Saturday, 23 November 2024
HomeOpini20 Tahun Haul Alm. Bung Nuku Soleiman: Mengenang dan Mengingat

20 Tahun Haul Alm. Bung Nuku Soleiman: Mengenang dan Mengingat

Bogordaily.net – Mengenang dan Mengingat Alm. Bung Nuku Soleiman. Sepucuk surat cinta yang di titipkan kepada saya, untuk disampaikan ke alamat sahabat perempuannya di Jalan Pandega Duta 1 catur tunggal depok Yogyakarta.

Peristiwa itu terjadi 36 tahun silam. Pertemuan antara Nuku dengan saya yang ketiga kalinya, di jalan Siaga 1 Pejaten Pasar Minggu Jakarta Selatan, menyiratkan sarat kenangan. Jln Siaga 1 adalah tempat dimana para aktivis pers kampus dan pergerakan mahasiswa Indonesia bertemu.

Di era 80- an, mahasiswa yang aktif di bidang pers kampus dan pergerakan banyak njujug, numpang nginap di alamat ini. Rumah yang di huni oleh empat mahasiswa Unas ( Univ Nasional ) antara lain Amir Husein Daulay ( almarhum), Imran Hasibuan, Imran Zein Rolas dan Nurdin Fadli ( almarhum ). Telah menjadi saksi sejarah perjuangan dan pioner dari sebuah perjalanan pergerakan kaum muda Indonesia.

Tempat ini membawa kenangan bagi banyak orang. Tempat dimana orang berinteraksi, berdiskusi dan saling bertukar pikiran. Selain itu, ditempat ini pula lahir depot Jakarta Forum yang di gagas oleh Amir Daulay. Depot Jakarta Forum semacam karya stensil yang berisi tulisan- tulisan kritis mahasiswa dan publikasi karya- karya WS Rendra.

Amir Husein Daulay adalah sosok idiolog pergerakan era 80-an. Yang telah banyak mengkader dan melahirkan tokoh- tokoh politik dan jurnalis yang hari ini tersebar di berbagai lembaga swasta maupun negara.

Ingat Amir maka ingat Bung Nuku Soleiman. Sebab kedua orang ini saling melengkapi dan senyawa dalam perjuangannya. Nuku yunior Amir di Fakultas Politik Univ Nasional. Dan ketika Yayasan Pijar lahir, mereka berdua adalah arsitek politik yang sangat berpengaruh dalam perjalanan pergerakan kaum muda dan mahasiswa di Jakarta. Selain itu aktifitasnya melampaui keberaniannya untuk melawan rejim otoriter Orde Baru.

Nuku Soleiman adalah sosok yang memiliki idealisme tinggi. Sebagai anak seorang tokoh politik dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) . Ayahnya seorang anggota Legislatif dan vokal di senayan. Selain itu, Nuku masih keturunan seorang raja di Maluku.

Nuku memiliki kepribadian yang baik, friendly. Soal kiprah solidaritas dalam perjuangan jangan ditanya. Bung Nuku Soleiman berani berkorban berada di barisan depan untuk melawan tirani Orde Baru. Orangnya handsome, gagah dan berwibawa.

Tapi hatinya lembut dan murah senyum. Bila sedang senyum, dekik pipinya, tampak dan orang bilang akan menambah kelebihan yang ada pada dirinya.

Awal saya bertemu dengan Bung Nuku Soleiman boleh dikata baru beberapa kali saja. Jalan Siaga 1 pejaten yang mempertemukan kami. Walau baru saja berjumpa dalam hitungan hari.

Tapi rasanya seperti sudah begitu lama menjalani persahabatan. Kami sama- sama mudah akrab dan gaul. Sejak kali pertama bertemu Nuku, saya terpesona. Karena perangainya selalu dingin dan murah senyum.

Terpesona karena dia adalah anak muda revolusioner yang berani melawan rejim totaliter dan kejam. Tapi dibalik itu, ada cerita yang menarik bagi saya. Kala itu, Nuku berdiskusi dengan saya tentang dinamika gerakan mahasiswa Yogya dan kota-kota lain.

