Saturday, 23 November 2024
HomeOpiniPengelolaan Sumber Daya Air Kota Bogor Menuju Bogor Kota Ramah Air

Pengelolaan Sumber Daya Air Kota Bogor Menuju Bogor Kota Ramah Air

Bogordaily.net Kota Bogor merupakan salah satu pemerintahan kota madya yang terletak di sebelah Kota Jakarta dengan luas wilayah 118,5 km2, tersebar di 6 wilayah kecamatan. Kota Bogor sering dijuluki sebagai kota hujan karena sering turun hujan dengan rata-rata curah hujan adalah 3500-4000 mm/tahun, dan juga memiliki sumber daya air yang melimpah. Sumber daya air dapat berupa air permukaan atau air tanah, yang dibahas dalam penelitian ini adalah sumber daya air permukaan. Permukaan udara dapat dibedakan kembali menjadi lentik (sumber daya air permukaan yang tergenang, contoh: situ, kolam, waduk) dan lotik (sumber daya air permukaan yang mengalir, contoh: sungai, saluran, irigasi, selokan).

Pembangunan Kota Bogor menuntut adanya perubahan tutupan lahan. Lahan-lahan vegetasi alami semakin berkurang jumlahnya, kepadatan menjadi lahan terbangun (Arkham et al. 2013; Irianti 2008). Koefisien limpasan air hujan pada lahan terbangun lebih besar daripada lahan terbuka atau bervegetasi, sehingga kemampuan lahan untuk menyerap air menjadi semakin rendah (Howard dan Israfilov, 2002). Wong dan Brown (2009) menyatakan bahwa ada 3 (tiga) pilar yang harus dimiliki oleh suatu kota yang ideal, yaitu:

  1. Kota berfungsi sebagai daerah tangkapan dan penyedia air;
  2. Kota dapat menyediakan jasa ekosistem yang baik;
  3. Kota berisi penduduk dan komunitas yang perduli terhadap air.

Konsep kota ideal tersebut dikenal dengan istilah water sensitive city atau kota yang ramah terhadap udara. Suatu transisi menuju Kota Ramah Air sangatlah diperlukan agar Kota Bogor dapat menjadi suatu kota yang lebih nyaman untuk ditinggali, kota dengan pembangunan yang berkelanjutan, menanggung bencana alam dan lebih produktif. Proses transisi tersebut memerlukan suatu perubahan fundamental dalam ketersediaan infrastruktur, kelembagaan dan kerangka pendanaan, serta perilaku masyarakatnya (Brown et al. 2009).

Pengelolaan sumber daya air di Kota Bogor akan diarahkan untuk mengikuti konsep kota ramah air. Sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung sebagai sungai utama yang mengalir di Bogor akan dilihat kondisi eksistingnya sebagai bahan analisa kondisi eksisting apakah pengelolaan air di Kota Bogor sudah memenuhi konsep kota ramah air. Strategi pengelolaan sumber daya air permukaan Kota Bogor akan disusun dengan memperhatikan hasil kondisi eksisting dan indeks ramah kota air sebagai patokan/benchmarking.

Secara geografis Kota Bogor terletak pada rentang koordinat 106°43’59.2”-106°50’54.8” BT; 6°30’38.6”-6°40’48.5” LS (Gambar 1), Kota Bogor dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor. Kota Bogor mempunyai ketinggian rata-rata minimum 190 m dan maksimum 330 m dari permukaan laut. Kondisi iklim di Kota Bogor selama tahun 2016: suhu rata-rata bulanan maksimal adalah 31,8 °C dan minimal 23,3 °C, kelembaban udara 93,6 persen, curah hujan rata-rata bulanan sekitar 365,6 – 402,9 mm atau 3500 – 4000 mm per tahun.

Kota Bogor memiliki total luas wilayah 118,5 km2. Wilayah tersebut terbagi menjadi 6 kecamatan, 68 kelurahan, 780 Rukun Warga dan 3479 Rukun Tetangga (BPS, 2014). Data sebaran penduduk di kota bogor dapat dilihat pada tabel 3.1. Penduduk Kota Bogor berdasarkan hasil sensus 2010 berjumlah 1.013.019 jiwa. Kecamatan Bogor Barat memiliki jumlah penduduk paling banyak yaitu 224.963 jiwa, Bogor Timur memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 100.517 jiwa. Sedangkan kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Bogor Tengah dengan jumlah 12.758 jiwa/km2.

Kota Bogor memiliki dua sungai besar yaitu sungai Ciliwung dan Cisadane. Sungai Ciliwung melewati Kota Bogor memiliki panjang ruas 14.403 km, sungai ini melewati 4 Kecamatan di Kota Bogor, yaitu Kec. Bogor Timur, Kec. Bogor Tengah, Kec. Bogor Utara dan Kec. Tanah Sareal. Sedangkan Sungai Cisadane melalui 3 kecamatan di Kota Bogor, yaitu Kec. Bogor Selatan, Kec. Bogor Tengah, dan Kec. Bogor Barat dengan total panjang 21.352 km.

