Friday, 26 April 2024
HomeOpiniAsal-usul Angklung Gubrag, Kesenian Asli Cipining Bogor Barat

Asal-usul Angklung Gubrag, Kesenian Asli Cipining Bogor Barat

Asal-usul Gubrag Kesenian Asli Kampung Cipining Bogor Barat : merupakan alat musik khas Indonesia yang banyak dijumpai di daerah Jawa Barat. Sampai saat ini masih banyak dikenal dan masih tetap eksis. Alat musik tradisional ini terbuat dari bambu dan suara yang dikeluarkan berefek dari benturan tabung- tabung bambu tersebut yang dimainkannya dengan cara digoyangkan.

Tidak hanya di tanah air, alat musik tradisional yang terbuat dari bambu ini sudah menjadi warisan budaya dunia. Sebagai alat musik asli masyarakat sunda, kesenian angklung beragam dengan keunikan dan khas daerahnya masing-masing.

Salah satunya yakni Gubrang, yang mana jenis ini berasal dari Kampung Cipining. Gubrag memiliki ciri khas yaitu berukuran besar, yang mana berbeda dengan pada umumnya. Yakni memiliki tinggi 50 cm hingga 1 meter dan bambu yang digunakan untuk gubrak ini menggunakan bambu besar yaitu bambu surat.

Selain itu gubrag Desa Cipiningini memiliki ciri khas bulu ayam hutan yang umurnya sudah ratusan tahun yang dipercaya setiap orang yang memegang ini dan bulu tersebut jatuh ketangannya maka akan membawa keberkahan pada orang tersebut.

 

Mudyani yang merupakan pewaris angklung gubrag turunan ke-7 dari silsilahnya. Bapak Muktar yang kerap dikenal Bapak Kolot Muktar ini seorang pembuat angklung gubrag pertama. Angklung gubrag ini tidak semata-mata dibuat pada zaman dulu oleh masyarakat Cipining.

Bapak Mudyani menceritakan asal-usul Angklung Gubrag ini, bahwa kala itu penduduk Desa Cipiningmengalami krisis panen, sudah berbulan-bulan padi yang mereka tanam tidak bisa dipanen karena desa tersebut sedang kekeringan sehingga menyebabkan penduduk setempat tidak bisa menyiram sawah dan hujanpun tak pernah turun.

Sudah berbagai cara dilakukan oleh Desa Cipiningdemi kelangsungan panen padi tersebut tetapi tetap tidak membuahkan hasil. Akhirnya tampilah seorang pemuda yang bernama Muktar dengan mengajak kawan-kawannya pergi kesebuah Gunung yaitu gunung Cirangsad untuk menebang bambu surat. Kemudian disimpannya sampai kering.

Setelah bambu kering mulailah pemuda tersebut membuat angklung sambal matigeni (bertapa). Setelah 40 hari selesailah pembuatan angklung dengan dua buah dogdog lojor (sejennis tam-tam panjang/tumba) yang berarti selesailah pemuda Muktar bertapa. Diajarkannya para pemuda cara membunyikannya.

“Kini para penduduk Cipining mengadakan upacara untuk memohon Dewi Sri (Dewi kesuburan) ke bumi dengan hiburan berupa permainan angklung yang dibawakan pemuda Muktar beserta kawan-kawannya pada waktu akan memulai menanam padi. Ternyata tanaman padi tumbuh dengan baik, subur dan bulirnyapun bernafas,” katanya menjelasakn asal-usul Angklung Gubrag tersebut.

Rakyat terlepas dari malapetaka yang selama ini menimpaya dan kembali menkmati kemakmuran. Dengan suburnya kembali padi, pertanda bahwa Dewi Sri turun (nga-gubrag) lagi ke bumi untuk memberi kemakmuran kepada rakyat. Sebelumnya angklung gubrag hanya dimainkan pada saat menyimpan padi kelumbung setelah masa panen.

Karena angklung itu mampu memikat Dewi Sri untuk turun ke bumi dinamailah angklung itu “ANGKLUNG GUBRAG” sampai sekarang

 

Cara Memainkan Angklung Gubrag

 

Angklung Gubrag berjumlah Sembilan buah ditambah dengan 2 buah dogdog lojor dengan nama dan pembagiannya yaitu Tiga buah angklung kecil yang disebut ROEL biasa dipegang oleh dalang, Dua buah angklung disebut KURULUNG I dan KURULUNG II, Dua buah angklung disebut ENGKLOK I dan ENGKLOK II, Dua buah angklung disebut GANGLING I dan GANGLING II dan Dua buah DOGDOG LOJOR berfungsi sebagai gendang.

Dalam memainkan angklung yakni digoyangkan agar menghasilkan kualitas suara yang bagus.

Kemudian lagu atau permainan angklung yang dibawakan berupa kidung yang saat ini dalam melantunkan kidung tersebut sudah ada perubagan ditambahkan dengan do'a-do'a dalam ajaran agama islam seperti kidung Sri Lima kerika memulai dan mengakhirinya membacakan da'a ajaran islam.