Begitu juga tentang kehidupan romantika anak kos di Yogya. Percakapan kemudian meluas pada seseorang yang ia tuju. Tampak saat itu, Nuku membuka memori masa lampaunya, tentang gita cita SMA. Sepertinya Nuku sebagai seorang aktivis pergerakan yang sedang mengalami fall in love. Terasa menaruh harapan pada pilihan hatinya yang terhadang oleh jarak dan tempat.

Sore itu, kami berdua berada dikamar Imran Zein Rolas. Saya sebagai pendengar yang baik kala ia bercerita tentang semua kenangan semasa SMA. Nuku berbicara soal cinta? Soal wanita ?. “Ya, sungguh berkerut kening saya”. Sebab tidak saya sangka, sekilas dia terkesan jauh dari romantika. Ternyata Nuku orang yang penuh melankolis dan romantik.

Ia menanyakan kepada saya tentang alamat yang ia maksud. Dalam tanyanya, apakah saya mengetahui alamat tersebut? Dari bibirnya keluar kalimat itu. Kesan yang saya tangkap, menggelitik dan menyelidik. ” Jauh tidak tempat anda dengan alamat sahabat saya ini “., ” lumayan jauh”. Sekejap respon saya.

Nuku memberikan secarik kertas dengan tertanda alamat yang hendak saya datangi. Dengan senyum dan bicara lirih, Bung Nuku Soleiman memulai diri mengungkapkan kisah cintanya kepada orang yang ia sayangi kepada saya. Bahwa wanita yang ia maksud adalah teman saat ia sama- sama di SMA.

Dengan lembut bicara dan seolah ingin diperhatikan, saya mendegar dengan khusuk. Dibarengi semangat bicara untuk mengekspresikan gejolak hatinya yang selama itu terpendam. Bisa jadi selama ini tidak banyak orang tahu kecuali yang benar-benar dipercaya.

Rencananya Nuku pengin datang ke Yogya setelah ada tanggapan surat yang ia kirim melalui saya. Hanya saja, ia berpesan pada saya untuk menyelidiki alamat yang barusan ia kasih itu.

“Nanti kalo Eko sudah menemukan alamat nya, kasih info ke saya via telepon rumah, saya akan datang menemuinya”, pungkasnya.

Dan sepucuk surat telah dititipkan pada saya untuk saya sampaikan kepada sang wanita. Saya dapat menangkap kesan pada dirinya dengan penuh harapan dan optimis. Tumbuh semangat dan konfiden setelah surat itu rencana esok hari akan saya bawa ke Yogya,

Nuku yang dianggap banyak orang tidak mudah berjatuh cinta, apalagi bicara soal wanita. Setelah kami banyak berbicara, ternyata dia punya jiwa melankolis. Kala itu ia harus bertekuk pada realitas. Dan realitas itu menjadi pembicaraan kami berdua. Nuku adalah orang yang mempunyai jiwa kuat dan teguh dalam prinsip. Memiliki karakter dan pendirian keras, tapi lembut dalam jiwa. Rasa empati kepada persoalan sosial masyarakat cukup tinggi dan gampang membantu teman. Rasa solidaritas dan sosialnya pada teman, kadang mengalahkan pada kepentingan nasibnya sendiri.

Dan kali itu, ia benar- benar berhasrat datang ke Yogya. Sebelum esok saya pulang ke Yogya. Sore itu saya diajak ke rumah orangtuanya di Jln raya pasar minggu Jakarta Selatan. Disana rupanya sudah disiapkan minuman dan kue. Dia mengingatkan sekali lagi kepada saya agar surat tersebut jangan hilang dijalan. Usahakan langsung di terima sama si penerima. Sahabatnya adalah mahasiswi UGM Yogyakarta.

Mungkin ini suatu cerita hidup seorang aktivis yang penuh liku, antara perjuangan dan cinta. Nuku merasa punya kawan baru yang bisa diajak sharing atau dialog. Bukan saja bicara tentang perjuangan, pergerakan, tetapi juga soal cinta. Sore jelang petang di beranda rumah ayah Nuku menjadi bahasan prolog hingga epilog. Cerita nostalgia ini seakan menjadi cover both side di sela sela diskusi mendekati usai.