Cooperative Research Center for Water Sensitive Cities (CRC-WSC) CRC-WSC dalam Priestley et al. (2012) mendefinisikan kota ramah udara sebagai filosofi landasan yang fleksibel dalam penyediaan dan penggunaan sumber daya udara untuk memenuhi semua kebutuhan pengguna terkait pertemuan dan pergerakan udara. Penyediaan dan penggunaan sumber daya ini dapat berupa teknologi untuk memudahkan pergerakan udara fisik dengan suatu desain yang mengakui dan menghargai penampakan visual dari udara. CRC-WSC memenuhi kewajiban dua prinsip pendukung untuk kota yang ramah udara yaitu meminimalkan impor air baku ke dalam kota, dan mengekspor air limbah keluar dari kota, serta mengoptimalkan penggunaan sumber daya air di dalam kota.

Kota Bogor dengan curah hujan yang tinggi sebesar 3500-4000mm/tahun merupakan keuntungan tersendiri dalam perolehan sumber air permukaan. Upaya memelihara dan memelihara atau konservasi air ini dapat dengan membangun embung, resapan sumur-sumur ataupun panen air hujan setiap rumah ataupun kelurahan bahkan kecamatan melalui penyediaan air hujan tangka-tangki. Penggunaan pengendapan air hujan untuk menyiram tanaman, menggunakan sisa air bilas untuk menyiram toilet juga dapat melembapkan dalam rangka penghematan udara. Sodetan di kanan kiri sungai Ciliwung dan Cisadane juga merupakan upaya penyelamatanan yang baik bagi Kota Bogor mengingat debit air Ciliwung dan Cisadane cukup banyak.

Kota Bogor memiliki 2 buah sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane. Sungai Ciluwung mengalir dari selatan ke utara membelah Kota Bogor di Kebun Raya Bogor sampai ke Jakarta dengan panjang sekitar 117 km dan luas DAS sekitar 257.000 hektar. Khusus untuk wilayah Kota Bogor, panjang Sungai Ciliwung sekitar 21,5 km dan debit rata-rata 76 m3 /detik. Di sepanjang DAS Ciliwung, pemanfaatan lahannya berupa pemukiman, industri, dan pasar. Cisadane adalah sungai terbesar kedua setelah Sungai Ciliwung, yang mengalir dari wilayah Kecamatan Bogor Selatan ke arah Kecamatan Bogor Tengah dan Bogor Barat sepanjang 31 km dan rata-rata debit 2,4 m3 /detik. Pemanfaatan air Sungai Cisadane terutama sebagai bahan baku air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bogor melalui proses pengolahan yang intensif sehingga memenuhi kualitas standar air minum.

Air selain memiliki banyak manfaat bagi manusia juga memiliki potensi daya rusak. Daya rusak air seperti bencana banjir yang terjadi di Kota Bogor adalah pemicu banjir bandang yang datang dari curah hujan deras dan juga kondisi buruknya pengelolaan perkotaan setempat karena hilangnya daerah retensi udara/tempat parkir udara dan fungsi perairan yang tidak layak menggunakan sistem irigasi sebagai sistem drainase.

Kota Bogor harus menyesuaikan kondisi saluran yang ada dari semula sebagai infrastruktur irigasi menjadi kebutuhan saat ini bagi Kota Bogor menjadi sistem drainase perkotaan. Saluran drainase perkotaan perlu dibangun sesuai dengan kondisi infrastruktur perkotaan yang ada untuk menampung penampungan udara hujan yang melebihi kapasitas aliran sungai, yang akan menangani bencana banjir secara menyeluruh, terpadu, dan ramah lingkungan. Penyesuaian ini juga dapat memberikan peluang untuk ketersediaan sumber air baku untuk air bersih perkotaan dari sebelumnya yang disediakan untuk pertanian irigasi.

7 Langkah Agar Bogor Menjadi Kota Ramah Air:

Cooperative Research Center for Water Sensitive Cities University memberikan suatu panduan bagi Kota Ramah Air (Brown et al. 2016). Ada 7 (tujuh) hal penting yang harus dilakukan dalam mewujudkan Kota Bogor sebagai Kota Ramah Air, yaitu:

