Friday, 22 November 2024
HomeEkonomiRizal Ramli Kritik Menteri Keuangan, Sri Mulyani Hanya Jadi Beban Indonesia

Rizal Ramli Kritik Menteri Keuangan, Sri Mulyani Hanya Jadi Beban Indonesia

Bogordaily.net – Ekonomi Indonesia Rizal Ramli kembali mengkritik kebijakan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Hal itu mengingat Indonesia mengalami peningkatan utang yang signifikan pada akhir Desember 2022 yang menyebabkan kritikan dari berbagai pihak. Kementerian Keuangan mencatat bahwa utang mencapai Rp 7.733,99 triliun per tanggal 30 Desember 2022.

Ini merupakan peningkatan drastis dibandingkan dengan November 2022 yang sebesar Rp 7.554,25 triliun atau naik Rp 179,74 triliun. Artinya, utang naik sebesar Rp 6 triliun dan rasio utang saat ini mencapai 39,57 persen terhadap PDB.

Ekonom senior DR. Rizal Ramli yang sebelumnya sudah memberikan peringatan agar pemerintah tidak sembarangan dalam berutang, kini menyimpulkan bahwa kehadiran Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan hanyalah menjadi beban bagi Indonesia.

“Pada waktunya akan terbuka SMI hanya jadi beban Indonesia karena kebijakan utang jor-joran berbunga tinggi, yaitu 2 persen lebih tinggi dari negara-negara yang ratingnya sama atau lebih rendah dari RI,” tegas Menko Perekonomian era Gus Dur itu kepada redaksi, Kamis 19 Januari.

Menurutnya, kebijakan utang yang dilakukan oleh SMI memiliki bunga yang lebih tinggi dua persen dibandingkan negara-negara lain yang memiliki rating yang sama atau lebih rendah dari Indonesia. Beban bunga yang tinggi ini akan ditanggung oleh rakyat yang harus membayarnya. Rizal Ramli semakin kesal karena SMI juga melakukan kebijakan yang merugikan usaha-usaha kelas menengah ke bawah dengan pajak yang tinggi.

Dia lantas membandingkan pengelolaan keuangan di era Jokowi dengan era Presiden kedua RI, Soeharto. Kala itu, arsitek utama perekonomian Orde Baru, Profesor Widjojo Nitisastro dinilai Rizal Ramli masih memiliki empati pada rakyat. Pasalnya, Menko Ekuin era Soeharto itu masih membantu membuat desain inpres SD dan sebagainya.

“SMI benar-benar payah dan merugikan RI. Dipuja-puji media international karena memang menguntungkan kreditor-kreditor internasional (selisih bunga lebih dua persen) dan tukar-tukar iklan,” urainya.

Padahal, lanjur RR, Soeharto juga termasuk orang yang tidak terlalu mengerti masalah ekonomi. Hanya saja, Profesor Widjojo tidak pernah membohongi Soeharto dalam bekerja.

“Demikian juga Gus Dur, RR tidak pernah ngibuli Gus Dur. Di situlah integritas kaum intelektual diuji. Mentang-mentang bos ne ndak ngerti, terus kasih angin surga, membebani RI dengan utang ugal-ugalan,” tutupnya.***

Copy Editor: Riyaldi

 

Simak Video Lainnya dan Kunjungi YouTube BogordailyTV

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here