orang sekitar. Penderita biasanya akan bertingkah memiliki penyakit fisik atau bisa pula psikis.
Hal ini awalnya membuat orang mersa iba terhadap pelakunya. Namun setelah tahu dampaknya bisa membuat orang tidak percaya lagi.
Lantas apa sebenarnya factitious disorder ini? Seperti apa gejala dan cara pencegahannya?
Melansir dari Halodoc, Rabu, 12 Oktober 2022 secara umum, perilaku tersebut dilakukan untuk menarik perhatian atau simpati orang lain. Nah, perilaku tersebut nyatanya tergolong sebagai gangguan kesehatan mental yang disebut sebagai factitious disorder atau gangguan buatan.
Kondisi ini tentunya tidak dapat dibiarkan, karena pengidapnya bisa saja semakin melakukan hal berisiko untuk membuktikan bahwa dirinya sakit. Karena itu, penting untuk mengetahui dan mewaspadai beberapa gejala factitious disorder.
Hingga saat ini, penyebab utama dari factitious disorder masih belum diketahui. Namun, para ahli berpendapat bahwa gangguan tersebut mungkin disebabkan oleh kombinasi faktor psikologis dan pengalaman hidup pengidapnya yang penuh tekanan. Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang diduga kuat dapat memicu terjadinya gangguan mental ini, antara lain:
1. Trauma masa kecil, seperti pelecehan emosional, fisik atau seksual.
2. Penyakit serius selama masa kanak-kanak.
3. Kehilangan orang yang dicintai melalui kematian, penyakit, atau pengabaian.
4. Pengalaman masa lalu selama sakit dan perhatian yang dibawanya.
5. Rasa identitas atau harga diri yang buruk.
6. Mengidap gangguan kepribadian tertentu.
7. Mengalami depresi.
8. Keinginan untuk berhubungan dengan dokter atau pusat kesehatan.
9. Bekerja di bidang perawatan kesehatan.
Beberapa Gejala Factitious Disorder
Gejala factitious disorder atau gangguan buatan umumnya dilakukan untuk meniru atau menghasilkan penyakit, cedera, atau gejala berlebihan agar orang lain terpedaya.
Mereka yang mengidap kondisi ini akan berusaha keras untuk menyembunyikan penipuan yang dilakukan. Akibatnya, orang lain mungkin sulit untuk menyadari bahwa gejala mereka merupakan gangguan kesehatan mental yang serius.
Parahnya lagi, pengidap factitious disorder akan melanjutkan penipuan yang biasa dilakukan, meski tidak menerima manfaat dari hal ini.(*)
Copy Editor: Riyaldi
Simak Video Lainnya dan Kunjungi Youtube BogordailyTV