Bogordaily.net – Pengadilan Arab Saudi menghukum mati tiga pria dari suku Al-Howeiti, karena menolak digusur untuk pembangunan kota futuristik yang diberi nama NEOM.
NEOM adalah sebuah kota dagang bebas masa depan yang direncanakan seluas 26.500 km² dan melintasi tiga negara yakni Arab Saudi, Mesir, dan Yordania.
NEOM merupakan proyek kebanggaan Pangeran Mohammed bin Salman senilai $ 500 miliar (sekitar Rp 7.679 triliun atau Rp 7,6 kuadriliun) yang bekerja sama dengan perusahaan minyak Saudi Aramco.
Vonis mati tersebut dijatuhkan pada 2 Oktober 2022, namun tidak diumumkan terbuka pada publik. Kabar ini disampaikan oleh ALQST, lembaga pemantau hak asasi independen di Arab Saudi.
Ketiga terpidana mati adalah warga dari Suku Howeitat, yang kadang juga dijuluki orang Badui.
Mereka sudah ditangkap sejak 2020 karena melakukan unjuk rasa menolak penggusuran tanah adat mereka untuk dipakai jadi lahan pembangunan NEOM. Proyek kota futuristik itu ditaksir akan menelan biaya mencapai US$500 miliar.
Tanah adat Shadli, Attaullah, dan Ibrahim al-Howeitat berlokasi di wilayah utara Provinsi Tabuk. Bukan cuma mereka bertiga yang kena hukuman berat karena menolak penggusuran.
Pada September 2022, anggota suku Howeiti lainnya sudah divonis lebih dulu 50 tahun oleh Pengadilan Kriminal Saudi.
Pasal yang dipakai menjerat masyarakat adat itu semuanya terkait “tindakan teror” dan mengancam stabilitas kerajaan. Pasal itu, menurut ALQST, kerap dipakai untuk menjerat aktivis dan tokoh oposisi di Kerajaan Petro Dollar tersebut.
Tak hanya itu, lelaki lain bernama Abdul Rahim al-Howeitat, saudara kandung tiga orang yang divonis mati, tewas pada April 2020 karena ditembak militer Saudi setelah mengunggah postingan di medsos, mengkritik pembangunan NEOM dengan cara menggusur masyarakat adat.
Mendiang Abdul Rahim menjuluki pola penggusuran kerajaan Saudi sebagai “terorisme negara”. Dia dan saudara-saudaranya dari suku Howeitat menjadi motor penolakan akuisisi lahan NEOM.
Pemerintah kala itu beralasan terpaksa menembak Abdul Rahim lantaran dia melemparkan bom molotov kepada petugas yang hendak membujuknya pindah.
Namun keterangan lebih dari tiga saksi mata menyatakan bahwa Abdul Rahim dieksekusi begitu saja, tanpa ada perlawanan apapun sebelumnya. Selain itu, jasad Abdul Rahim sempat disimpan aparat selama hampir sebulan sebelum dikembalikan ke keluarga.
Suku Howeitat terdiri atas 20 ribu orang. Mereka kebanyakan tinggal di dusun-dusun kawasan barat laut Saudi. Akibat konflik dalam penggusuran NEOM, sebanyak 150 orang Howeitat sudah ditahan.
Saudi terkenal cukup keras terhadap warganya yang berani menentang keputusan pemerintah. Pangeran Salman, yang kini berusia 37 tahun dan menjadi penguasa de facto Kerajaan Saudi menggantikan ayahnya yang sakit, juga tercatat beberapa kali diduga terlibat kasus pelanggaran HAM berat. Sepanjang 2022, Kerajaan Arab Saudi sudah menjalankan 122 eksekusi mati dengan cara dipancung.
NEOM digadang-gadang Pangeran Salman menjadi penggerak baru perekonomian Saudi. Kota tersebut akan memiliki bandara sendiri, kereta cepat, infrastruktur IT mumpuni, serta diharap dapat menarik berbagai perusahaan teknologi global untuk membuka kantor di sana. Selain itu, NEOM dirancang menjadi destinasi wisata baru untuk menyaingi Dubai di Uni Emirat Arab.(*)
Sumber: Vice
Copy Editor: Riyaldi
Simak Video Lainnya dan Kunjungi Youtube BogordailyTV