Aksi- aksi mahasiswa, pemuda di Jakarta dirinya selalu berada di barisan depan. Nuku juga turut hadir memberi semangat kepada teman- teman yang berjuang mengorganisir petani seperti di Cimacan cipanas Cianjur, Jatiwangi Majalengka.

Menyandang aktivis bukan hanya berada di menara gading. Yang hanya lobby-lobby di hotel mewah. Diskusi dan berada di puritan isyu politik saat itu. Tapi dirinya ikut tidur di lantai hanya alas tikar bersama para petani Jatiwangi Majalengka.

Mengorganisir petani Jatiwangi bersama para aktivis Bandung, Bogor, Yogya, Jakarta, Surabaya, Malang, Cirebon dan kota- kota lain.
Bahkan sewaktu aksi petani Jatiwangi ke kantor mendagri Rudini. Merupakan kali pertama aksi terbesar petani dan mahasiswa di era Soeharto berkuasa. Sebanyak delapan bus ditambah kekuatan mahasiswa dari Jakarta menjadi rekor. Karena lokasi aksi pendudukan kantor depdagri hanya beberapa puluh meter saja dari Istana Nagara. Petani dan mahasiswa sudah nekat untuk menerima resiko terburuk yang harus ditanggung dan dihadapi.

Belum lazim aksi mahasiswa, pemuda bersama para petani yang berada di wilayah ring satu kekuasaan. Petani protes karena tanahnya di ambil alih oleh ABRI Angktan Udara. Nuku bersama teman- teman aktivis dari Jakarta, Bogor sekitarnya telah membantu dan memasok makanan, akomodasi untuk teman- teman mahasiswa dan petani selama aksi. Saya masih ingat pesan Nuku kepada saya, untuk selalu bersama petani dan masyarakat.

Dan perjuangan jangan setengah- setengah. Hubungan dan koordinasi aktivis Jakarta, Bogor, Bandung dan kota- kota lain cukup solid untuk memperjuangkan hak-hak petani yang tanahnya dirampas oleh ABRI Angkatan Udara. Nyatanya, perjuangan yang diperjuangkan mahasiswa dan petani itu akhirnya berhasil kembali di tangan masyarakat Jatiwangi. Seribu seratus lima belas hektare tanah beserta sembilan desa di kecamatan Legung Majalengka, kini dapat digarap kembali oleh petani. Dan hingga hari mereka dapat menikmati dari warisan nenek moyangnya yang kala itu digusur Tentara Jepang dan diambil alih oleh Angkatan Udara. Para petani Jatiwangi sekarang sudah bisa senyum seperti senyum lesung pipit Nuku Soleiman.

Disinilah saya melihat Nuku bukan sekedar seorang pejuang sejati. Tetapi dia juga seorang revolusioner hingga akhir hayatnya. Lima tahun vonis penjara yang pernah ia terima. Penjara cipinang sebagai rumah perjuangan kedua untuknya. Itu semua dijalani Nuku karena perjuangannya. Bercita- cita agar bangsa ini terlepas dari kebelengguan dan pemasungan akal sehat oleh rejim Orde Baru.

Nuku tidak pernah kapok walau sepanduk SDSB yang sebenarnya punya arti Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah itu di artikan menjadi Soeharto Dalang Segala Bencana.

Sebuah keberanian yang luar biasa dan beresiko pada dirinya. Dari kalimat SDSB ini ia dipenjara karena melawan keangkaramurkaan penguasa. Dan suatu hari, ketika saya bermain ke kantor Pijar di jln Penggalang Pramuka Jakarta Timur. Sebelum masuk ruangan saya diminta untuk membaca tulisan yang terpampang di kaca depan. ” Ragu- ragu pulang saja”.

Sebuah jargon perjuangan para aktivis Pijar bahwa sekali berjuang tetap terus berjuang. Jangan pernah ragu sedikitpun dan jika ragu, sebaiknya berhenti untuk tidak berjuang.

Eko S Dananjaya
Aktivis Mahasiswa 80-an, Kritikus dan Penggiat Sosial Media.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here