Monday, 25 November 2024
HomeNasionalTerkuak! Ini Temuan KNKT Soal Penyebab Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh di...

Terkuak! Ini Temuan KNKT Soal Penyebab Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh di Kepulauan Seribu

Bogordaily.net–  Laporan akhir investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di Perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021 silam telah dirilis Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT). Sudah hampir dua tahun setelah peristiwa tersebut, berikut faktor penyebab kecelakaan sebagaimana dilansir Suara.com dari berbagai sumber:

Pertama soal tahapan perbaikan sistem autothrottle yang sudah dilakukan masih belum mencapai bagian mekanikal. Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo, menyebut faktor utama terkait dengan perbaikan autothrottle atau throttle otomatis yang mengalami kerusakan, tetapi masih belum dilakukan perbaikan secara menyeluruh.

Faktor penyebab kecelakaan Sriwijaya Air kedua yakni thrust lever kanan tidak mundur sesuai dengan permintaan autopilot. Hal tersebut karena adanya hambatan di bagian sistem mekanikal, oleh karenanya thrust lever kiri mengkompensasi dengan terus bergerak mundur, sampai akhirnya terjadi asymmetry.

Ketiga yakni adanya keterlambatan CTSM atau cruise thrust split monitor sebagai alat untuk menonaktifkan autothrottle pada saat asymmetry disebabkan karena flight spoiler memberikan nilai yang lebih rendah. Hal tersebut berakibat pada asymmetry yang semakin besar.

Faktor keempat, complacency pada otomatisasi dan confirmation bias mungkin saja berakibat kurangnya monitoring. Sebagai penyebabnya, adanya asymmetry tidak disadari dan penyimpangan arah penerbangan.

Diketahui adanya dugaan pilot percaya pada otomatisasi atau dikenal dengan istilah complacency. Hal tersebut berakibat pilot kurang melakukan monitoring terhadap apa yang terjadi di kokpit.

Menurut Nurcahyo menyebut pilot berasumsi pesawat miring ke kanan, padahal pesawat miring ke kiri.

Faktor kelima, pesawat berbelok ke kiri dari yang seharusnya ke arah kanan. Sementara itu, kemudi miring ke kanan dan kurangnya monitoring mungkin menimbulkan asumsi pesawat berbelok ke kanan. Oleh karenanya, pemulihan tidak sesuai.

Penyebab berikutnnya, belum ada aturan serta panduan tentang adanya upset prevention and recovery training (UPRT) yang kemudian berpengaruh pada proses pelatihan oleh maskapai untuk menjamin kemampuan, serta pengetahuan pilot dalam mencegah dan memulihkan atau recovery kondisi upset secara efektif dan tepat waktu terkait dengan kondisi kemiringan pesawat.

Nurcahyo mengatakan seluruh pihak telah melakukan tindakan keselamatan (safety action) sebagai upaya untuk meningkatkan keselamatan.

Dirjen Perhubungan Udara bahkan telah melakukan inspeksi khusus pada seluruh pesawat Boeing 737-300/400/500.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here