Asal-usul Angklung Gubrag, Kesenian Asli Kampung Cipining Bogor Barat

Dalam tradisi atau ritual ini angkulng hanya dimainkan oleh 6 orang pemain. Sebelum melaksanakan acara ini, kepala desa atau kepala suku wajib membakar kemenyan, berdoa dan meminta izin kepada penunggu angkulng pusaka ini saat akan dimainkan.

Tetapi saat ini tradisi tersebut sudah jarang dilakukan dan tradisi yang masih bertahan hingga saat ini adalah tradisi atau perayaan tahunan setiap satu Muharram di Desa Cipining serta saat ini sudah menjadi hiburan atau panggilan untuk mengisi acara seperti khitanan, pernikahan, peringatan kemerdekaan Indonesia dan lain-lain.

Perkembangan bentuk pertunjukan angklung gubrag dari media dalam upacara ritual ke pertunjukan hiburan menunjukan adanya perubahan yang terjadi dalam sosial dan budaya masyarakat. Hal ini sebabkan oleh perubahan pemikiran masyarakat ke arah modern, sehingga tradisi yang dianggap tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat tidak digunakan lagi.

 

Obeservasi Kesenian Yang Menantang, 7 Mahasiswi ini Berani Terjun Langsung Kelapangan

Patut dilestarikan dengan baik Angklung memiliki keunikan suaranya serta sudah melekat sebagai tradisi, budaya, hingga identitas masyarakat Indonesia.

Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, Pendidikan disekolah yang dapat membentuk karakter seorang anak. Banyak para remaja saat ini sudah jatuh dalam lingkungan pergaulan yang tidak sehat.

Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan menyibukan diri diberbagai kegiatan positif. Salah satunya dengan mengikuti kegiatan kesenian dengan harapan para pemuda penerus bangsa dapat melestarikan kesenian demi kemajuan Indoneisa.

Rismayanti merupakan mahasiswi Universitas Pakuan Bogor yang gemar bermain alat musik angklung, iapun mengikuti salah satu Unit Kegiatan Mahasiwa Angklung yang berada dinaungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya. Risma gemar sekali mengulik suatu hal hingga kesejarah apa yang sedang ia gemari.

R Atang SupriatnaS.Sn,.M.Pd dosen mata kuliah komunikasi budaya dan kearifan lokal memberikan tugas kelompok untuk Ujian Akhir Semester dengan membuat suatu karya atau projek yang mengangkat kebudyaan yang mana hasilnya akan dijadikan suatu betuk e-paper, strory book ataupun karya ilmiah.

Rismayanti dan ke-6 kawannya berdiskusi tentang hal tersebut dan merekapun mengangkat tema tentang Sejarah Kesenian Angklung. “Saya mengangkat tema ini sebetulnya ingin mengenalkan budaya tersebut karena kemungkinan besar masyarakat dan khususnya para pemuda sekarang sangat awam dan belum mengetahui secara menyeluruh sejarah angklung karena ini merupakan arsip warisan generasi bangsa,” ungkap Rismayanti.

Tak lama dari hari penugasan itu kelompok Rismayanti langsung melakukan observasi ke daerah Cigudeg, Desa CipiningYang mana disini merupakan tempat asli dari kesenian angklung gubrag. Ide tempat ini pun hasil saran dan masukan dari Pa Atang serta kesepakatan bersama.

Lika-liku dalam observasi kerap menjadi persoalan yang lumrah terkadang ego dari setiap anggota kelompok ada saja yang menjadi permasalahan. Tetapi semua menyikapi ini dengan kedewasannya sehingga bisa menyelesaikan observasi dengan lancar.

“Sempet terjadi sedikit permasalahan antar anggota kelompok karena susah diajak kerjasama, perjalanannya cukup jauh dan sempat pada nyasar tapi it's okay bisa jadi pembelajaran kedepanya. Disini kita mendapat banyak informasi baru dan menarik dari yang hanya tau sebatas nama angklungnya saja sekarang jadi tau sampai sejarah-sejarah dibalik angklung gubrag ini, apalagi angklung termasuk kesesian warisan budaya yang sudah mendunia dan wajib kita lestarikan dan budayakan demi keutuhan negara,” ujar Zuhrotul anggota kelompok.

Atang sangat mengaprsiasi hal ini karena pemuda zaman sekarang memang seharusnya yang menjadi penerus untuk melestarikan kebudayaan seperti ini. Apalagi angklung ini sangat beragam jenisnya jangan sampai kita hanya tau ini sebatas angklung yang bisa dibunyikan tetapi kita harus tau sejarah, filosofi dan cara pembuatannya dari berbagai jenis angklung yang ada diindoneisa.

Hal inilah yang memang seharusnya para pemuda khususnya para mahasiswa membahas Dan mengulik lebih dalam persoalan tentang kebudayaan yang masih ada di Indonesia dan harus kita lestarikan. Karena kalau bukan kita siapa lagi yang terus melestarikan hasil perjungan para leluhur kita.

Demikian sekelumit tentang asal-usul Angklung Gubrag kesenian asli Kampung Cipining Bogor Barat. ***

 

Penulis : Ina Elfita Rahmawati

Mahasiwsa semester 3 Program Studi Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya (Fisib) Universitas Pakuan Bogor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here