  1. Keterampilan dan kapasitas organisasi yang menjadikan udara adalah elemen utama dalam perencanaan tata ruang kota. Pemerintah Daerah Kota Bogor mampu melakukan pengaturan dan proses kelembagaan lintas sektor terkait sumberdaya dengan juga memperhatikan keterlibatan, partisipasi publik dan transparansi. Kota Bogor memiliki kepemimpinan, visi jangka panjang dan komitmen untuk mengelola sumber daya air dengan baik. Pemerintahan Kota Bogor memberikan pembiayaan untuk pengelolaan sumberdaya udara dalam rangka mendapatkan nilai sosial yang luas. Masyarakat Kota Bogor memiliki representasi aset dan perspektif pengelolaan sumber daya air.
  2. Peningkatan modal sosial masyarakat Kota Bogor dalam literasi air, keterhubungan dengan air, pembagian kepemilikan/tanggung jawab dalam pengelolaan sumberdaya air. Membantu komunitas dalam menghadapi kejadian sangat terkait bencana akibat air. Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan air.
  3. Pemerintah Kota Bogor memberikan kesepakatan pada layanan dasar. Kesamaan hak akses terhadap persediaan air yang sehat dan aman. Kesamaan hak akses terhadap sanitasi yang tersedia dan aman. Kesamaan hak akses terhadap perlindungan banjir. Kesamaan dan keterjangkauan akses terhadap nilai kenyamanan terkait aset perairan.
  4. Pemerintah Kota Bogor melakukan perbaikan produktivitas dan efesiensi sumber daya di Kota Bogor. Layanan terkait sumber daya air harus dapat memberi akses keuntungan bagi sektor lain. Emisi Gas Rumah Kaca yang lebih rendah pada sektor air. Menyediakan kebutuhan tempat air minum yang layak bagi seluruh masyarakat Kota Bogor. Memberikan peluang bisnis terkait air. Memaksimalkan pemulihan sumberdaya air (recycle air).
  5. Melakukan upaya perbaikan kesehatan lingkungan berupa; terjaganya habitat yang sehat dan beragam. Menjaga kualitas aliran air permukaan. Menjaga kualitas air tanah dan pengisiannya. Perlindungan kawasan eksisting yang memiliki nilai ekologi tinggi.
  6. Pemerintah Kota Bogor memastikan ruang kota yang berkualitas. Pengaktifan penghubung ruang hijau dan perkotaan biru. Memperhatikan fungsi elemen perkotaan untuk migitasi biaya pemanasan global. Memperbanyak liputan vegetasi.
  7. Pemerintah Kota Bogor mempromosikan infrastruktur yang adaptif. Yaitu infrastruktur yang memiliki multifungsi bagi pemenuhan persediaan air yang tepat guna. Sistem monitoring yang terintegrasi dan canggih. Infrastruktur yang tahan terhadap gangguan. Infrastruktur yang dikelolanya dalam beragam skala yang dirawat secara memadai.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kota Bogor masih terus berbenah menuju kota ramah udara, meski saat ini belum bisa disebut sebagai Kota Ramah Udara. Hal ini mengingat karena masih terdapat dampak negatif terhadap kualitas permukaan udara yang ada di wilayahnya. Pembangunan Kota Bogor perlu lebih banyak mengembangkan infrastruktur hijau, agar kualitas udara yang melewati Kota Bogor dapat menjadi lebih baik saat keluar dari Kota Bogor. Infrastruktur hijau juga dapat menangkap air hujan lebih banyak yang dapat digunakan sebagai sumber udara untuk keperluan penduduk Kota Bogor. Indikator yang perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air di Kota Bogor adalah indikator kualitas dari aliran permukaan udara di Kota Bogor.

Sumber Pustaka:

  1. Arkham, Arifin HS, Kaswanto RL, Arifin NH S. 2013. Manajemen Lanskap Ruang Terbuka Biru di Daerah Aliran Sungai Ciliwung. Prosiding Lokakarya Nasional dan Seminar Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
  2. [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2012. Strategi Sanitasi Kota Bogor 2010-2014 (Edisi Revisi 2013-2017). Pemerintah Daerah Kota Bogor.
  3. Brown R, Keath N, Wong T. 2009. Pengelolaan air perkotaan di kota-kota: Rezim historis, saat ini dan masa depan. Ilmu & Teknologi Air, 59 (5). Melbourne: Penerbit IWA
  4. Howard KWF, Israfilov R G. 2002. Masalah Saat Ini Hidrogeologi di Daerah Perkotaan, Aglomerat Perkotaan dan Pusat Industri. Kanada (CA): Penerbit Akademik Kluwer. Media Bisnis Sains Springer.
  5. Iranti EF. 2008. Perubahan Penggunaan, Penutupan Lahan, dan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor Tahun 1905-2005 [Skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor
  6. Priestley AJ, Biermann S., Laves G. 2012. Menuju Kriteria Penilaian Kota Sensitif Air. Laporan Teknis No. 43. Queensland (AU): Aliansi Penelitian Keamanan Air Perkotaan.
  7. Wong THF, Coklat RR. 2009. Kota peka air: prinsip untuk praktik. Ilmu & Teknologi Air. Melbourne-VIC (AU): Penerbitan IWA

Oleh: Ismail, MT

Mahasiswa Program Doktor S3 – Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan – IPB dan Dosen Politeknik AKA Bogor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here