Bogordaily.net – Menjelang Ramadan, biasanya masyarakat Indonesia melakukan tradisi Munggahan yang berasal dari suku Sunda, Provinsi Jawa Barat. Lantas, apa sebenarnya arti dari Munggahan? berikut penjelasannya.
Munggahan merupakan tradisi menyambut datangnya Ramadan yang umumnya dilakukan di akhir bulan Syaban, sekitar 1 minggu (atau paling lambat 1-2 hari) menjelang bulan Ramadan, yang merupakan tradisi masyarakat muslim Sunda seperti dikutip dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung.
Munggahan berasal dari kata bahasa Sunda munggah yang artinya naik secara harfiah, atau bermakna naik ke bulan suci yang derajatnya lebih tinggi.
Bentuk pelaksanaan Munggahan sendiri memang bervariasi. Namun, umumnya kegiatan ini dilakukan dengan cara makan bersama kerabat atau keluarga, saling bermaafan, berdoa bersama, dan bersedekah.
Dalam masyarakat Sunda, tradisi munggahan dikenal sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT dan bertujuan membersihkan diri dari hal-hal buruk selama satu tahun sebelumnya.
Tujuan munggahan adalah agar masyarakat bisa terhindar dari hal-hal buruk ketika berada di bulan Ramadan.
Makna Tradisi Munggahan
Munggahan banyak dimaknai sebagai pengingat akan datangnya Ramadan. Secara umum makna dalam melestarikan sebuah tradisi hukumnya diangap baik, tetapi jangan berlebihan dalam mengimplementasikannya. Sedangkan sumber lainnya menyebutkan tradisi jangan langsung dianggap buruk.
Sebab, sebuah tradisi walaupun tidak tertera dalam ilmu keagamaan, jika dilihat dari proses yang dilakukan pada saat tradisi munggahan ketika masyarakat melakukan prosesi ziarah adalah jadi pengingat.
Ziarah mengingatkan kepada kita, bahwa suatu saat nanti kita akan berada di posisi sama dengan leluhur yang sudah meninggal dunia.
Hal itu dapat menyadarkan masyarakat agar lebih memperbaiki iman dan terus berada dalam jalan kebenaran di atas nama Allah SWT.
Munggahan itu berarti naik ke tempat tinggi, berarti naik ke tempat yang lebih mulia yang dilakukan pada saat syakban menjelang Ramadan. Dalam tradisi munggahan ini juga sering digunakan sebagai ajang silaturahmi, bahkan saudara dan kerabat yang berada di jauh tempat tinggalnya akan meluangkan waktunya untuk mengikuti tradisi ini.
Proses Tradisi Munggahan
Proses yang sering dilakukan oleh masyarakat dalam tradisi munggahan biasanya digunakan untuk mengirim doa kepada leluhur yang sudah meninggal dunia menjelang bulan Ramadan Tujuannya adalah mensyukuri bisa menikmati Ramadan.
Proses tradisi munggahan biasanya dilakukan pada saat Nisfu Syakban. Proses munggahan biasanya ditandai dengan melakukan ziarah ke makam, yang merupakan tradisi masyarakat Indonesia.
Tradisi ziarah makam yang biasanya dilakukan oleh masyarakat adalah dengan membawa kembang yang disebut dengan kembang setaman dan membawa air di dalam kendi atau bisa menggunakan air dalam botol.
Kemudian, prosesi membersihkan diri. Proses ini biasanya dilakukan dengan pergi ke tempat pemandian untuk memperoleh hasil yang bersih. Jika biasanya yang dilakukan oleh masyarakat Kota Bandung dengan pergi ke tempat rekreasi atau tempat pemandian umum yang berada di Garut.
Proses tradisi utama yang dilakukan oleh masyarakat dalam munggahan adalah makan bersama. Makan bersama ini biasanya dilakukan satu sampai dua hari sebelum memasuki bulan Ramadan.
Menu munggahan yang terdapat dalam tradisi Munggahan ini antara lain nasi, rendang atau semur daging, oseng bihun atau mi, atau makanan ringan semacam rangginang, wajit, dan uli.
Demikianlah tadi arti Munggahan, tradisi suku Sunda saat menyambut bulan Ramadan. (*)