Bogordaily.net– Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menggelar pelatihan pre-bunking, di Kota Bandung selama tiga hari mulai 5 November 2022-7 November 2022. Kegiatan tersebut melibatkan sejumlah awak media di AMSI Jawa Barat dan sebagian dari media-media nasional di Jakarta.
Pre-bunking menjadi metode pendukung cek fakta yang efektif sebelum informasi bohong atau hoaks menyebar luas. Data dalam beberapa tahun terakhir setelah media-media menerapkan jurnalisme pre-bunking, laju penyebaran informasi hoaks melambat dan berhenti pada satu titik.
Pelatihan pre-bunking merupakan pembuatan berita atau konten berupa naskah, gambar, grafis, dan video pendek yang isinya pencegahan informasi bohong atau hoaks yang akan berulang pada momen-momen tertentu.
Informasi hoaks ini umumnya akan muncul pada informasi bencana, kesehatan, dan politik yang menjadi kebutuhan pembaca.
Ketua Umum AMSI, Wenseslaus Manggut mengatakan, peta media saat ini sangat berbeda dengan zaman keemasan media cetak, Radio, dan televisi.
Pada zaman media cetak, dari hulu hingga hilir, semua dikuasai oleh media. Mulai menentukan berita, proses produksi, hingga distribusi berita ke pembaca, semua dilakukan oleh media.
Namun di ekosistem media oline, kata dia, media hanya sedikit menguasi mulai hulu hingga hilirnya.
“Hari ini, di hulunya, semua bisa memproduksi konten. Distribusinya dikuasai oleh platform. Artinya dai hulu hingga hilirnya, kita tidak menguasai,” ujarnya di acara pembukaan Training Pre-bunking AMSI Jawa Barat, di Hotel Gino Feruci Braga, Kota Bandung, Sabtu, 5 November 2022.
Kemudian soal keberagaman informasi yang semestinya bisa dibagikan kepada pembaca, kata dia mesin distribusi berita membuatnya menjadi homogen. Sebab, saat ini media online berhadapan dengan sistem algoritma yang dibuat oleh platform distribusi konten.
Perubahan peta media inilah yang menjadi peluang munculnya informasi hoaks yang sengaja diproduksi atau dibagikan karena seseorang tidak mau melakukan cek fakta benarnya.
Pelatihan pre-bunking juga merupakan upaya mencegah informasi hoaks terus begulir dan dipercaya oleh masyarakat. Pre-bunking ibarat vaksin yang disuntikkan kepada masyarakat sehingga mereka kebal atau dapat menganalisis bahwa informasi bisa masuk kategori hoaks atau benar.
Sampah di digital, hoaks dan lainnya itu kata dia itu banyak dan menumpang pada peristiwa. “Rumusnya, ada peristiwa besar, lalu muncul di situ. Isu politik, hoaks-nya politik, isu bencana hoaksnya bencana. Prebungking ini mencegah, agar masyarakat paham bahwa informasi yang diterimanya itu hoaks dan tidak menyebarkannya,” bebernya.
Di tempat yang sama, Ketua AMSI Jawa Barat Riana A Wangsadiredja mengatakan, praktik jurnalisme pre-bunking akan memperkuat cek fakta.
Menurut Riana, media arus utama tidak hanya sebagai pemadam kebakaran saat hoaks meluas dan menyebabkan kerusakan di masyarakat, tetapi juga memiliki kewajiban melakukan pencegahan yakni melalui produksi berita atau konten pre-bunking yang isinya memberi tips kepada masyarakat untuk mengenali sebuah infromasi benar atau bohong.
Pelatihan Pre-Bunking ini menjadi strategi baru yang dikembangkan koalisi cekfakta.com, yang terdiri dari AMSI, AJI, dan MAFINDO, dengan mendapat dukungan penuh oleh Google News Initiative.
Sementara itu dalam training pre-bunking ini, peserta belajar bagaimana model dan cara informasi hoaks muncul dan menyebar, mengelompokan disinformasi dan misinformasi, serta membuat konten pencegahannya atau pre-bunking. (Gibran/***)
Copy Editor: Riyaldi
Simak Video Lainnya dan Kunjungi Youtube BogordailyTV